EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Semakin Kacau dan Galau
Selesai rapat, Reni langsung kembali ke mejanya yang berada di depan ruangan Dion. Sedangkan Dion sendiri berada di dalam ruangannya tengah uring-uringan tak jelas. Mirip seperti wanita yang mengalami PMS, saat datang bulan tiba.
"Haisshh !! Kenapa juga dari tadi aku marah enggak jelas karena Binar ketemu Hamid. Mau banyak laki-laki yang suka juga tak masalah asal dia tak mencoreng nama baikku," gumam Dion yang tengah kesal bukan kepalang. Ia sampai memijit pelipisnya. Kepalanya mendadak pusing.
"Lihat saja nanti di rumah. Aku akan beri hukuman buat dia karena sudah bikin aku uring-uringan. Dan yang kedua, berani-beraninya dia bertemu lelaki lain di tempat umum tanpa izinku. Pasti dia sengaja mau mencoreng nama baikku sebagai suami karena semalam aku memarahinya soal gaya rambut. Awas saja kalau dia berani selingkuh!" batin Dion dengan mimik wajah yang masih sangat kentara kesalnya.
Tiba-tiba ponsel Dion bergetar. Lalu ia melihat ada panggilan masuk dari sekretarisnya di bisnis retail yang digelutinya yakni Prita. Ia pun mengangkat telepon tersebut.
"Halo, Prita. Ada apa?" tanya Dion dengan nada dingin.
"Bapak sekarang di mana? Kok belum datang ke kantor?" tanya Prita yang kebingungan di seberang sana.
"Hah, memangnya kenapa?" tanya Dion dengan polosnya.
"Astaga Bapak. Saya sudah nunggu dari tadi di kantor. Sudah telepon Bapak berkali-kali enggak juga diangkat. Jam empat sore kita ada janji meeting dengan Mr. Jonathan di Hotel Padma," jawab Prita.
"Astaga!!" pekik Dion spontan yang terkejut sampai tangan satunya menepuk dahinya.
"Maaf Prita, aku benar-benar lupa. Tadi ada rapat di kampus jadi baru pegang ponsel. Begini saja, sekarang kan sudah jam tiga sore dan aku enggak mungkin mampir ke kantor dulu buat jemput kamu. Kita ketemu langsung saja di lobby Hotel Padma. Kamu naik taksi online ke sana. Aku tutup dulu teleponnya," ucap Dion dengan nada terburu-buru dikejar waktu kembali.
"Baik, Pak."
Bip...
Sambungan telepon pun terputus secara sepihak oleh Dion terlebih dahulu.
"Huft !! Kenapa sih dia? Tumben sekali lupa sama jadwal meeting. Padahal semalam dia yang ingetin aku. Sekarang malah dia yang lupa. Dasar bos aneh!" gerutu Prita.
"Ah, kenapa harus naik taksi online sih! Padahal pengin satu mobil bareng dia. Duda dingin itu susah banget sih ditaklukkin. Huft !!"
Prita tidak pernah menganggap pernikahan antara Dion dengan Binar seperti pernikahan orang lain pada umumnya yang normal. Karena ia sangat tahu Dion dan Binar tidur beda kamar.
Dirinya beberapa kali sering diskusi bersama Dion di ruang kerja kediaman atasannya tersebut. Sehingga ia tahu dari si kembar tanpa sengaja yang keceplosan. Alhasil ia selalu menjuluki bosnya itu duda dingin.
Karena Dion sendiri yang mengatakan padanya bahwa statusnya sudah menikah dengan Binar. Namun Prita tahu semua dilakukan Dion karena amanah mendiang Berliana dan juga demi si kembar.
Sedangkan di ruangannya, Dion segera memasukkan barang pentingnya ke dalam tas kerjanya sambil mengomel kembali.
"Kenapa hari ini kacau banget sih! Jadi kayak orang pikun saja aku. Padahal kemarin aku yang ingetin Prita tentang bahan rapat dengan Mr. Jonathan sampai aku pulang malam. Tapi justru sekarang aku yang lupa kayak orang linglung enggak jelas begini. Fiuhh !!" keluh Dion.
Seakan Dion terlupa, semalam dirinya mengatai sang istri pikun tentang posisinya yang hanya sebatas bayangan mendiang Berliana. Kini dirinya seakan termakan omongannya sendiri. Semesta membuatnya pikun dengan jadwal kerjanya yang cukup padat hari ini menjadi kacau balau.
Itu pun atas ulahnya sendiri yang diam-diam mengikuti Binar. Seakan penasaran dengan kehidupan pribadi istrinya. Padahal selama tiga tahun menikah, ia tak pernah melakukan hal tersebut.
☘️☘️
Sebelum keluar ruangannya, ia menarik napas sejenak lalu menghembuskannya.
"Fokus Dion. Fokus Dion. Jangan pikirkan lainnya," gumam Dion berusaha menyemangati dirinya hari ini yang sangat aneh agar bisa kembali fokus dengan pekerjaannya.
Dion pun akhirnya membuka pintunya. Dan Reni yang melihat Dion mau pergi pun beranjak berdiri dan menyapa sejenak atasannya tersebut.
"Bapak sudah mau pulang?" tanya Reni.
"Aku ada rapat urusan kantor. Tolong jika ada urusan kampus yang penting, kamu telepon aku nanti malam." Dion pun seraya berpamitan pada Reni.
"Baik, Pak. Hati-hati di jalan," ucap Reni.
Dion langsung pergi melesat ke area parkiran kampus untuk mengambil mobilnya dan langsung menuju Hotel Padma. Selama ini dirinya terbiasa disiplin. Jika ada rapat maupun urusan masuk kerja atau seminar, dirinya akan datang minimal 15-20 menit sebelum acara dimulai.
Akan tetapi hari ini sungguh hari yang membuat dirinya kacau balau secara mendadak. Dan kekacauan ini muncul ketika dirinya memutuskan mengikuti istrinya ke rumah sakit, tempat Binar bekerja. Yang berujung dirinya melihat Binar bersama Hamid. Seakan hatinya panas namun berusaha ia tepis.
Setelah hampir tiga puluh menit perjalanan, dirinya pun tiba di Hotel Padma. Sebelumnya, Dion sudah menghubungi Prita. Namun karena terjebak macet, Prita belum sampai di hotel padahal posisinya sudah dekat. Prita mengatakan padanya mungkin 5-10 menit lagi akan tiba di Hotel Padma.
Saat akan menekan tombol untuk membuka pintu mobilnya, tiba-tiba...
Krucukk...
Krucukk...
Perutnya seketika berbunyi yang menandakan sang empunya tengah lapar. Tentu saja Dion lapar di jam yang sudah sore hari begini. Seharian sibuk dan kehilangan fokusnya sehingga terlupa untuk mengisi perutnya sejak pagi hingga sekarang. Otomatis perutnya kini tengah berdemo padanya.
Seketika ekor matanya menatap bekal yang diberikan oleh Binar padanya pagi tadi yang ia letakkan di kursi sampingnya.
"Masih ada waktu. Apa aku makan saja ya bekal dari dia?" gumam Dion yang tengah menimbang untuk menyantap makanan dari Binar atau tidak.
"Kalau beli di dalam hotel juga pasti masih dibuatin dan butuh waktu. Tapi kalau aku makan bekal ini, takutnya dia semakin percaya diri kalau aku sudah menganggapnya istri beneran. Huft !!"
"Makan enggak makan enggak?" batinnya.
Dion semakin galau sambil terus memandang kotak bekal makan dari Binar yang kini sudah berada di atas pangkuannya. Entah mau disantap saja atau mau dibuangnya.
Bersambung...
🍁🍁🍁