"Dia membuang sebuah berlian, tapi mendapatkan kembali sesuatu yang kurang berharga. Aku yakin dia akan menyesali setiap keputusannya di masa depan, Illana."—Lucas Mathius Griggori.
Setelah cinta pertamanya kembali, Mark mengakhiri pernikahannya dengan Illana, wanita itu hampir terkejut, tapi menyadari bagaimana Mark pernah sangat mengejar kehadiran Deborah, membuat Illana berusaha mengerti meski sakit hati.
Saat Illana mencoba kuat dan berdiri, pesona pria matang justru memancing perhatiannya, membuat Illana menyeringai karena Lucas Mathius Griggori merupakan paman Mark-mantan suaminya, sementara banyak ide gila di kepala yang membuat Illana semakin menginginkan pria matang bernama Lucas tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Eclaire, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Musim semi sepertimu.
"Aku minta maaf karena telah memaksamu melakukan semua itu. Pasti kamu merasa sangat tidak nyaman, dan mungkin tersinggung."
Sebenarnya, Illana ingin mengungkap sedikit keresahannya tentang bagaimana perasaan Lucas setelah melakukan pemeriksaan organ reproduksi serta tes HIV, hasil yang diberikan cukup positif, seraya menunjukan lembar kertas hasil pemeriksaan, dokter mengungkap bahwa kondisi Lucas 'sangat aman', ia tak memiliki riwayat penyakit serius atau pun jejak HIV seperti kecemasan Illana.
Namun, bibirnya terkunci rapat meski tetap memikirkan bagaimana perasaan Lucas setelah melalui seluruh prosedur di rumah sakit, Illana merasa jika dirinya terlalu lancang meski Lucas memberi persetujuan penuh sebelumnya.
"Apa ini yang membuatmu diam sejak meninggalkan rumah sakit?"
Illana mengangguk. "Aku terlalu ... menyebalkan."
"Tidak sama sekali. Mengapa kamu menyebalkan?" Lucas tersenyum, berdiri di depan wanita yang bersandar pada kap mobil seraya melipat tangan di dada. "Aku mengerti kenapa kamu melakukan ini, kamu pantas mencurigaiku. Namun, di masa depan nanti, meski kamu memiliki banyak kecurigaan terhadapku. Tenanglah, aku pasti berusaha membuktikannya kepadamu, Illana."
Perkataan panjang Lucas membuat hati Illana menjadi lebih tenang, ditambah desau angin di sekeliling mereka.
Pria itu ikut bersandar di samping Illana, melihat pemandangan alam membentang luas di depan mereka, suasana tebing pada siang hari cukup menyihir. Musim gugur belum tiba, dedaunan pada pohon-pohon tinggi di sana masih utuh.
"Juga, untuk pelecehan yang aku lakukan malam itu, kamu berhak menghukumku. Kamu bisa melakukan apa pun, masih ada waktu beberapa hari sebelum kita menikah, Illana. Aku pasti membuatmu trauma."
"Bukan trauma." Illana merenung, tatapannya dalam dan sayu melihat ke bawah. "Namun, cukup ampuh mengingatkanku bahwa seseorang pernah sangat tidak menginginkanku. Menggunakan beragam cara, dia selalu menunjukan bahwa aku ada di sana hanya untuk melihatnya, bukan memilikinya."
Lucas mudah menebak maksud perkataan wanita itu, tangannya mengepal pada permukaan kap mobil. Jika Lucas tak melakukan kesalahan, mungkinkah Illana menutupi 'rahasia kecil' selamanya?
Illana menoleh, memperhatikan bagaimana pria di sampingnya tampak tegang. Lalu berdeham, "Siapa pun bisa menghirup udara segar jika berdiri di tempat ini. Waktu itu kamu mengajakku saat malam, jadi pemandangannya kurang terlihat. Sekarang sangat jelas." Ia tersenyum, mencoba mengalihkan pembicaraan mereka agar mengurangi ketegangan.
"Ya. Kamu menghafal jalannya?"
"Baru dua kali. Jadi, belum terlalu."
"Baiklah, lain kali kita harus kemari lagi. Kamu bisa datang sendiri, tapi jangan terlalu lama di sini."
"Mengapa?"
"Lihatlah di sana." Lucas menunjuk pada pepohonan tinggi berjarak cukup jauh di depan mereka. "Lihatlah baik-baik."
Illana mencoba fokus, menatap titik yang ditunjuk Lucas. "Ada apa di sana?"
"Kamu sungguh tidak mengetahuinya?"
"Apa?" Sikap penasarannya begitu polos.
"Pada momen tertentu, T-rex akan muncul dan—"
"Kamu sudah gila, huh?"
Pria itu tertawa, mengejek kekesalan Illana. "Sepertinya aku terlalu tua untuk membuat sebuah jokes anak-anak."
"Ya. Kamu memang tua, bujangan tua yang harus segera dipukul karena—" Ia sudah mengangkat satu tangannya—berniat memukul pria itu, tapi tiba-tiba berhenti, membuang napas dan kembali melipat tangan di dada.
Situasi menjadi canggung saat Lucas bergeming, ia menatap sekitar dan menemukan banyak daisy liar bermekaran.
"Eum. Apa kamu menyukai daisy?"
"Apa lagi sekarang, huh?"
"Tunggu sebentar. Bujangan tua ini ingin membuat sesuatu." Ia bergerak memetik beberapa daisy di sana, lalu memungut ranting pohon yang cukup panjang, ia berdiri jauh membelakangi Illana, membuat wanita itu terus penasaran.
Saat Lucas kembali, ia menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.
"Ada apa di sana?"
"Musim semi, Illana." Ia menunjukan mahkota sederhana, sebuah ranting melingkar dengan beberapa daisy serta rumput liar tertancap mengelilinginya. Tak ada keraguan ketika Lucas meletakan benda itu di puncak kepala Illana. "Sangat cukup dengan lingkar kepalamu."
Seseorang sepertinya tersentuh menanggapi usaha pria itu, menatap Lucas tanpa berkedip ketika memasang mahkota bunga liar di kepalanya.
"Hei, bujangan tua. Apa kamu sedang jatuh hati?"
***
"Tuan, mengapa Anda terus menatap dinding kosong di sana?" Beny cukup penasaran menanggapi sikap Lucas karena berdiam memandangi sudut-sudut kosong pada penthouse miliknya. Seolah Lucas menemukan hal menarik di sana.
"Beny."
"Ya, Tuan."
"Tolong pesan sekitar lima lukisan renaissance dan segera kirim kemari." Ia berkata tanpa beralih dari sudut kosong di sana.
Beny mengerutkan kening, ia merasa perkataan Lucas cukup janggal. "Lukisan renaissance, Tuan? Bukankah satu benda saja harganya bisa mencapai milyaran? Mengapa Anda ingin membeli lima sekaligus?"
Lucas menoleh. "Kamu meragukan perintahku?"
"Ten-tentu tidak, Tuan. Aku hanya terkejut karena itu sangat banyak."
"Apakah aku sangat miskin di matamu?"
"Tidak! Anda bahkan baru membeli sebuah pulau, aku salah bicara. Maafkan aku, Tuan."
"Jadi, lakukanlah perintahku. Beli lima lukisan renaissance, aku ingin meletakannya pada beberapa sudut. Seseorang harus senang ketika tinggal di sini."
"Seseorang?"
"Ya. Apa kamu pikir aku harus tinggal bersama hantu, huh? Minumlah vitamin agar otakmu menanggapi dengan benar." Ia menyingkir dari sisi Beny saat asistennya masih sibuk memikirkan seseorang yang dimaksud pria itu.
"Seseorang dan lima lukisan renaissance, huh? Mengapa tuan membuat teka-teki, apa yang dia rencanakan? Mengapa merahasiakannya dariku? Apa dia tidak percaya lagi? Apa memang otakku lambat berpikir?" Ia frustasi menghadapi kekonyolan di kepalanya, Beny harus segera mencari seseorang untuk diajak berbagi kekonyolan ini.
***
Apartemen Illana.
Ia baru saja keluar dari kamar mandi, mengikat kimono handuk dan mengambil hairdryer dari laci untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
Ia duduk di depan meja rias, menatap cermin seraya mengarahkan hairdryer di sekitar kepala.
Lalu, ucapan dokter kembali membuatnya berpikir. "Pada pemeriksaan ini cukup menegaskan bahwa Tuan Lucas tidak aktif secara seksual."
Illana mendengkus, ia meletakan hairdryer pada permukaan meja riasnya, melamun.
"Mengapa perkataan dokter terdengar janggal bagiku? Mengapa hanya aku yang merasa denial?" Ia kesal berpikir terlalu kritis. "Lucas adalah pria dewasa, pria matang yang seharusnya diincar banyak wanita. Sulit untuk menyangkal bahwa pria itu memang tampan, tinggi, juga pekerja keras. Jadi, mengapa dia tidak aktif secara seksual saat dirinya bahkan seorang bujangan yang selalu dikelilingi wanita, huh?"
Kemudian, ia mengingat kembali, ekspresi Lucas saat dokter menjelaskannya justru terkesan biasa saja, bahkan tidak peduli. Pria itu tak merasa harus menanggapi apa pun, ia menerima seluruh ucapan dokter, selama Illana juga mendengarnya—bagi Lucas sudah cukup.
"Apa itu? Benarkah dia tidak pernah melakukan seks dengan siapa pun? Omong kosong macam apa yang mengusik pikiranku seperti ini!" Ia semakin kesal karena berasumsi liar tanpa henti. "Bagaimana ada pria sepolos itu?"
Perhatian Illana beralih pada mahkota bunga liar di samping hairdryer, ia mengambil dan menatap lekat benda itu, ketegangan di kepalanya perlahan memudar ketika memikirkan hal lain.
"Dia pernah membaca sebuah novel romansa saat sekolah menengah, apa di sana Lucas menemukan cara membuat benda seperti ini? Sekarang aku sangat akrab hanya menyebut namanya, sulit percaya bahwa dia memiliki karakter bocah laki-laki berusia sepuluh tahun yang menjengkelkan."
Sekarang, ilusi lain muncul di cermin.
"Hei, bujangan tua. Apa kamu sedang jatuh hati?"
Lucas sempat bergeming, ia memperlihatkan seluruh dunia dari bola matanya. "Bukan, aku ikut jatuh dari tebing untuk menangkapmu."
"Mengapa masih hidup?"
"Tentu saja karena menunggumu jatuh hati kepadaku. Jadi, kapan kamu akan mencobanya?"
***