NovelToon NovelToon
Istri Dosen Galak

Istri Dosen Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kunay

Sebuah perjodohan membuat Infiera Falguni harus terjebak bersama dengan dosennya sendiri, Abimanyu. Dia menerima perjodohan itu hanya demi bisa melanjutkan pendidikannya.

Sikap Abimanyu yang acuh tak acuh membuat Infiera bertekad untuk tidak jatuh cinta pada dosennya yang galak itu. Namun, kehadiran masa lalu Abimanyu membuat Infiera kembali memikirkan hubungannya dengan pria itu.

Haruskah Infiera melepaskan Abimanyu untuk kembali pada masa lalunya atau mempertahankan hubungan yang sudah terikat dengan benang suci yang disebut pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gerald Pakar Cinta

Setelah menyelesaikan semua ujiannya hari itu, Fiera duduk di taman yang berada di belakang kampus. Dia menatap dengan pandangan kosong ke arah kolam ikan yang berada di sisi kanannya. Dia sedang memikirkan ucapan Abimanyu yang disampaikan pada Sania.

Apa maksudnya pria itu, mengatakan kalau mereka suami istri?

Sejujurnya tidak masalah baginya, karena kenyataannya memang seperti itu. Hanya saja, sejak awal yang membuat jarak yang jelas adalah Abimanyu. Pria itu bahkan secara terang-terangan mengatakan kalau mereka hanya akan menjalin hubungan sebagai teman. Lantas, kenapa sekarang tanpa berbicara terlebih dahulu padanya, suaminya itu malah memberi tahu orang lain mengenai status hubungannya?

Kenapa Abimanyu selalu saja membuat Fiera bingung dengan statusnya?

Sebenarnya, apa yang pria itu inginkan darinya? Apa Abimanyu sengaja ingin mempermalukannya di hadapan orang lain? Mengingat, banyak orang yang menganggap kalau dia memiliki hubungan dengan sesama dosen di kampusnya, Almira.

Sebuah jentikan jari di hadapan wajahnya membuat Infiera tersadar dari lamunannya. Dia menoleh ke arah samping dan melihatnya. “Pak Ge?”

“Haha ... apa yang kau lakukan di sini?” tanya Gerald. Dia melirik ke arah sekitarnya yang dipenuhi pepohonan tinggi. “Kamu engga takut duduk di sini melamun sendiri? Kerasukan tahu rasa engga ada yang nolongin.”

“Pak Ge, apa, sih? Mana ada kesurupan? Bapak juga apa ke sini?”

Gerald duduk di samping Infiera sebelum menjawab pertanyaan gadis itu, lalu dia menunjukkan bungkusan plastik di tangannya. “Saya setiap hari datang ke sini untuk memberi makan ikannya.”

“Rajin amat, Pak. Kan, ada satpam yang bisa melakukannya.”

“Tidak. Ini ikan saya, jadi saya yang ngasih makan.”

Infiera terkejut dan menoleh ke arah sampingnya. “Bapak yang pelihara?”

“Iya, lumayan, kan? Beberapa bulan bisa dipanen lalu dijual.”

“Pak, yang benar saja.” Fiera memperhatikan ikan yang ada di dalam kolam. Benar, itu ikan mas. Apa dosennya benar-benar tidak ada kerjaan sampai ternak ikan di kolam kampus?

“Haha ... kamu pikir saya bercanda? Tentu saja itu ikan milik saya. Nanti satu bulan lagi bisa dipanen.”

Infiera tercengang dengan dosen blasteran di sampingnya. Baru kali ini, ada dosen yang merangkap peternak ikan di kampusnya. “Wah... saya terkejut. Bapak benar-benar opportunis.”

“Tentu saja, apa pun bisa jadi uang jaman sekarang... .” Gerald melemparkan makanan ikan di tangannya. “Kamu mau mencobanya.”

Fiera mengangguk seraya mengambil satu kepal pakan ikan yang diberikan dosennya, lalu melemparkannya. “Seru juga, ya, liatnya.”

“Tentu saja. Kamu belum jawab pertanyaan saya. Ngapain ngelamun di sini?”

“Engga, kok, Pak. Cape saja abis ujian, ingin ngademin kepala di tempat yang sedikit sejuk.”

Gerald setuju dengan mengangguk. Belakang kampusnya itu memang masih dipenuhi oleh pohon tinggi yang membuat nyaman jika berada di sekitarnya.

“Lelah banget pasti, ya?” tanya Gerald sedikit ambigu dengan pertanyaannya.

Fiera tersenyum simpul seraya memberi makan ikan-ikan di hadapannya. “Tentu saja. Bapak juga ngasih soal dikit, tapi terus beranak.”

Gerald hanya menanggapi dengan tawa jenakanya, karena Fiera menyalahartikan pertanyaannya. Sebagai seorang detektif gadungan, Gerald sedikit banyak tahu apa yang sedang dihadapi oleh Abimanyu dan istrinya ini karena dia banyak menghabiskan waktu bersama dengan sahabatnya belakangan untuk mempersiapkan kafe mereka.

“Kalau cape, istirahat. Kalau kesel, marah saja. Kalau muak, pergi saja. Terkadang kita juga harus egois dengan keadaan. Biar keadaan tahu bagaimana beratnya kita menghadapi mereka.”

Fiera tertawa, masih tidak memahami maksud ucapan dosennya. “Memang boleh pergi, Pak? Nilai aman, kan?”

“Aman, paling kamu ngulang semester depan.”

Fiera langsung manyun mendengar hal itu. “Bapak mah. Katanya kala cape istirahat. Kalau muak pergi.”

Gerald yang tersenyum sebagai tanggapannya. Dia masih sibuk memberi makan ikan piarannya. Dia bangkit dari duduknya setelah makanan ikannya habis. “Ternyata, kamu bisa bodoh juga,” ucap Gerald menepuk pundak Infiera.

“Apa, sih, Pak? Siapa yang bodoh? Kan, bapak yang nyaranin?” 

Namun, perlahan Fiera mulai memikirkan ucapan Gerald. Dia menyangkutkannya dengan sikap Abimanyu yang sangat membingungkan menurutnya. Sekali waktu, pria itu mengatakan mereka berteman, tapi satu waktu Abimanyu memperlakukannya layaknya seorang kekasih, terkadang Fiera juga merasa menjadi istri yang seutuhnya saat dia berada di rumah. Mereka masak bersama dan makan sama-sama, tidak seperti satu tahun terakhir yang memiliki kehidupan masing-masing.

Gerald terkekeh seraya melangkah pergi, lalu melambaikan tangannya pada mahasiswanya itu. “Ingat jangan melamun tidak ada yang meruqiahmu nanti.”

Fiera kembali tersadar. “Pak!” seru Fiera dengan ekspresi ngeri. Dia melirik kesana-kemari. Benar juga. Di sana cukup sepi, dia jadi merinding dan akhirnya memilih untuk bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan taman.

***

“Fiera!” panggil seseorang dari arah belakang, saat Infiera sedang berjalan untuk meninggalkan kampus. Hari ini sangat melelahkan setelah menyelesaikan ujian. Fiera berniat untuk pulang lebih cepat.

Fiera menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah belakang. Dia mengerutkan kening saat melihat siapa yang memanggilnya.

“Fie-Fiera. Aku ingin bicara denganmu.”

“Bicara apa?” tanyanya dengan nada ketus.

“Aku... aku ingin minta maaf untuk kejadian kemarin. Aku tahu—“

Fiera langsung menghentikan Sania yang akan bicara, dia menutup mulut gadis itu saat mengingat kembali pembicaraan gadis itu dengan suaminya. Dia menariknya menjauh ke tempat yang lebih sepi, takut kalau Sania akan membahasnya di tempat umum seperti itu.

Fiera masih tidak tahu tujuan Abimanyu memberi tahu wanita di hadapannya ini.

“Ka-kamu mau bicara apa?” Fiera terlihat gugup. Bagaimanapun, dia masih tidak terbiasa ada orang lain yang mengetahui pernikahannya dengan Abimanyu.

“Aku mau minta maaf mengenai masalah kemarin. Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu....”

Sania menoleh ke arah belakang. Dia juga seperti menjaga ucapannya supaya tidak terdengar orang lain selain mereka. “Aku benar-benar menyesal. Fier, tolong sampaikan pada Pak Abimanyu untuk tidak memperpanjang masalahnya. Aku takut kalau ibuku tahu masalahku.”

Fiera menatap wajah Sania yang terlihat memelas. Wanita itu terlihat takut. Dia sedikit banyak mendengar apa yang dikatakan Abimanyu, tapi tidak tahu pasti benar atau tidak. Fiera juga tidak mengerti, bagaimana Abimanyu bisa tahu. Namun, jika mengingat profesi ibunya Sania. Sepertinya Abimanyu mengenalnya dan sang ayah.

“Jujur, ya, mau itu kau tahu atau tidak seseorang sudah memiliki pasangan atau belum. Apa yang kau lakukan itu sudah keterlaluan. Kau mengajakku untuk menemani teman priamu itu. apa kau pikir itu menyenangkan? Tidak! Itu sangat menakutkan!”

“Iya, Fier. Aku tahu. Aku minta maaf. Aku mohon, katakan pada Pak Abimanyu untuk tidak melaporkan kami pada polisi atau ibuku.” Sania menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. Dia terlihat benar-benar sangat menyesal dengan perbuatannya.

Fiera menghela napas pelan untuk meredakan kekesalannya, tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak. “Baiklah. Aku harap apa yang kamu lakukan tidak lagi diulangi pada siapa pun. Jujur, aku tidak peduli apa yang kamu lakukan di belakang, tapi jika itu sudah berusaha melibatkanku. Tentu saja, aku juga akan bertindak.”

“Tentu saja. Terima kasih banyak, ya.”

Fiera hanya mengangguk, lalu kembali berjalan dengan pikiran yang penuh. Entah kenapa, dia juga mulai memikirkan ucapan Gerald sebelumnya mengenai kelelahannya. Benar dia mulai lelah dengan hubungannya bersama Abimanyu. Dia muak dengan ketidakjelasan. Dia marah dengan sikap Abimanyu yang kadang plin-plan.

Bagaimana caranya aku pergi? Ke mana aku harus pergi?

Fiera sama sekali tidak memiliki tempat sebagai pelarian di Jakarta ini. Dia hanya punya Abimanyu dan rumah mereka sebagai tempatnya pulang. Teman-temannya tidak ada yang tahu mengenai hubungan mereka. Jadi, Fiera sama sekali tidak bisa berkeluh kesah.

“Aaahhh!” jerit Fiera terkejut saat dia berada di luar kampus ketika mendengar suara klakson begitu keras dari mobil yang berhenti di depannya.

Terdengar tawa puas dari arah dalam mobil, diikuti dengan kaca jendela yang diturunkan. Itu adalah Abimanyu. “Apa yang kau lakukan? Melamun di pinggir jalan? Ayo, masuk.”

Fiera terkejut dengan keberadaan Abimanyu. Dia menoleh ke arah belakang. Tidak ada siapa pun di sana yang melihat.

“Kau cari siapa? Ayo, masuk?”

Tanpa mengatakan apa pun, Fiera masuk ke dalam mobil Abimanyu. Pria itu langsung melajukannya, meninggalkan kampus.

“Tumben mas jam segini sudah pulang?”

“Iya, mas harus memeriksa hasil ujian kalian secepatnya.”

Fiera cukup mengangguk sebagai tanggapan. Dia kembali terdiam, memikirkan ucapan Gerald.

Haruskah?

Dia melirik sekilas suaminya yang sedang melajukan mobilnya. Apa yang terjadi pada hubungannya jika Fiera pergi? Bagaimana dengan kedua orang tuanya? Bagaimana dengan mertuanya? Jujur, sekarang Fiera benar-benar butuh waktu untuk kebingungan hati dan pikirannya.

“Apa setampan itu, sampai kamu terus menatap mas?” tanya Abimanyu, dia tertawa dengan pertanyaannya.

“Tidak!” jawab Fiera, memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil. Beberapa saat kemudian, entah apa yang membuatnya mengambil keputusan. Infiera mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan. [Pak Ge, bolehkah aku bergabung dengan Adi untuk mempersiapkan bakti untuk panti jompo juga? Jadi, begitu selesai ujian. Aku langsung bergabung dengan mereka, ke Malang.]

Fiera sungguh butuh waktu untuk hatinya yang bimbang. Mungkin juga memberi waktu pada Abimanyu untuk memilih siapa yang diinginkannya sebenarnya. Infiera yang notabene istrinya atau Almira, kekasihnya?

[Akhirnya kepintaranmu kembali. Pergilah, saya akan mengatur perjalanan kalian dua hari lagi.]

Fiera tersenyum dengan jawaban dosennya. Meski tidak tahu maksud dari kalimat pertama dari dosennya.

Di ruang dekanat. Gerald sedang tertawa puas membaca pesan dari mahasiswanya itu. “Rasakan lo, Bi. Sekarang lo harus temenin gue nyiapin kafe. Biarkan istri lo bersenang-senang.”

Gerald sudah membayangkan bagaimana kepanikan Abimanyu saat tahu keputusan Fiera untuk pergi ke Malang bersama dengan beberapa mahasiswa dalam rangka bakti mereka untuk beberapa panti jompo. “Saatnya Gerald si pakar cinta beraksi.”

...Tap like-nya dulu sebelum pergi. jangan lupa juga beri komen jika kalian suka. Tidak lupa juga vote-nya. Sekian dan terima gaji....

1
SUGA 💙💚💛💜💝💘
Luar biasa
SUGA 💙💚💛💜💝💘
Lumayan
Desy Koro
Luar biasa
SUGA 💙💚💛💜💝💘
bagus
rina Rismayanti
Luar biasa
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
AndriYani
Luar biasa
RinaWati Rimaswan
Nyeseuk bngt baca'y sampe gk sadar keluar air mata 😭😭😭😭 Serasa aq yg ada dlm cerita'y saking meresapi cerita'y
Diah Mistianti
2 ;"
micii
nyesek baca nya
Fera
Luar biasa
Fera
Lumayan
Umriyah Purnawati Sholikhah
nah loh,,,seorang istri itu perasaannya peka banget.ati2 loh Bi
Yenny Wishnutama
Luar biasa
Azriel
Kecewa
Azriel
Buruk
Erwin Cuantiq
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!