Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 34.
Hari ini matahari bersinar begitu cerah. Di lobby perusahaan Raksa Group terlihat beberapa karyawan sudah mulai berdatangan. Siap memulai aktifitas kerja seperti biasa.
Tapi mereka semua di sajikan hal yang tak terduga. Hingga membuat suasana berubah menjadi sedikit berbeda. Karyawan Raksa Group di suguhkan dengan pemandangan yang langka karena melihat pimpinan mereka yang selalu berwajah dingin itu kini bisa membalas sapaan dengan sedikit senyuman.
"Kau melihatnya," ucap salah satu karyawati yang baru saja di lewati Agam. "Pak Agam barusan tersenyum padaku."
Tidak dapat dibohongi ada raut keterkejutan sekaligus senang secara bersamaan.
"Akhirnya Pak Agam terpesona padaku."
"TAKK"
Wanita yang terlihat bengong menatap punggung Agam dan asistennya yang menuju lift itu berhasil mendapatkan jitakan dari teman sejawatnya.
"Beliau hanya membalas sapaan mu, bukan terpesona."
Tidak hanya pada mereka, karyawan yang lain juga mengalaminya. Pagi ini Agam terlihat ringan membalas sapaan karyawan yang mengarah padanya dengan sedikit senyuman.
Semua itu tak luput dari pengamatan sang Pria smart bermata empat. Rama sang asisten dari tadi mulai membaca ada ketidak beresan dari sang Tuan.
"Sepertinya ada yang membuat Anda bahagia, Tuan?"
Tidak dapat lagi menahan rasa penasarannya. Rama segera mengajukan pertanyaan saat mereka sudah memasuki lift.
"Hm."
Begitu singkat Agam menjawab hingga membuat Rama mau tak mau harus mengajukan pertanyaan lagi. Sebagai seorang asisten, bukankah sudah semestinya dirinya tahu dengan keadaan sang Tuan..
"Kalau boleh saya tahu apa penyebabnya, Tuan"
"Kau yakin ingin tahu?" bukannya menjawab Agam malah memberi pertanyaan pada Rama.
Rama terlihat mengangguk dengan cepat dan dibalas dengan tawa dari seorang Agam Raksa. Agam melangkah menuju ruangannya setelah pintu lift terbuka, meninggalkan asisten-Rama yang terdiam membeku karena sesuatu.
Hampir tujuh tahun dirinya bekerja di perusahaan Raksa Group. Belum pernah sama sekali ia mendapati seorang Agam Raksa tertawa di tempat kerja. Putra pertama dari Dad Jon dan Mom Anita itu selalu terlihat serius dengan wajah datar dan minim ekspresinya.
Agam masuk ke dalam ruangan dengan warna hitam dan silver yang mendominasi. Pria yang hari ini berhasil membuat karyawan dan asistennya itu merasa heran tidak langsung duduk di kursi kerjanya. Ia berdiri menghadap dinding kaca. Mengamati keindahan pusat kota saat diterpa Surya.
Melempar ingatan pada hal yang mampu mengalihkan dunianya. Tanpa sungkan, kembali bibir itu tertarik mengukir senyuman. Apa yang ia rasa sungguh jauh berbeda dari sebelumnya. Sulit menyingkirkan bayangan Hena dan Agam akan dibuat gila jika ia berusaha menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal di luar kendali.
Tapi bukankah Pria hanya jatuh cinta sekali, sisanya hanya melanjutkan hidup. Lalu apa yang Agam rasakan saat ini, jika dimasa lalu juga di artikan sama atas nama cinta.
"Kakak!!"
Suara itu berhasil mengusik Agam yang belum terlalu jauh menyelami kebahagiaan yang sedang membuncah menyerang dirinya.
Nathan-sang adik terlihat masuk ke dalam ruangannya disusul dengan asisten-Rama.
"Apa yang sudah Kakak lakukan?"
Entah kenapa pertanyaan Nathan tidak bisa dengan langsung Agam mengerti. Merasa tiba-tiba otak encernya mengalami gangguan Agam memilih menjawab pertanyaan sang adik dengan pertanyaan.
"Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini di perusahaan?"
"Ck...jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, Kak."
Pria muda dengan rambut gradasi pink itu mengambil duduk di sofa di susul asisten Rama. Ia terlihat begitu ingin mengintrogasi sang Kakak, akan jadi senjata yang mematikan jika mengetahui Kakaknya telah melakukan kesalahan.
"Apa yang sudah Kakak lakukan hingga karyawan hari ini tidak melirik warna baru rambutku," protesnya meluncur dengan lancar. "Semuanya terlihat membicarakan hal yang sama tentang pimpinan perusahaan ini yang tiba-tiba berubah."
Agam berjalan mendekat pada adiknya dan mengambil posisi duduk tepat di sebelah Nathan.
"Memangnya apa yang kau dengar?"
"Entahlah tidak jelas. Mereka hanya mengatakan tambah jelek dan tidak berwibawa," dengan tengilnya Nathan menjelaskan. "Tidak ada lagi kata-kata, hay keponakan uncel Dama. Hay Nathan. Kau begitu tampan hari ini dan pujian-pujian lainnya."
Jawaban Nathan berhasil membuat Agam tertawa, ia meraih leher bocah tengil itu dan mengacak-acak tatanan paripurna rambut dengan warna pink milik adiknya.
Rama yang menyaksikan itu semua hanya bisa geleng kepala sembari tersenyum. Tuannya memang begitu menyayangi Nathan, seperti saudara kandung yang berasal dari rahim yang sama.
*
*
*
Tidak jauh berbeda dengan Agam yang berhasil memberi kejutan pada semua karyawan di perusahaan. Hena juga mengalami hal yang sama namun dengan tingkah yang berbeda.
Wanita yang biasanya selalu terlihat ceria dan bahagia di depan semua barang branded miliknya itu kini terlihat mengacak-acak isi lemari pakaiannya.
Silih berganti memadukan outfit namun berakhir dengan ketidak puasan menurut matanya. Instingnya memadukan setelan tiba-tiba saja hilang.
"Ini juga tidak pas," tangannya meraih atasan blouse dengan celana bahan berwarna hitam. "Sepertinya pakaian ku sudah mulai habis."
Keluhan itu jelas tidak sesuai dengan fakta yang ada, karena hampir setengah luas walk in closet hanya berisi lemari pakaian Hena.
"Kenapa aku tidak bisa fokus," kembali tangan itu melempar sembarang apa yang barusan ia pegang. Ia berjalan keluar menuju ranjangnya dan menghempaskan diri di sana. "Seharusnya yang tidak bisa tidur itu dia, bukan aku!!"
Pemilik surai hitam itu terlihat berguling tidak menentu di atas ranjang king size yang ada di kamarnya. Sepertinya ia benar-benar tertekan.
"Aku baru patah hati kemarin. Tidak mungkin secepat ini jatuh hati lagi." gumam Hena pelan namun masih bisa ditangkap oleh indra pendengar ia yang kini sudah berdiri mengamati tingkah laku Hena di pintu kamar yang terbuka.
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣