Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Awal Pertemuan yang Menjengkelkan
Di sebuah rumah sakit besar, terjadi ketegangan ketika salah satu pasien yang sudah berumur mengalami kejang-kejang. Seorang suster nampak begitu panik, dia keluar dari ruang rawat dan berlari menuju salah satu ruangan dokter.
"Dokter! Pasien mengalami kejang-kejang, cepat lakukan tindakan," ucap Suster.
"Baiklah, siapkan alat-alatnya," jawab Dokter Ayuna dengan berjalan cepat menuju ruang ICU.
Seorang wanita tua yang mengidap penyakit jantung koroner, kini telah menjalani tranpalasi untuk menggantikan jantung yang rusak dengan jantung sehat dari pendonor.
Setelah mendapatkan penanganan, akhirnya jantung pasien berdetak normal kembali.
"Syukurlah, akhirnya, ibu ini masih bisa diselamatkan, denyut nadinya masih sangat lemah, dia masih dalam kondisi kritis. Usahakan sering-sering dicek ya Sus, kalau begitu saya akan kembali keruangan saya, kalau ada sesuatu yang buruk, tolong segera hubungi saya," peringat dokter Ayuna.
Ayuna keluar dari dalam ruangan ICU kembali ke ruang kerjanya. Jadwalnya memang sudah habis, namun melihat kondisi pasiennya yang belum membaik, dia tidak bisa meninggalkannya begitu saja.
Rasa capek dan kantuk mulai menyerangnya, dia mencoba untuk menguatkan dirinya dengan memesan mocacino kesukaannya.
"Huft, semoga saja ibu itu segera membaik. Keluarganya juga belum terlihat datang, apa aku harus menunggunya sampai pagi, rasanya tidak mungkin," gumam Ayuna dengan melepaskan baju putih yang menjadi kebanggaannya.
Ayuna gadis muda dengan usianya yang menginjak 23 tahun, kini sukses menjadi dokter spesialis jantung.
Semenjak dirinya masih kecil, Ayuna selalu belajar untuk memeriksa orang-orang di sekitarnya dengan menggunakan stetoskop kebanggaannya.
Derttt... Derttt....
Terdengar suara panggilan masuk di ponselnya yang dia taruh di atas meja.
Ayuna mengambil dan langsung mengangkatnya, "Hallo, apa yang sudah terjadi suster?" tanya Ayuna.
"Dokter, pasien sudah melewati masa kritis, dia sudah sadar. Dokter silahkan cek ke sini," pinta Suster.
"Baiklah, saya akan segera ke sana," jawab Ayuna.
Ayuna mengambil kembali baju dinasnya dan memakainya, setelah itu keluar ruangannya menuju ruang operasi.
"Suster, bagaimana dengan kondisi pasien sekarang? Apa ada banyak perubahan?" tanya Ayuna.
"Iya dok, tapi sekarang pasien tertidur, karena sempat meminta air, dan saya tidak memberinya," ucap Suster.
"Bagus. Jangan berikan minum terlebih dulu, nanti saja setelah beberapa jam. Oh! Ya, bagaimana dengan keluarga pasien? Apa nggak ada yang menemaninya di sini?" tanya Ayuna.
"Tadi ada kedua orang tua paruh baya, namun mereka menyelesaikan biaya Administrasi, dan setelah itu, saya nggak tahu dokter," ucap Suster.
Ayuna pun mengeceknya, keadaannya juga mulai stabil, dia sangat bersyukur karena bisa menyelamatkan nyawa pasien dalam keadaan yang cukup parah.
"Suster, nanti lakukan pengecekan secara berkala. Saya mau pulang, karena jadwal saya sudah habis. Pastikan, nanti kalau pasien sudah bangun, berikan minum, dan juga makan seperti biasanya."
Ayuna memberi penjelasan pada Suster, setelah itu dia langsung keluar dari ruangan tersebut.
Seorang paruh baya telah menunggu di depan ruang ICU, keduanya saling pandang dengan mukanya yang panik.
"Dokter, bagaimana dengan keadaan Ibu saya?" tanya laki-laki paruh baya dengan mendekat pada Ayuna.
"Anda keluarga pasien Nyonya Ane?" tanya Ayuna.
"Iya Suster, saya anaknya," jawab seorang paruh baya itu dengan menganggukkan kepalanya.
Ayuna mengangguk hormat pada kedua paruh baya tersebut dengan melepas senyumnya.
"Begini ibu, kondisi nyonya Ane sekarang Alhamdulillah sudah membaik, beliau sudah melewati masa kritisnya. Tapi maaf, belum bisa dijenguk, nanti akan ada jadwalnya untuk menjenguknya," tutur Ayuna.
"Oh! Begitu ya dokter, terimakasih banyak ya dok," ucap paruh baya itu.
"Iya, Ibu, kalau begitu mari, saya duluan," pamit Ayuna sembari tersenyum sopan pada paruh baya itu.
"Iya dok," jawab paruh baya tersebut dengan mengangguk sopan.
Ayuna langsung meninggalkan mereka berdua menuju ke tempat parkiran mobil.
Ayuna yang tidak suka mendapatkan pujian atas apa yang diraihnya sebagai dokter, diapun melepaskan baju kebanggaannya di dalam mobil dan memilih untuk memakai celana jeans dengan kaos.
"Hidup emang ribet ya, pingin jadi dokter udah keturutan, udah jadi dokter banyak yang caci, dibilang sombong. Yang ini, yang itu, huft, jadi ribet," gerutu Ayuna.
Ayuna memundurkan mobilnya, dirasa aman tempat parkirnya, ternyata tanpa diketahuinya, ada sebuah mobil melintas di belakangnya secara tiba-tiba.
Brak!!!
Suara cukup kencang menggema di telinganya.
"Astaga! Apa yang sudah terjadi, suara apa tadi?"
Ayuna mematikan kembali mesin mobilnya.
Tak berapa lama pintu mobilnya diketuk seseorang dari luar.
"Keluar!" sentak seseorang dengan memekik keras dari arah luar.
Ayuna melotot dengan menatap ke arah luar jendela mobilnya.
"Hah! Siapa dia?"
"Ayo cepat keluar," sentaknya lagi.
"I-iya aku keluar, sabar napa sih," gerutu Ayuna dengan segera membuka pintu mobilnya.
Mendapati pemuda tampan dengan tubuh atletik dan wajah tegasnya, membuat dia tercengang.
Bak dewa Yunani pemuda itu hampir mirip mendekati kata sempurna.
"Wah! Tampan banget," pujinya dalam hati.
Pemuda itu menatapnya geram, seperti ingin menerkamnya saja mendapati gadis yang keluar dari dalam mobil tersebut.
"Kenapa?" kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya pemuda itu dengan muka ketusnya.
Lamunan Ayuna sirna ketika mendapati pemuda itu dengan sifat kakunya.
"Ah! Enggak! Biasa aja kok," jawab Ayuna.
"Dengar, apa kau tadi nggak melihat ada mobil melintas di belakang sini. Kau dengan sengaja memundurkan mobilmu wanita bodoh!" sentak Pemuda itu.
Ayuna yang mendapatkan teguran, diapun memelototkan boleh matanya kesal.
"Apa kau bilang? Aku wanita bodoh? Hey! Memangnya apa yang sudah kulakukan hah! Merugikan apamu?"
Ayuna juga tersulut emosi saat dirinya dikatakan seperti gadis bodoh oleh orang asing yang tidak pernah dikenalinya.
"Kau ingin tahu apa kesalahanmu, lihatlah baik-baik, body mobilku ringsek gara-gara ulahmu, apa matamu nggak melihat kalau ada mobil melintas di sini, kalau mau mundur, lihat-lihat dulu, kali aja bisa nabrak orang. Dan sekarang mobilku yang menjadi korban," cecar lelaki itu dengan menatapnya geram.
Ayuna melotot menatap body mobil pemuda itu telah ringsek ditabraknya. Tapi dia memang tidak sengaja.
'Oh! Jadi yang suara keras tadi mobilku nabrak mobil orang lain. Tapi ngapain dia lewat sini. Ini kan kawasan tempat parkir dokter, kenapa dia mau parkir di sini, enak aja. Berarti ini bukan murni kesalahanku,' gumamnya membatin.
"Aku nggak mau tahu, sekarang kamu harus bertanggung jawab. Jangan coba-coba buat kabur. Ini mobil masih baru, jadi jangan kau anggap itu karena ketidaksengajaan," cecarnya.
"Tapi ini bukan sepenuhnya aku yang bersalah. Ini tempat parkir mobil dokter, kenapa kamu malah memarkirkan mobilmu di sini hah!"
Ayuna tidak mau mengalah, walaupun keduanya sama-sama di posisi yang salah.
"Terus, kalau ini tempat parkir mobil dokter, kenapa kau ada di sini?" tanya pemuda itu.
"Ya, karena aku.... "
Ayuna menggantungkan ucapannya, dia juga tidak mau dirinya dikenal sebagai seorang dokter. Tidak ingin membanggakan dirinya yang berprofesi sebagai dokter.
"Apa? Kau mau menjawab apa? Mau menjawab kalau kau itu seorang dokter? Hm, bagaimana mungkin, penampilan dokter itu sangat feminin, nggak norak seperti ini," ejek pemuda itu.
"Iya, kamu memang benar, bagaimana mungkin aku seorang dokter. Penampilanku saja seperti ini. Aku datang kemari untuk mengambil mobil kakakku, jadi aku punya hak di sini, nggak salah keberadaanku di sini," jawab Ayuna.
"Oh! Jadi gitu. Memang nggak salah keberadaanmu di sini, tapi aku nggak peduli, kau harus bertanggungjawab atas kerusakan mobilku. Aku nggak mau tahu ya? Kita selesaikan sekarang juga," cercahnya.
Ayuna tidak mungkin menghindar dari perbuatannya yang salah walaupun tidak disengaja. Apa lagi kalau sampai pihak rumah sakit tahu dirinya bersalah dan tidak mau bertanggungjawab, reputasinya juga akan jelek di mata orang sekitarnya.
"Ok, besok aku bakalan kasih kerugian untuk kerusakan mobil kamu. Bawa saja dulu ke bengkel, aku akan mengurusnya. Aku akan memberimu nomer telpon, agar bisa terhubung langsung denganmu," ucap Ayuna.
"Tidak bisa, apa kau pikir aku akan percaya dengan ucapanmu itu. Aku maunya sekarang, harus sekarang," peringat pemuda itu.
"Huft, nggak bisa. Malam ini aku harus pulang, aku sudah sangat capek, kalau kamu menginginkan aku buat tanggungjawab, ok, jawabannya besok. Tapi kalau kamu tetap kekeh maunya sekarang, sorry i do not want to."
Ayuna langsung meninggalkan pemuda itu masuk ke mobilnya kembali.
Tidak ingin kehilangan jejak, pemuda itu mengejar Ayuna dengan mengetuk pintu mobilnya.
"Hey gadis bodoh, berikan nomermu," ucapnya.
Ayuna memutar bola matanya dan kembali membuka pintunya.
"Makanya jadi orang jangan sok," tegur Ayuna dengan meminta ponsel pemuda itu dan mencatat nomornya.
"Tapi beneran kan? Jangan berani macam-macam, kalau sampai kau tidak bertanggung jawab, aku bakalan cari sampai ketemu. Selagi kau berurusan sama aku, sampai Kapanpun, kau akan kukejar, " peringat pemuda itu.
"Silahkan, aku nggak takut. Kamu pikir aku takut sama orang sepertimu. Aku nggak, takut pada siapapun, apa lagi sama pemuda sombong sepertimu."
Ayuna memberikan ponsel pemuda itu kembali setelah mencatat nomornya.
Tanpa basa-basi lagi, Ayuna langsung mengendarai mobilnya meninggalkan tempat.
"Sialan!"
Sedangkan pemuda itu mengumpat keras, sangat geram, sembari menatap body mobilnya yang ringsek.