Libelle Talitha, atau Belle, adalah gadis 17 tahun yang hidup di tengah kemewahan sekolah elit di Inggris. Namun, di balik kehidupannya yang tampak sempurna, tersembunyi rahasia kelam: Belle adalah anak dari istri kedua seorang pria terpandang di Indonesia, dan keberadaannya disembunyikan dari publik. Ayahnya memisahkannya dari keluarga pertamanya yang bahagia dan dihormati, membuat Belle dan ibunya hidup dalam bayang-bayang.
Dikirim ke luar negeri bukan untuk pendidikan, tetapi untuk menjauh dari konflik keluarga, Belle terperangkap di antara dua dunia. Kini, ia harus memilih: terus hidup tersembunyi atau memperjuangkan haknya untuk diakui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Belle?
Saat istirahat, Draven mengirim pesan singkat kepada Belle, "Kau ada di mana, Belle? Apa kita bisa bertemu?"
Belle yang sedang berada di perpustakaan, hanya melihat sekilas pesan itu dan memutuskan untuk tidak membalasnya. Dia tidak ingin terjebak dalam percakapan yang tak perlu dengan Draven, apalagi mengingat situasi yang semakin rumit sejak mereka bertemu di Jakarta. Belle menutup buku yang sedang dibacanya, menghela napas panjang, lalu memutuskan untuk meninggalkan perpustakaan.
Namun, saat Belle baru saja melangkah keluar dari pintu perpustakaan, dia tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran Draven yang muncul begitu saja di hadapannya.
"Bagaimana kau tahu aku di sini?" tanya Belle, terkejut sekaligus bingung melihat Draven yang seperti sudah menunggunya.
Draven tersenyum tipis, "Emm, dari mantan pacarku," celetuknya ringan, sambil melirik ke arah Amanda yang tadi memberitahunya.
Belle langsung menghela napas, berusaha menenangkan dirinya. "Aku tidak punya urusan lagi denganmu, Draven. Soal di Manchester, lupakan saja," ucap Belle dengan nada tegas, namun ada sedikit getaran dalam suaranya yang menunjukkan bahwa dia sebenarnya masih terpengaruh oleh pertemuan itu. "Terima kasih juga sudah mengantarku pulang waktu itu. Dan, tolong titipkan terima kasih juga untuk teman-temanmu," lanjut Belle, berusaha mengakhiri pembicaraan secepat mungkin.
Dia melangkah pergi, berharap Draven tidak akan mengejarnya. Tapi Draven hanya diam sejenak, menatap Belle dengan sorot mata yang penuh kebingungan dan sedikit rasa kehilangan. Meski Belle mencoba terlihat kuat, Draven bisa merasakan ada sesuatu yang belum selesai di antara mereka.
"Belle, tunggu!" Draven memanggilnya sekali lagi, namun Belle tetap melangkah tanpa menoleh. Bagi Belle, semakin cepat dia menjauh dari Draven, semakin mudah baginya untuk melupakan semua yang pernah terjadi.
Setelah jam sekolah usai, Belle berjalan keluar dari gerbang sekolah dan menuju ke tempat di mana supir yang dikirim oleh ayahnya, Pak Alfie, sudah menunggu. Draven, yang masih penasaran dengan sikap Belle dan apa yang sebenarnya terjadi di hidupnya, diam-diam memperhatikannya dari kejauhan. Saat Belle masuk ke dalam mobil dan melaju pergi, Draven langsung mengambil keputusan untuk mengikuti mobil itu dengan motor besarnya.
Draven semakin penasaran ketika melihat Belle tidak pulang ke rumah seperti yang umumnya dilakukan oleh siswa di sekolahnya. Mobil yang ditumpangi Belle justru mengarah ke sebuah apartemen mewah di pusat kota. "Kenapa dia tinggal di apartemen, bukannya di rumah?" Draven bertanya-tanya dalam hati, semakin curiga bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Belle.
Dia memarkirkan motornya di seberang apartemen dan melihat Belle turun dari mobil dengan wajah yang terlihat lelah, mungkin karena tekanan emosional yang dia alami sejak kepergian ibunya. Draven memperhatikan setiap gerakan Belle, bagaimana Belle masuk ke apartemen mewah itu tanpa ada senyum atau tanda bahwa dia tinggal bersama keluarganya. Semua ini membuat Draven semakin penasaran.
"Apartemen? Belle tidak tinggal bersama keluarganya?" pikir Draven, menatap gedung tinggi yang kini menelan sosok Belle ke dalamnya. Dia merasa ada yang aneh Belle bukan hanya murid baru biasa yang kembali ke Jakarta.
"Dia pasti dari kalangan atas, mengingat Belle pernah sekolah di Inggris," gumam Draven dalam hati. Namun, ada sesuatu yang janggal. "Kenapa dia tinggal di apartemen? Bukannya di rumah seperti kebanyakan orang?" Draven memutuskan untuk terus mengikuti Belle, merasa semakin penasaran dengan kehidupannya yang misterius.
Saat Belle masuk ke gedung apartemen mewah itu, Draven memperhatikan dari kejauhan. Ketika dia melihat Belle naik ke lantai atas, tepat ke penthouse, Draven semakin terkejut. "Penthouse? Jadi, dia benar-benar bukan murid biasa." Draven menatap bangunan megah di depannya, memikirkan semua informasi yang kini mulai terhubung di kepalanya. Belle jelas hidup dalam dunia yang berbeda dari apa yang ditampakkannya di sekolah. Namun, kenapa dia menyembunyikan ini? Dan kenapa dia tampak begitu tertutup?
***
Di sebuah kafe mewah, Paula duduk bersama teman-temannya, dengan suasana yang sedikit tegang. Mereka sedang membahas tentang Belle, gadis yang tiba-tiba saja muncul di sekolah dan menarik perhatian banyak orang.
“Kamu nggak perlu khawatir, Paula,” ujar Nita, teman dekat Paula, sambil menyeruput kopinya. “Dia nggak akan pernah bisa lebih hebat darimu. Status sosial kalian jelas beda jauh. Kamu pewaris bisnis besar, semua orang tahu itu.”
Paula menggigit bibirnya, tampak tidak puas. “Tapi dia bukan orang sembarangan, Nita,” jawab Paula dengan nada gusar. “Belle bukan seperti murid baru lainnya. Aku tahu ada sesuatu yang dia sembunyikan. Dia sekolah di Manchester, dan aku pernah bertemu dia di sana. Ada yang nggak beres.”
Salah satu temannya, Rina, ikut menyela, “Maksudmu, dia memang punya latar belakang yang kuat? Tapi tetap saja, di sini kamu yang punya kuasa, Paula. Semua orang di sekolah tunduk padamu.”
Paula menggelengkan kepala. “Justru itu yang buat aku khawatir. Dia datang dari kalangan atas, mungkin lebih tinggi dari kita. Dan kenapa dia ada di sini sekarang? Kenapa tiba-tiba pindah ke sekolah kita, bahkan ke kota ini?”
Nita menatap Paula dengan rasa penasaran, "Apa kamu pikir dia punya motif lain, Paula? Kau merasa dia mungkin punya hubungan dengan Draven?"
Paula mendengus kesal. "Itulah masalahnya. Dia sudah punya hubungan dekat dengan Draven sebelum dia muncul di sini. Dan aku nggak suka itu sama sekali."
Nita mencoba menenangkan Paula dengan senyum penuh keyakinan. “Aduh, Paula, tenang saja,” ujarnya sambil menyandarkan punggung ke kursi. “Kamu dan Draven itu sudah tunangan. Nggak ada yang bisa menghalangi kalian. Lagipula, bisnis keluarga kalian itu jaminannya. Semua orang tahu betapa pentingnya penyatuan keluarga kalian untuk bisnis. Belle? Dia cuma lewat.”
Paula tetap tampak gelisah, meski mencoba menyembunyikannya. “Aku tahu itu, Nita. Tapi tetap saja, Draven kelihatan berbeda sejak Belle muncul. Dia nggak pernah benar-benar terlibat dalam rencana ini, dan sekarang kehadiran Belle bisa jadi masalah besar.”
Nita tertawa kecil, “Kamu overthinking, Paula. Draven memang cowok yang perhatian, tapi pada akhirnya, dia nggak bisa menolak apa yang sudah direncanakan keluarga. Kamu ini masa depan dia kamu yang punya peran besar dalam hidup dan bisnisnya. Kamu nggak perlu takut sama Belle.”
Paula menundukkan pandangannya, mengambil nafas panjang. “Kamu benar. Tapi aku nggak bisa abaikan perasaan ini. Sejak dulu Draven nggak pernah benar-benar peduli sama pertunangan ini. Dia selalu punya sisi misterius, dan sekarang Belle muncul, seolah ada benang merah di antara mereka yang belum aku pahami.”
Teman-temannya mulai menimpali, mencoba meredakan kegelisahan Paula dengan berbagai cara. Namun di dalam hatinya, Paula tahu ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi. Meskipun Nita terus-menerus meyakinkannya bahwa posisi Paula aman, bayangan Belle yang semakin dekat dengan Draven terasa seperti ancaman yang nyata.
Paula memutuskan dalam hati, “Aku nggak akan tinggal diam. Aku akan cari tahu apa yang sebenarnya diinginkan Belle, dan pastikan dia nggak mengganggu masa depan yang sudah aku rencanakan dengan Draven.”
serta jangan lupa untuk mampir di ceritaku ya❤️
ada beberapa kalimat yang masih ada pengulangan kata..
contoh kyk ini: Belle berdiri di jendela di bawah langit.
jadi bisa d tata struk kalimatnya;
Belle berdiri di tepi jendela, menatap langit Inggris yang kelam
atau bisa juga Belle berdiri di jendela, memandang langit kelam yang menyelimuti Inggris.
intinya jgn ad pengulangan kata Thor, dan selebihnya udah bagus