Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku
Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.
Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?
Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 21
Mila itu wanita idaman sejuta umat.
Kalimat Aden itu terus terngiang ditelinga Elgar. Tidak, dia tak boleh tinggal diam. Lengah sedikit saja, bisa bisa diembat orang. Dia tak akan menjadi bodoh untuk kedua kalinya dengan melepaskan Mila.
Dan hari ini, dua orang pria membuatnya ketar ketir meski dia yakin bukan saingan yang berat. Pertama Aden, yang kedua pria yang menggandeng Mila dilobi tadi.
Elgar mengambil ponsel untuk menelepon Aden. Menanyakan tentang proses perceraiannya dengan Salsa.
Aden menghela nafas lemah. Kalau saja yang menelepon itu bukan bos nya, sudah pasti dia maki sampai entek elek kurang golek istilah jawanya.
"Hari ini berkas itu baru dimasukkan ke pengadilan agama Pak. Jadi tolong bersabar sedikit, semua ada prosesnya."
Aku yakin dia bukan orang bodoh. Tak mungkin berkas yang baru masuk hari ini, besok sudah mau minta putusan cerai.
Aden mengumpat dalam hati tatkala Elgar menutup sambungan telepon begitu saja.
"Astaga, menyebalkan sekali orang ini." Teriak Aden didepan ponsel. Dia membuang nafas kasar lalu duduk sambil berfikir. Bertahun tahun diselingkuhi, tak ada niat menggugat cerai. Tapi sekarang, ada apa dengan bos nya itu. Mendadak merubah penampilan, mendadak ingin bercerai, dan yang paling bikin dia darah tinggi, bosnya itu mendadak menyebalkan.
Sedangkan Elgar, dia tak bisa fokus melakukan apapun saat ini. Dia terus terusan teringat Mila. Sedang apa wanita itu? Sedang istirahat, memikirkannya, atau malah sedang kencan dengan pria lain.
"Aku harus meneleponnya, memastikan sedang apa dia sekarang?"
Elgar mencari kontak Mila diponselnya. Meski bingung nanti harus bicara apa, yang penting dia telepon dulu.
Tut tut tut
Terdengar nada tersambung.
"Mila, cepat angkat." Dia sungguh tak sabar ingin cepat mengetahui sedang apa Mila sekarang.
"Hallo."
Deg
Elgar sangat kaget saat mendengar suara anak kecil yang menjawab ponsel Mila. Dan suara itu, kenapa rasanya tidak asing.
"Hallo." Kembali anak kecil diseberang sana bersuara. Lidah Elgar mendadak kelu. Pikirannya berkecamuk, siapa anak kecil itu? Apakah Mila punya anak? Tapi, statusnya masih lajang di cv yang dia baca.
"Saga, biar Om yang bicara."
Samar samar, Elgar mendengar suara pria menyebut nama Saga.
Elgar seketika teringat bocah kecil bernama Saga yang sekolah di TK Sinar Mentari. Ya, Saga yang hari itu bermain games dengannya. Saga yang wajahnya sangat mirip dengannya.
"Hallo, hallo Pak." Terdengar suara pria dewasa.
Elgar mematikan teleponnya. Begitu banyak pertanyaan dikepalanya yang butuh jawaban secepatnya.
Saga tak pernah bertemu dengan papa. Saga pindah dari Singapura sebulan yang lalu.
Elgar berlari keluar kamar untuk mencari mamanya. Malam ini juga, dia harus tahu jawabannya. Entah feelingnya benar atau tidak, dia merasa jika Saga adalah putranya dengan Mila.
"Mah, mamah." Teriak Elgar sambil membuka pintu kamar mamamya.
"Ada apa teriak teriak El?" Tanya Bu Dirga heran. Dulu kebiasaan anaknya memang seperti itu, tapi sejak menikah dengan Salsa, jangankan berteriak, bicara saja sangat jarang.
"Elgar butuh nomor telepon kepala sekolah Sinar Mentari."
Bu Dirga mengernyitkan dahinya. Menutup buku yang sedang dia baca lalu melepas kaca mata.
"Mah, buruan." Elgar tak bisa menunggu lebih lama lagi.
"Untuk apa kamu minta nomor telepon kepala sekolah?" Bu Dirga makin bingung.
"Tolong jangan bertanya dulu, ini sangat penting."
Bu Dirga mencurigai adanya sesuatu. Tapi seperti kata Elgar, dia tak boleh bertanya dulu. Dia mengambil ponsel yang berada diatas nakas lalu mengirim kontak kepala sekolah ke nomor Elgar.
Elgar keluar dari kamar mamanya untuk menghubungi kepala sekolah. Tapi sayang, jawaban yang dia dengar tak sesuai harapan.
"Semua data anak anak tersimpan dikomputer sekolah. Tidak ada di komputer pribadi saya."
"Apa ibu mengenal anak yang bernama Saga? Anak baru, pindahan dari Singapura?"
"Maaf Pak Elgar, saya kurang tahu masing masing anak. Mungkin wali kelasnya lebih paham. Bisa saya tahu dikelas apa dia?"
Elgar mendecak pelan. Jelas saja dia tak tahu Saga berada dikelas apa? Meski saat games dulu sempat disebutkan, tapi dia lupa. Tapi jika benar Saga anaknya, sudah tentu usia anak itu 6 tahun lebih.
"Mungkin di kelas TK B."
"TK B total ada 2 kelas Pak, kelas yang mana ya?"
Rasanya Elgar hampir putus asa. Apa dia tanya langsung saja pada Mila. Ah, tapi belum tentu dia mau jujur. Buktinya selama ini Mila tak pernah bilang jika dia punya anak.
"Mungkin kelas guru yang paling cantik." Elgar merutuki dirinya sendiri saat terdengar tawa pelan ibu kepala sekolah. Semoga wanita itu tidak berfikir yang macam macam tentangnya. Tapi yang dia ingat, saat itu Saga bersama seorang guru yang cantik. Bisa dibilang paling cantik diantara lainnya.
"Mungkin Miss Naomi yang Bapak maksud?"
"Ya, mungkin saja. Bisa minta nomor teleponnya?"
Tak ada alasan kepala sekolah untuk menolak. Elgar pemilik yayasan, sudah tentu dia berhak mengetahui nomor telepon tenaga pengajar di sekolahnya.
Begitu mendapatkan nomor Miss Naomi, Elgar segera menghubunginya. Tapi tetap saja, tak semulus jalan tol.
"Maaf Pak, tapi saya tak ingat nama wali murid masing masing anak."
Elgar membuang nafas kasar sambil menyunggar rambutnya kebelakang. Kenapa susah sekali. Apa dia harus menunggu besok pagi untuk kesekolah dan melihat data Saga? Tapi itu terlalu lama, dia tak bisa menunggu.
"Tapi saya punya nomor telepon mamanya Saga."
Elgar seperti mendapatkan angin segar. Tak sabar dia menunggu Miss Naomi mengirimkan nomor telepon mamanya Saga.
"Mila!" Elgar syok melihat nomor yang dikirm Miss Naomi adalah nomor yang sudah ada dikontak ponselnya atas nama Mila.
...----------------...
Mila keluar dari dapur sambil membawa sepiring bakwan sayur. Dia kaget melihat dasi yang dipegang Billi. Bagaimana ceritanya dasi itu ada pada Billi.
Melihat Mila datang, Billi menatapnya penuh tanda tanya.
"Mama bawa apa?"
Saga beranjak dari karpet lalu menyongsong mamanya.
"Bakwan sayur, Saga mau?"
Bocah itu mengangguk cepat.
Mila meletakkan sepiring bakwan sayur diatas meja lalu mengambilkan satu untuk Saga. Dia melirik pada Billi. Pria itu biasanya paling cepet kalau urusan makanan, tapi saat ini, Billi seperti tak tertarik pada makanan yang dia bawa.
"Mil, bisa kita bicara berdua?"
Mila menelan ludah lalu mengangguk. Dia tahu jika Billi pasti akan mengintrogasinya tentang dasi itu.
Mila mengikuti Billi menuju teras. Meninggalkan Saga yang masih asik bermain game di ponselnya.
"Dasi itu_"
"Punya Pak Elgar." jawab Mila cepat. "Jangan mikir macem macem. Dia tadi nitip dasi itu pas kita lagi diluar. Aku lupa memberikan kembali padanya saat dikantor."
Meski jawaban Mila terdengar masuk akal. Tapi Billi masih curiga jika ada apa apa diantara mereka. Pak Elgar langsung menutup telepon saat dia yang menjawab. Jika memang ingin membahas urusan kerjaan, bukankah dia akan bilang jika mencari Mila, bukan menutup begitu saja.
"Barusan dia telepon."
Mata Mila membulat sempurna. Telepon? Bukankah tadi yang bawa ponselnya adalah Saga. Dia menoleh pada Billi yang duduk disebelahnya.
"Jangan bilang kalau yang jawab teleponnya_"
"Saga yang jawab."
Tubuh Mila terasa lemas. Apakah itu artinya, Elgar sudah tahu jika dia punya anak?
"Kenapa kamu kaget begitu? Takut Pak Elgar tahu jika ternyata kamu itu punya anak, bukan lajang seperti di ktp?" Billi salah mengartikan ekspresi Mila. Dia pikir Mila tak mau Elgar tahu jika dia memiliki anak karena menaruh hati pada pria itu.
"Sadar Mil, Pak Elgar itu pria beristri. Aku rasa kamu cukup paham untuk tidak menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang."
Perkataan Billi sama sekali tak masuk dalam kepala Mila. Saat ini, dia sedang memikirkan Elgar. Kira kira apa yang pria itu pikirkan saat anak kecil yang menjawab teleponnya.
"Bil, sepertinya sudah malam. Aku mau istirahat." Mila beranjak dari duduknya lalu masuk kedalam rumah. Mengunci dari dalam bahkan saat Billi belum meninggalkan teras rumahnya.
kek penyakit kali dengar jnda
Lo selingkuh sama laki-laki yang mencintai Lo.
di bisa memberi Lo kebahagian yang tidak Lo dapat dari Elgard
tidak tau siapa aja yang kerja di perusahaan ya El