Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #15
Abi mengajak Al jalan-jalan ke Mall, dia akan membelikan apa saja yang Al inginkan. Abi pun bertanya apa sekiranya kesukaan Anaya karena dia ingin membelikan sesuatu untuk Naya, Abi akan terus mencoba mengambil hati Anaya.
Mereka terus berkeliling hingga Abi melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang.
"Al, kamu mau Papa ajak ke suatu tempat gak?"
Al terdiam. "Kemana, Pa?" tanyanya penasaran.
"Kita ke luar kota, ke rumah Oma kamu."
Al berpikir karena dia tidak berani pergi tanpa seizin dari Mamanya.
"Tapi Al takut, Al harus pamit dulu jika tidak Mama pasti akan marah."
"Ya sudah, kamu bisa hubungi Mama kamu."
Al mengambil ponsel dan menghubungi Mamanya.
Anaya yang kala itu sedang melayani pembeli langsung mengangkat panggilan telepon.
"Halo, assalamualaikum."
📱"Waalaikumsalam, Ma. Ma, Al ingin mengatakan sesuatu."
"Apa yang ingin kamu katakan, Nak?Mama sedang sibuk melayani pembeli karena waktu menjelang makan siang warung kita sangat ramai. Kamu baik-baik saja 'kan? Pak Abi masih bersamamu 'kan?"
📱"Ya, Ma. Al baik-baik saja dan Papa masih bersama dengan Al." Al menarik nafas lalu menghembuskan perlahan. "Al ingin pergi ke luar kota, Papa mengajak Al ke rumah Oma."
Naya yang saat itu sedang membungkus nasi rames menghentikan aktivitasnya. "Ke luar kota? Apa-apaan ini, Nak? Jangan hanya karena Mama memperbolehkan kamu bersama dengan dia jadi dia bisa sesukanya mengajak kamu kesana-kemari. Enggak, Mama gak izinin!" bantah Naya dengan tegas.
📱"Tapi, Ma—" Abi mengambil ponsel yang Al pegang.
📱"Hanya sebentar, Naya. Pukul lima sore kamu akan segera pulang, aku berjanji."
"Pak, jangan gegabah! Apa pendapat keluarga Bapak nanti jika Pak Abi membawa Al ke rumah dan mengatakan jika Al anak Bapak?"
📱"Aku bisa mengatasi semuanya, kamu tidak perlu risau."
"Iya, sebentar." Naya berkata pada pembeli yang sedang dia bungkus 'kan pesanannya.
"Kita bicara lagi nanti, jangan mengambil keputusan apapun sebelum saya memberikan persetujuan." Naya langsung mematikan sambungan telepon.
Di Mall.
Al menatap wajah Abi.
"Bagaimana, Pa?"
Abi melirik Al sejenak. "Kita pergi saja, Papa akan mengumumkan pada semua orang jika kamu adalah anak Papa. Kamu jangan takut karena nanti Papa yang akan membuat Mama kamu mengerti."
Al menurut saja sebab dia juga penasaran dengan kehidupan sang Papa selama ini.
Mereka pergi menuju mobil.
🌺🌺🌺🌺
Pukul lima sore.
Anaya risau karena sedari tadi ponsel milik Al tidak bisa dihubungi, Naya khawatir jika Abi berbuat sesuatu yang buruk terhadap Al. Anaya tidak bisa berpikir jernih jika dia tidak mendapat kabar tentang anak sematawayangnya.
Deru mobil terdengar di halaman warung, seorang pria tampan yang tak lain adalah Denis turun dari mobil dan berjalan menghampiri Naya.
"Nay, kok sepi? Al kemana?" Denis langsung bertanya ketika dia sudah sampai di dalam warung.
Anaya meletakkan ponselnya dan dia melirik Denis.
"Al sedang pergi."
Dahi Denis mengerut karena heran. "Pergi dengan siapa?"
"Dia, dia pergi dengan—" Anaya ragu untuk mengatakan jika Al pergi bersama dengan Abi.
Denis mengerti akan kebingungan Anaya, dia mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Nay, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.''
Anaya menoleh dan menatap Denis.
"Jika menurut kamu ucapanku ini diluar batas, maka kamu bisa mengatakannya padaku."
"Ada apa Pak Denis?"
"Aku, aku sebenarnya sudah lama memendam perasaan istimewa untukmu."
Naya menelan ludah, dia mengerti akan perkataan Denis.
"Nay, apa kamu bersedia menikah denganku? Aku sangat menyayangi Al dan dirimu, aku sudah menganggap Al seperti anak kandungku sendiri. Izinkan aku untuk membahagiakan kalian berdua, aku berjanji dan bersumpah tidak akan menyia-nyiakan kalian."
Anaya diam seribu bahasa, dia sebenarnya tidak ingin menyakiti hati Denis tetapi disisi lain dirinya juga belum siap untuk membina rumah tangga. Naya masih ingin sendiri, membesarkan Al dengan kerja kerasnya dan mengembangkan usahanya agar lebih besar lagi.
Di kediaman Pamungkas.
Al sedang duduk bersama dengan Mama Abi yang bernama Shanti, mereka berdua bersantai di taman samping rumah. Al sangat senang karena keluarga Abi menyambutnya dengan baik tanpa ada penolakan sedikitpun. Abi mengatakan semua peristiwa masa lalu nya agar kedua orangtuanya mengerti dan bersedia menerima Al.
Pada waktu Abi bercerita, Al sedang bermain di kolam renang bersama dengan sang asisten rumah tangga. Kedua orang tua Abi sangat kesal dengan hal yang Abi lakukan hingga membuat kehidupan seorang gadis hancur begitu saja, orang tua Abi tidak pernah memandang status sosial. Keluarga Pamungkas adalah keluarga yang baik dan tidak pilih-pilih dalam hal berteman, mau itu dari kalangan bawah ataupun sosialita.
Abi berkata jika dia masih dalam tahap pendekatan dengan Naya, Abi pun ingin agar kedua orangtuanya memutuskan perjodohan antara dia dan Elvira. Kedua orang tua Abi bingung karena merasa tidak enak dengan Elvira berserta keluarganya tetapi inilah permintaan Abi.
Deru mobil terdengar berhenti di halaman rumah Pamungkas, pria tua berusia sekitar delapan puluh tahunan berjalan masuk ke dalam rumah mewah keluarga Pamungkas. Ya, dia adalah eyang buyut dari Papa Abi.
Eyang buyut datang karena dia mendapat kabar jika Abi sudah memiliki anak dan anak Abi berada di kediaman Pamungkas.
Papa Abi— Johan, berjalan menghampiri sang Papa yaitu eyang buyut.
"Dimana anak itu? Aku ingin bertemu dengannya.'' ujar eyang tanpa berbasa-basi.
Abi pun menghampiri eyangnya, dia mencium punggung tangan eyang dengan sopan.
"Eyang buyut apa kabar?"
Eyang hanya diam saja. "Apa kamu tidak melihat jika aku dalam keadaan sehat? Aku sudah berada disini dan itu tandanya keadaanku sangat baik."
Abi hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, beginilah eyang mereka.
"Dimana bocah yang dikatakan jika dia itu adalah putramu?"
Abi mendongak, dia menelan ludah karena takut jika eyang akan memberikan pertanyaan yang tidak akan bisa Al jawab. Eyang mereka sangat tegas hingga beberapa cicit nya takut dengan eyang.
"Dia, dia—"
"Papa!" Al berteriak hingga membuat ucapan Abi terpotong.
"Itu dia? Tidak punya sopan santun, berteriak disaat orang tua sedang berkumpul."
Abi menunduk.
Al berjalan dengan santai ke arah para orang tua, dia menarik tengah eyang dan mencium punggung tangan eyang.
"Maafkan saya, saya tidak sengaja berteriak seperti itu."
Eyang terkejut dengan perbedaan sikap Al.
"Siapa namamu?"
"Alvarendra Maulana." jawab Al tegas tanpa rasa takut ketika melihat wajah garang yang terpancar dari eyang. "Mama berkata jika harus bersikap sopan di hadapan orang tua, maka dari itu tadi aku tidak melihat jika disini ada orang tua lain selain Papa."
Sudut bibir eyang tertarik sedikit, baru kali ini dia melihat cicitnya tidak takut dengannya bahkan terlihat tegas.
"Ikut denganku."
Eyang berjalan menaiki anak tangga menuju ruang istirahatnya, Al melirik Abi sejenak lalu Abi mengangguk pelan memberikan kode setuju.
Al mengambil nafas pelan lalu dia berjalan menaiki anak tangga untuk menyusul eyang buyut.
•
Visual Alvarendra
**Kediaman keluarga PAMUNGKAS
•
TBC
MAMPIR KE NOVEL TEMAN OTHOR YUK 🤗