Benih Dalam Kegelapan
Malam Minggu adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Gadis cantik dan manis bernama Calista hari ini terpaksa mengikuti permintaan ketiga sahabatnya untuk pergi ke klub malam. Awalnya, Calista terus menolak permintaan gila teman-temannya itu, tetapi mereka terus merengek kepadanya hingga akhirnya mau tak mau, Calista mengikuti kemauan ketiga sahabatnya itu.
Ini adalah pertama kalinya bagi Calista berada di klub malam. Selama ini, ia tak pernah ke tempat semacam ini karena menurutnya, klub malam hanya membuat kepala terasa pusing dan hanya bisa menghamburkan uang dengan mudah.
Cahaya yang minim, lampu yang berkelap-kelip, bau alkohol yang menyengat, dan musik yang sangat kencang hingga orang-orang yang sedang melakukan hal tak senonoh pun memenuhi klub malam ini. Calista sedari tadi hanya bisa duduk terdiam, memperhatikan ketiga sahabatnya yang asyik minum dan berjoget-joget tak jelas di hadapannya. Mereka bertiga sungguh-sungguh membuat Calista pusing.
“Calista, ayo joget!” ajak salah satu sahabat Calista yang bernama Jehana.
“Nggak ah, Na. Lo aja tuh sama Riana sama Lily,” tolak Calista.
“Gak asik lo, Cal. Masa kesini nggak happy-happy sih?” sindir Riana.
“Ah, Calista anak alim. Susah dia kalau mau diajak bandel,” Lily pun duduk di samping Calista sambil meminum alkoholnya. Jehana dan Riana pergi menjauh dari mereka berdua yang sedang duduk, Calista pun kebingungan dengan Lily yang sejak tadi tak berhenti minum.
“Ly, kalau lo stres sama matkul, jangan begini juga,” ujar Calista.
“Gue nggak stres matkul, Cal. Hahaha,” balas Lily sambil tertawa tak jelas. Lalu, karena Lily sudah sangat mabuk, akhirnya ia pun tertidur di sofa yang mereka tempati.
Hari semakin larut. Handphone Calista juga sudah sangat lowbat, tetapi Jehana dan Riana belum juga kembali. Calista sebenarnya ingin sekali segera pergi dari tempat ini. Namun, ia tak bisa, karena Lily yang sedang tertidur. Jika Calista meninggalkan Lily sendirian, ia takut ada laki-laki hidung belang yang berbuat hal tak senonoh padanya.
Tak lama, akhirnya Jehana dan Riana pun kembali ke tempat duduk mereka, dengan Jehana yang membawa dua botol alkohol lagi untuknya dan Riana.
“Jehana! Riana! Udah maboknya! Stop!” omel Calista sambil merebut dua botol alkohol yang dipegang Jehana.
“Ckkk, gak asik lo, Cal,” sebal Riana.
Jehana memberikan Riana kode, Riana yang mengerti pun segera memegangi kedua tangan Calista sementara Jehana mencekokkan alkohol ke dalam mulut Calista.
“Ahhh, Na! Riana!” teriak Calista yang tak tahan.
“Udahh! Ahhh! Uhuk uhuk!” Mereka memasukkan alkohol cukup banyak ke dalam mulut Calista, sampai-sampai alkohol tersebut tumpah ke baju Calista. Setelah merasa cukup puas, akhirnya Jehana dan Riana pun menyudahi pekerjaan mereka. Mereka berdua sangat senang sekarang karena berhasil memasukkan alkohol ke dalam tubuh Calista.
“Gila lo berdua! Nanti kalau gue mati, gimana?” omel Calista.
“Gak akan mati, Cal. Santai aja sih,” ujar Jehana.
“Akh, bodo amat! Sebel gue tuh sama lo berdua!” Calista yang merasa kesal pun langsung terdiam karena mood-nya sudah berantakan.
Tak butuh waktu lama, kepala Calista mulai terasa sangat pening karena ia sangat lemah terhadap alkohol. Jehana dan Riana yang melihat Calista mulai kehilangan kesadaran pun semakin merasa senang. Calista benar-benar sudah tak tahan berada di tempat seperti ini, kepalanya sudah seperti mau pecah, ditambah lagi penglihatannya sudah mulai buram.
“Jehana, Riana,” panggil Calista.
“Apa?”
“Kok badan gue ngerasa panas ya?” tanya Calista takut.
“Ah, lo cuma gak biasa aja sama alkohol, Cal. Yaudah deh, lo pulang duluan aja, biar gue pesenin taksi online,” jawab Jehana. Tak lama, Jehana pun yang kasihan pada Calista segera memesan taksi online.
Tak butuh waktu lama, taksi online yang dipesan Jehana pun telah sampai. Lalu Riana segera membangunkan Lily untuk mengantarkan Calista ke depan.
“Ly! Bangun, Ly!” teriak Riana, membuat Lily terbangun.
“Hmmm, apaan sih!” sebal Lily.
“Anterin si Calista ke depan nih, dia mau pulang soalnya udah terbang,” suruh Riana.
“Hah! Hahaha, iya iya!” Lily segera menyeret Calista keluar dari klub malam. Tubuh mereka berdua pun hampir terhuyung jatuh karena mereka berdua sangat mabuk berat.
“Hahahaha, alien Cal!” kata Lily sambil menunjuk-nunjuk ke atap.
“Hahahaaha gila! Hahahaha!” Calista pun membalasnya dengan tawa, tak sadar dengan kondisi dirinya.
“Badan gue panas! Hahahaha gatel!” ujar Calista, tetapi Lily mengabaikannya.
Lily dan Calista pun sudah berada di luar klub malam. Mereka berjalan ke arah parkiran, dan Lily secara tak sengaja menabrak seseorang yang juga sedang mabuk berat.
“Nah, nih abang-abang taksi online-nya Cal. Bang, anterin dia ya,” ujar Lily, lalu Lily pun melepaskan gandengan Calista dari tangannya.
“Hati-hati, bang. Bye, Cali!” teriak Lily sambil berjalan memasuki klub kembali dengan susah payah.
“Ayo pulang!” ajak Calista sambil menarik tangan laki-laki tersebut, tetapi lelaki tersebut hanya diam dan mencoba memandang wajah Calista.
“Mas! Ayo pulang!” ajak Calista lagi, kini dengan nada sedikit lebih mendesak.
Laki-laki yang juga sedang mabuk berat itu hanya menggeleng, tetapi sepertinya ia mengerti dan akhirnya membopong tubuh Calista. Mereka berdua berjalan menuju hotel yang berada cukup dekat dari klub malam tersebut.
Sesampainya di hotel, mereka berdua segera memasuki lift. Laki-laki tersebut, dengan susah payah, segera memencet tombol lantai di mana kamarnya berada. Calista yang merasa tubuhnya panas dan tak nyaman, akhirnya dengan cepat segera memeluk tubuh laki-laki yang tak ia kenal itu.
Laki-laki tersebut terkejut dengan tindakan Calista. Ia tak pernah membayangkan akan ada gadis yang begitu berani mendekatinya di malam yang penuh alkohol ini. Namun, saat merasakan kehangatan tubuh Calista yang tak terduga, ia merasa hatinya bergetar.
“Kenapa lo peluk gue?” tanya lelaki itu dengan suara serak, mencoba terdengar lucu meski sebenarnya merasa canggung.
“Karena badan gue panas, mas. Tolong, deh!” jawab Calista sambil tersenyum meski matanya hampir tertutup. Rasa percaya diri yang ia miliki kini hilang, dan yang tersisa hanya rasa ketidakpastian.
Sesampainya di lantai yang dituju, laki-laki itu dengan hati-hati menuntun Calista keluar dari lift. Mereka berjalan menuju kamar yang berada di ujung koridor. Laki-laki itu merasa bingung, berusaha mencari kunci kamar dalam keadaan setengah sadar.
“Lo udah pernah ke sini sebelumnya?” tanya Calista, sedikit ingin tahu, tetapi suaranya tak lebih dari desahan yang lembut.
“Belum,” jawabnya sambil berusaha membuka pintu. “Tapi sepertinya semua tempat seperti ini sama.”
Ketika pintu akhirnya terbuka, laki-laki itu mengantarkan Calista ke dalam kamar. Calista segera terjatuh ke kasur yang empuk, dan rasa kantuk mulai menggelayuti pikirannya.
“Gue nggak mau sendirian. Tungguin, ya?” Calista berujar dengan suara pelan, tak ingin terlelap tanpa ada seseorang di sampingnya.
“Lo tenang aja, gue temenin lo,” jawab laki-laki itu, merasa aneh dengan situasi ini tetapi tak bisa menolak. Meskipun mereka adalah orang asing, ada sesuatu dalam diri Calista yang membuatnya merasa perlu melindungi gadis ini.
Saat malam semakin larut, Calista tertidur pulas, sementara laki-laki itu duduk di sampingnya, merasa bingung dengan apa yang terjadi. Rasa tanggung jawab dan ketertarikan mulai bercampur aduk dalam pikirannya.
Entah bagaimana, malam itu akan menjadi awal dari kisah yang tak terduga antara mereka. Di balik kebisingan dan kegilaan malam, sebuah cerita baru sedang dimulai. Mungkin, cinta bisa tumbuh dari situasi yang paling tidak terduga. Atau mungkin, mereka berdua akan terjebak dalam kekacauan yang akan mengubah hidup mereka selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments