Kinanti, seorang gadis sederhana dari desa kecil, hidup dalam kesederhanaan bersama keluarganya. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupannya yang biasa mulai berubah ketika rencana pernikahannya dengan Fabio, seorang pria kota, hancur berantakan.
Fabio, yang sebelumnya mencintai Kinanti, tergoda oleh mantan kekasihnya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Pengkhianatan itu membuat Kinanti terluka dan merasa dirinya tidak berharga.
Suatu hari, ayah Kinanti menemukan sebuah cermin tua di bawah pohon besar saat sedang bekerja di ladang. Cermin itu dibawa pulang dan diletakkan di rumah mereka. Awalnya, keluarga Kinanti menganggapnya hanya sebagai benda tua biasa.Namun cermin itu ternyata bisa membuat Kinanti terlihat cantik dan menarik .
Kinanti akhirnya bertemu laki-laki yang ternyata merupakan pengusaha kaya yaitu pemilik pabrik tempat dia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Honeymoon
Setibanya di Pulau Dewata, suasana begitu menyenangkan. Udara hangat Bali menyambut kedatangan Zayn dan Kinanti yang baru pertama kali bepergian sebagai pasangan suami istri. Mereka diantar ke sebuah resort mewah dengan pemandangan pantai yang menakjubkan.
Kinanti tampak tak bisa menyembunyikan antusiasnya. Ia terus menatap ke luar jendela selama perjalanan menuju hotel, tak henti-hentinya mengagumi keindahan sekitar.
“Bali indah sekali. Aku nggak percaya akhirnya bisa ke sini,” katanya dengan wajah berseri-seri.
Zayn, yang duduk di sebelahnya, hanya tersenyum tipis. “Semoga kamu menikmati perjalanan ini,” balasnya singkat namun tulus.
Setelah check-in, mereka diantar ke suite room yang menghadap langsung ke laut. Begitu pintu kamar terbuka, Kinanti segera berjalan ke balkon, terpesona oleh pemandangan matahari yang perlahan tenggelam di cakrawala.
“pak Zayn, lihat ini! Indah sekali!” serunya sambil menoleh ke belakang.
Zayn, yang masih berdiri di dekat pintu, hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. “Aku lihat,” katanya sambil berjalan mendekat.
Kinanti terlihat begitu bahagia, menikmati angin sore yang sejuk dan suara deburan ombak. Namun, suasana di antara mereka masih terasa canggung. Zayn berdiri di sebelahnya, diam tanpa banyak bicara, hanya memandangi Kinanti yang terlihat seperti anak kecil yang baru menemukan hal baru.
“Pak Zayn, kamu sering ke Bali?” tanya Kinanti akhirnya, mencoba mencairkan suasana.
“Beberapa kali, untuk urusan bisnis,” jawab Zayn singkat. “Tapi ini pertama kalinya aku ke sini… bukan untuk kerja.”
Kinanti tersenyum kecil mendengar jawabannya. Meski belum sepenuhnya nyaman, ia merasa ada sedikit kehangatan di antara mereka.
“Aku senang kita bisa pergi ke sini bersama. Rasanya seperti mimpi,” kata Kinanti pelan.
Zayn menoleh padanya, tersenyum lagi, lalu menjawab, “Semoga ini menjadi kenangan yang indah untukmu.”
Kinanti mengangguk, hatinya berdebar. Ia berharap perjalanan ini menjadi awal yang baik untuk hubungan mereka.
"Kruuuuk."perut Kinanti berbunyi.
"Kau lapar?ayo kita makan, "Zayn mengulurkan tangannya menggenggam tangan Kinanti. Dia berusaha untuk bersikap perhatian, meski mereka baru menikah.
"He he he ,iya ayo."Kinanti tersenyum kikuk.
Kinanti terlihat menikmati suasana romantis di restoran dengan pemandangan pantai yang indah. Angin laut yang sepoi-sepoi, ditambah dengan cahaya lilin, menciptakan suasana makan malam yang sempurna. Zayn, meskipun terlihat santai, sesekali melirik Kinanti, memperhatikan bagaimana ia begitu terpesona dengan setiap hal kecil di sekitarnya.
Saat makanan yang mereka pesan mulai disajikan, tiba-tiba suasana berubah. Seorang wanita anggun dengan gaun putih mendekati meja mereka. Wajahnya menatap langsung ke arah Zayn dengan sorot yang sulit diabaikan.
“Zayn?” suara lembut wanita itu memecah keheningan.
Kinanti terdiam, bingung siapa wanita ini. Zayn mendongak, wajahnya berubah kaku. “Hellen?” gumamnya, setengah terkejut.
Hellen tersenyum tipis, matanya berbinar melihat Zayn. “Aku nggak nyangka kita ketemu di sini. Kamu juga liburan?” tanyanya, matanya sekilas melirik ke arah Kinanti.
Kinanti menahan napas, mencoba tetap tenang meski pikirannya penuh pertanyaan. Siapa wanita ini? Mengapa dia terlihat sangat akrab dengan Zayn?
Zayn berdiri perlahan, mengatur napasnya. “Ya, aku sedang liburan,” jawabnya singkat, mencoba tetap sopan. “Ini… Kinanti.” katanya sambil memperkenalkan Kinanti dengan nada ragu.
"Kalian sedang apa disini?"Hellen mengernyitkan keningnya.
"Aku sekretarisnya. "Kinanti dengan cepat menjawabnya karena tahu sikap Zayn yang seolah belum mengakuinya."Kami .... sedang bertemu klien di Bali."Kinanti berusaha meyakinkan
Hellen tampak terkejut sejenak, namun segera menguasai dirinya. “Oh, sekretarismu?,” katanya dengan senyum yang sulit diartikan, sebelum melanjutkan, “Aku nggak nyangka banget bisa ketemu kamu disini, rasanya sudah lama sekali. Aku sangat merindukanmu. "Hellen mengelus manja tangan Zayn.
Kinanti tersenyum canggung, mencoba menutupi rasa tidak nyaman yang muncul. “Senang bertemu dengan Anda,” katanya pelan.
“Senang bertemu juga,” balas Hellen, meski tatapannya tetap terfokus pada Zayn. “Aku akan pergi sekarang. Mungkin kita bisa ngobrol lain waktu?” ucapnya sebelum berjalan pergi, meninggalkan suasana yang tiba-tiba menjadi dingin.
Kinanti menatap Zayn, yang kini terlihat gelisah. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya kembali duduk dan mencoba mengalihkan perhatian ke makanannya. Namun, tatapan dan pikirannya tidak bisa lepas dari wanita bernama Hellen itu.
Zayn menghela napas panjang, menyadari bahwa makan malam mereka tidak akan sama lagi setelah ini.
Sesampainya di kamar hotel, suasana terasa begitu canggung. Kinanti duduk di tepi ranjang, menggenggam erat jemarinya, sementara Zayn berdiri di dekat jendela, memandang ke arah pemandangan pantai yang mulai gelap. Tak ada percakapan di antara mereka. Hanya ada keheningan yang semakin menekan hati Kinanti.
Kinanti menghela napas panjang, berusaha menyembunyikan perasaannya. Namun, di dalam hatinya, ia merasa terluka. Bayangan Hellen yang tiba-tiba muncul dan interaksinya dengan Zayn terus berputar di pikirannya. Honeymoon yang ia bayangkan akan menjadi momen indah untuk saling mengenal lebih dekat kini terasa hambar.
Zayn akhirnya berbalik, menatap Kinanti yang tampak termenung. Ia tahu kehadiran Hellen telah membuat segalanya menjadi sulit. Namun, ada konflik di hatinya yang sulit ia ungkapkan. "Kinanti... maaf soal tadi," katanya akhirnya, suaranya terdengar ragu.
Kinanti tersenyum tipis, mencoba menutupi luka di hatinya. "Nggak apa-apa, Zayn. Aku ngerti," jawabnya pelan, meskipun hatinya berkata lain.
Zayn mendekat, duduk di sofa yang tak jauh dari tempat Kinanti berada. Ia ingin menjelaskan, tapi kata-kata seolah terhenti di tenggorokannya. Hellen adalah bagian dari masa lalunya yang belum sepenuhnya ia lupakan, dan kehadirannya tadi seperti membuka kembali pintu yang seharusnya sudah tertutup.
Kinanti berdiri perlahan, berjalan menuju balkon. Angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, tapi tidak mampu meredakan gejolak di hatinya. Ia merasa seperti tamu dalam kehidupan suaminya sendiri.
"Kalau kamu masih memikirkan dia... aku nggak apa-apa, kok," ujar Kinanti akhirnya, suaranya hampir seperti bisikan, tapi cukup keras untuk didengar Zayn.
Zayn bangkit, langkahnya ragu menghampiri Kinanti. "Kinanti, aku..." Ia terdiam, tak tahu harus berkata apa.
Kinanti berbalik, menatap Zayn dengan senyuman yang dipaksakan. "Aku cuma ingin kita menjalani ini dengan jujur. Kalau kamu butuh waktu, aku bisa sabar menunggu,Pak Zayn. Tapi jangan biarkan aku merasa seperti ini terus."
Zayn merasa bersalah. Tatapan Kinanti yang tulus membuatnya sadar bahwa ia tak boleh terus-menerus terjebak dalam perasaan masa lalu. Tapi, apakah ia benar-benar bisa melepaskan Hellen dan membuka hatinya sepenuhnya untuk Kinanti?
Malam itu, meski mereka berada di ruangan yang sama, perasaan mereka terpisah oleh tembok yang tak terlihat. Honeymoon yang seharusnya menjadi awal baru kini justru menjadi pengingat bahwa hubungan mereka masih rapuh, membutuhkan waktu dan kejujuran untuk bisa benar-benar bersatu.
secara logika seharusnya ada kepastian masih atw putus.
tapi anehnya masih sama2 merindukan, tp gak ada komunikasi, padahal di hp ada no kontaknya.. 😆😆😆😇😇😇