Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema.
"Kalau Tante mau menjadi mamah kita, mesti kawin sama papah terlebih dahulu" ujar Hafizah seraya bertatapan dengan sang adik.
Keistimewaan sepasang saudara kembar ini adalah bisa saling mengerti maksud yang lain nya, tanpa harus bicara, hanya lewat saling bertatapan mata saja.
"Kakak benar Tante, kalau Tante mau jadi mamah kami, mesti nikah sama papah dulu, biar bisa ngasih kami dede kecil!" ujar Syafiq dengan keluguan nya.
Mendengar itu, Yuanchi Juan tertawa lepas karena kelucuan kedua anak remaja itu.
Makanan yang mereka pesan tiba, seorang kurir mengantarkan nya.
"Ayo kita makan dulu!" ajak Yuanchi Juan pada kedua nya.
"Kami takut papah akan risau menunggu kami tante!" ujar Hafizah beberapa kali menengok jam tangan nya.
"Nomor handphone papah kamu berapa? Biar Tante yang bilang sama papah" kata Yuanchi Juan.
Hafizah segera mengatakan nomor papah nya yang dia ingat di luar kepala nya.
Meskipun mereka memiliki handphone sendiri, tetapi karena masih SMP sehingga tidak diperbolehkan membawa handphone ke sekolahan.
Sementara itu, di rumah kontrakan nya, Ridho baru saja tiba di rumah.
Dia heran melihat rumah sepi tidak seperti biasa nya, sepasang anak kembar nya menunggu dirinya didepan pintu.
Dia bertanya pada tetangga kiri dan kanan, tetapi mereka mengatakan bahwa belum melihat kedua nya pulang.
Berkali kali Ridho melihat jam di handphone nya, sudah pukul empat sore lebih lima belas menit, berarti kedua nya sudah terlambat pulang selama satu jam lebih.
Dengan resah, Ridho memutar motor butut nya arah ke sekolahan SMP tempat kedua anak nya bersekolah. Namun penjaga sekolah mengatakan jika kedua nya sudah keluar sedari tadi.
Hati Ridho semakin resah, saat melihat dua orang Pria terlihat membuntuti diri nya.
Berharap putra putri nya sudah kembali ke rumah kontrakan, Ridho buru buru menuju kerumah kontrakan nya kembali.
Tetapi langkah nya lunglai, pintu kontrakan masih terkunci rapat seperti tadi.
Ridho terduduk di teras depan kontrakan nya dengan tubuh lunglai, seluruh kekuatan nya serasa lenyap begitu saja.
Di saat puncak keresahan nya itu, tiba tiba handphone nya berbunyi, panggilan dari nomor tak di kenal.
Buru buru diangkat nya telpon itu.
"Halo selamat sore, ada apa ya?" tanya Ridho dengan harap harap cemas, bayangan dua orang pria yang membuntuti nya tadi berputar di kepala nya.
"Halo, saya Yuanchi Juan, putra putri bapak ada sama saya, mereka baik baik saja, sebentar lagi akan saya antar pulang, mereka masih makan" suara seorang wanita di seberang sambungan telepon seluler itu.
"A… ada apa mereka jadi bersama nona?" tanya Ridho was was, takut pemerasan atau keselamatan kedua putra putri nya itu.
"Panjang cerita nya, nanti saja saya jelaskan, selamat sore" ucap wanita di seberang sambungan telepon seraya mematikan telpon nya.
Beberapa waktu berlalu, sebuah mobil Pajero sport berwarna putih, berhenti di depan gang, lalu seorang wanita Cantik jelita keluar dari dalam mobil, membuka pintu belakang mobil, dan sepasang anak remaja keluar dari dalam mobil itu.
"Tante akan menjelaskan pada papah kalian agar papah kalian tidak salah paham, ayo" ajak wanita cantik itu seraya membimbing tangan sepasang anak remaja itu. Nampak sekali jika wajah ketiga nya berseri seri.
Setelah berjalan beberapa jauh, mereka tiba di sebuah rumah kontrakan yang tidak terlalu besar.
Yuanchi Juan terpaku ditempat nya saat melihat seorang pemuda berdiri di depan kontrakan di pinggir Gang sempit itu.
"Papah!" seru sepasang anak remaja itu bersamaan sambil berlari kearah pemuda itu.
Kedua nya merangkul pemuda itu erat.
"Paah!, maafin Fizah dan Syafiq ya pah, kami terlambat pulang, bikin papah resah" tangis Hafizah memeluk papah nya.
Ridho mencium kedua anak kembar nya itu, "sudahlah!, yang penting kalian tidak apa apa, lain kali kasih kabar papah terlebih dahulu, biar papah tidak khawatir" ....
"Maaf bang, saya minta maaf atas keterlambatan saya memberi kabar" ucap Yuanchi Juan seraya menceritakan apa yang telah terjadi dengan Hafizah dan Syafiq sewaktu keluar dari sekolah tadi.
Ridho termenung mendengar cerita dari wanita cantik ini, dia ingat betul, tadi ada dua orang pria yang membuntuti diri nya sepanjang.
Berbeda dengan Yuanchi Juan, wanita cantik ini termenung melihat kontrakan tempat tinggal sepasang anak remaja kembar ini.
"Bukan kah abang yang tadi bekerja di bengkel Jaya motor itu?" tanya Yuanchi Juan pada Ridho.
Ridho hanya menatap kearah Wanita cantik itu sesaat, lalu memalingkan arah pandangan mata nya.
"Ah! Kabut itu begitu tebal, sedalam apa cinta pria ini kepada istri nya, betapa beruntung nya wanita itu, ternyata cinta sejati itu benar ada" batin Yuanchi Juan bermonolog.
"Ya, saya harus kerja, untuk menghidupi ketiga orang anak saya" sahut Ridho.
"Yang seorang lagi dimana sekarang?" tanya Yuanchi Juan celingukan kesana kemari.
"Abang Firdaus pukul lima sore nanti baru datang dari pondok pesantren" jawab Hafizah menyahut.
"Sekolah agama Islam maksud nya?" tanya Yuanchi Juan takjub.
"Kalian berdua masuk lah kedalam rumah, kunci dari dalam, jangan di buka sampai papah datang, papah mau jemput Abang Firdaus dulu!" ujar Ridho menyuruh kedua anak nya untuk masuk rumah.
"Bagai mana kalau saya temani pakai mobil saya aja?"tawar Yuanchi Juan.
Ridho segera menggelengkan kepala nya, "tidak!, tidak!, saya bisa jemput putra saya dengan motor tua ini kok!" ucap nya.
"Kalau begitu, biar saya disini sebentar menemani mereka sampai abang datang" tawar Yuanchi Juan.
"Terserah!" agak ketus suara Ridho menyahuti tawaran wanita cantik itu.
Ridho segera melanjutkan di jalan raya dengan motor tua nya, kearah pondok pesantren yang cukup jauh dari tempat itu.
Yuanchi Juan menarik nafas dalam-dalam mendengar jawaban dari Ridho yang agak ketus dan kaku itu.
Melihat perubahan wajah Yuanchi Juan, Hafizah segera memeluk tangan wanita cantik itu, "Tante, maafin papah ya Tante, papah terlalu mencintai almarhumah mamah, sehingga saat mamah meninggal, papah sempat depresi beberapa waktu" ucap dara cantik itu memohonkan maaf untuk sang papah.
Melihat kepolosan tatapan mata kedua anak kembar itu, hati Yuanchi Juan kini mencair kembali.l, "ya sudah lah, kalian segera ganti pakaian sana!" ucap nya.
"Seorang duda muda beranak tiga yang begitu mencintai almarhumah istrinya, hingga berbulan bulan setelah kematian istri nya, ia masih tetap seperti orang yang kehilangan, lalu ada orang orang yang mengejar putra putri pria ini, ada apa sebenar nya dengan mereka, dilihat dari penampilan nya, sangat tidak mungkin mereka ini penjahat, lalu ada motif apa orang orang menginginkan putra putri nya?" pikir Yuanchi Juan bingung.
Satu pasal yang dapat dia simpulkan kini, mendung yang begitu tebal di wajah pemuda itu adalah karena kedukaan nya setelah ditinggalkan mati oleh sang istri nya, pikir Yuanchi Juan merangkai rangkai kejadian.
"Apakah Tante masih mau jadi mamah kami?" tanya Hafizah tiba tiba, memecah kesunyian sore itu.
Dengan perasaan gugup, Yuanchi Juan menganggukkan kepala nya, "ya!, tetapi untuk jadi istri papah mu, rasa nya mustahil nak" jawab nya.
Mendung kekecewaan nampak diwajah sepasang anak remaja kembar itu.
"Apakah karena Tante tidak mencintai papah?" tanya Hafizah lagi.
"Bukan cuma itu nak!, yang pasti papah mu juga tidak menyukai Tante, karena mungkin Tante kurang cantik dibandingkan almarhumah mamah kalian" ucap Yuanchi Juan.
"Tante cantik kok, papah saja mata nya tertutup kedukaan nya, kami ingin papah ceria seperti dahulu saat almarhumah mamah ada bersama kami, hampir setiap saat di isi candaan papah dan mamah, kini semua itu tidak lagi kami rasakan, semakin melihat papah larut dalam kesedihan nya, kami jadi semakin sedih, abang Firdaus sering memergoki papah menangis diam diam saat kami semua sudah tidur" ucap Hafizah dengan air mata yang berlinangan.
Yuanchi Juan segera menarik tubuh anak remaja putri itu kedalam pelukan nya, membagi sedikit kehangatan seorang ibu.
"Tanpa harus menjadi istri papah mu, Tante tetap menganggap kalian anak anak Tante kok!" ujar nya.
"Tidak tante!, apalah arti nya kebahagian kami, jika papah terus terdampar di dunia nya yang gelap dan mencekam itu, tidak ada artinya kebahagiaan kami, bila papah masih saja berduka seperti itu, kami ingin menarik papah keluar dari mimpi buruk nya itu Tante, mungkin dengan bantuan Tante, semua bisa terjadi!"pinta Hafizah lagi memohon kepada Yuanchi Juan.
Berat rasa nafas Yuanchi Juan, dada nya terasa ada ganjalan batu besar.
"Kalian tidak tahu nak, ada jurang pemisah teramat besar diantara aku dan papah mu, kami dua kutub yang ditakdirkan tidak mungkin menyatu, layak nya matahari dan rembulan, yang tak mungkin bisa menyatu selama nya!" ucap Yuanchi Juan sendu.
Tiba tiba Hafizah mengangkat wajah nya menatap kearah Yuanchi Juan.
Yuanchi Juan terhenyak beberapa saat, mata dara cantik dihadapan nya itu terlihat mengguratkan duka yang teramat dalam, namun dengan ketabahan yang luar biasa.
"Maafkan saya dan adik saya Tante, kami terlalu berharap Tante mau menolong kami menarik papah keluar dari dunia nya yang gelap itu, tetapi kami lupa jika status sosial kita memang teramat jauh berbeda, maafkan ke kurang ajaran kami, maafkan pula tentang ketidak tahu diri an kami tadi, terimakasih atas pertolongan tante, pulang lah Tante, pintu akan kami kunci dari dalam" ujar Hafizah sambil menarik tangan sang adik untuk masuk kedalam rumah dan mengunci pintu rapat rapat.
"Hafizah!, Syafiq!, buka kan pintu nya sayang, jangan marah, kita masih bisa bicara kan sayang?" teriakan Yuanchi Juan tidak lagi di gubris oleh sepasang anak kembar itu.
Meskipun berkali kali dia memanggil sepasang anak kembar yang menyenangkan itu, tetapi tidak ada jawaban barang sepatah kata pun juga.
Berat rasa nya dia meninggalkan anak anak itu, dia sudah terlanjur menyukai mereka, tetapi untuk menjadi istri dari duda beranak tiga, apa lagi mereka tidak seiman, itulah jurang yang dia maksud kan.
Apa tanggapan seluruh keluarga nya nanti bila tiba tiba dia mau menikah dengan seorang duda beranak tiga, beda agama lagi. Sedangkan keluarga nya penganut agama asal yang sangat fanatik.
...****************...