Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Apa Maksudmu?
Ayuna benar-benar terusir oleh keluarganya sendiri. sungguh jahatnya mereka, sejak dirinya dilahirkan, ia sudah tinggal di dalam mansion tersebut, dan kini, dia diusir tanpa diberi fasilitas apapun, bahkan uang, rekening, semua diambil oleh omanya.
Allard dan Mega yang masih menunggu Ayuna, mereka mencoba menenangkan Ayuna. Gara-gara merekalah Ayuna diusir dari kediamannya sendiri, dan mereka harus bertanggung jawab untuk membuat Ayuna nyaman bersamanya.
"Ayuna! Aku minta maaf ya? Niat aku baik buat ngelamar kamu, tapi kenapa semuanya berubah kayak gini. Aku benar-benar sangat menyesal. Kedatanganku kemari malah memperburuk keadaan," ungkap Allard.
"Nggak papa kok kak, mungkin ini sudah menjadi takdir aku," jawab Ayuna dengan mengusap air matanya kasar dengan isakan yang mengguncang-guncang punggungnya.
"Ayuna, kalau saja aku nggak memenuhi keinginan Mama yang tengah terbaring tidak berdaya di rumah sakit, aku tidak akan memaksamu buat sanggupi perjodohan ini. Kami sudah memikirkannya secara matang-matang untuk membuatmu tetap menjadi menantu kami, ta walaupun kamu tidak menikah dengan Steven," ungkap Mega.
Ayuna tersenyum paksa, ia bisa menolong orang lain, tapi ia juga kehilangan anggota keluarga yang disayanginya. Termasuk Mamanya yang selama ini dijaganya dari sikap kasar Omanya.
"Kita nggak harus menikah kan kak? Aku bisa bantu semampuku untuk menolong kalian. Aku bisa berpura-pura menjadi istri kamu di depan nyonya Ane. Aku tidak ingin kamu terpaksa menikahiku, aku yakin kamu sebenarnya juga tidak siap untuk menikah denganku kan?"
Ayuna mencoba untuk mengerti posisinya dan juga Allard. Dia yakin kalau Allard tidak bahagia bila menikah dengannya. Belum lagi kalau Allard sudah memiliki kekasih, akan menjadi boomerang bagi masa depannya. Dia tidak ingin disebut sebagai pelakor oleh kekasih Allard.
"Kenapa Ayuna? Kenapa kamu nggak mau menikah sama aku, apa karena aku jelek dan nggak sepadan jika bersanding dengan kamu."
Allard merasa nervous melihat penampilannya. Ayuna yang sangat cantik dan lebih muda, mungkin lebih memilih lelaki yang sejajar dengannya.
"Enggak! Bukan gitu kak," jawab Ayuna.
"Lantas kenapa kamu menolaknya?" tanya Allard.
"Aku hanya tidak ingin menjadi orang ketiga dari hubunganmu dengan kekasihmu. Aku tidak ingin menjadi pelakor dalam hubungan seseorang," jawab Ayuna.
Allard tersenyum, "Dari mana kamu tahu kalau aku sudah punya kekasih?" tanya Allard.
"Aku nggak tahu kamu punya kekasih, tapi feeling aku aja yang mengatakan kalau kamu itu punya kekasih," jawab Ayuna.
"Iya, aku memang sudah punya kekasih. Bahkan kami sudah memikirkan kejenjang yang lebih serius. Tapi karena keadaan nenek aku itu jauh lebih berarti buat diriku, aku rela memutuskan hubungan dengan kekasihku dan menikahimu, agar kamu bisa menjadi bagian dari keluarga kami. Kamu seorang dokter, kamu sangat dibutuhkan sama nenek," ucap Allard.
Ayuna menggeleng dengan cepat. Tidak ingin memperkeruh keadaan yang sudah memanas.
"Kak! Kamu nggak perlu putus dengan kekasihmu. Kamu nggak harus nikahin aku. Aku ikhlas bantu kamu. Diantara kita juga nggak ada kata cinta. Aku nggak mau menjadi orang ketiga dalam kehidupanmu," tutur Ayuna.
"Tapi kalau sampai nenek tahu gimana Ayuna? Dia pasti akan lebih menderita lagi karena sudah dibohongi," jawab Allard.
"Soal itu kita pikirkan nanti saja. Yang penting kita semangatin nenek Ane dulu. Hari ini aku telah kehilangan keluargaku dan juga semua fasilitasku. Aku akan pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi nenek Ane, dan meminta bantuan pada temanku untuk memberikan tumpangan sementara buat aku. Aku akan mencari kontrakan di sekitar rumah sakit, biar aku bisa memantau perkembangan dari nenek Ane," ungkap Ayuna.
"Jangan. Yang membuat kamu diusir dari rumahmu sendiri itu kami, maka kamilah yang harus bertanggungjawab. Kamu nggak usah cari kontrakan, apa lagi mau menginap di rumah temen kamu. Kami akan membawamu ke rumah kami. Tinggalah bersama kami Ayuna, kumohon," ucap Allard dan Mega bersahutan.
"Tapi.... Aku tidak ingin merepotkan kalian. Kalian sedang berduka, aku tidak bisa.... "
"Ayuna! Tante mohon, kali ini saja. Kamu sudah banyak bantu kami, sekarang izinkan kami buat bantu kamu. Ini nggak sebanding dengan pengorbanan kamu ya? Kumohon diterima ya nak?"
Mega memelas menatap sendu pada Ayuna. Sangat berharap agar gadis itu mau menerima ajakannya.
Ayuna bingung dengan pikirannya yang tengah kacau. Menatap Mega, tidak tega untuk menolaknya, tapi di sisi lain ada Steven, lelaki arogan yang sangat dibencinya.
'Ya Tuhan, aku harus berbuat apa? Menolaknya aku tidak tega, mengatakan iya pun aku semakin tersiksa. Kalau saja anak laki-lakinya itu semakin menghinaku bagaimana? Apa yang bisa kulakukan ya Tuhan.'
Ayuna bergumam sembari menatap wanita paruh baya yang ada di depannya itu.
"Yuna! Sebaiknya kamu tinggal dengan kami. Kamu akan aman tinggal di sana? Percayalah, Steven juga tidak akan berani bersikap kejam padamu. Biar kami yang akan jelaskan padanya," tutur Allard.
Tidak bisa menolaknya, membuat gadis itu langsung menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan dari Allard dan juga Mega.
"Ok! Baiklah kalau begitu. Karena kalian menginginkanku untuk tinggal dengan kalian, maka aku akan menerimanya. Tapi dengan satu syarat, lelaki sombong itu tidak boleh mengejekku sesuka hatinya. Aku sudah sangat sedih sekali karena telah kehilangan keluargaku. Bahkan semua yang telah kumiliki raib diambil oleh omaku, jadi dia juga nggak boleh menyudutkanku selama aku tinggal bersama dengan kalian."
Ayuna memberikan ketegasan sebelum dirinya benar-benar memutuskan untuk ikut bersama dengan Allard dan juga menempati rumah barunya.
"Iya aku berjanji padamu Ayuna, aku bakalan memberikan teguran pada adikku itu. Aku tidak akan membiarkanmu diejek oleh adikku yang tidak tahu diri itu. Dia menang manusia yang keras kepala, berani-beraninya dia merendahkanmu, tanpa dia sadari kalau kamulah orang yang berjuang mati-matian untuk menolong nenek kami."
"E.... Eh! Jadi kalian masih belum pergi juga, dari sini. Dasar manusia tidak tahu malu. Sudah diusir masih juga ada di lingkungan rumahku. Sekarang cepat pergi, ayo pergi!"
Martha yang mendapati ketiga orang yang diusirnya itu masih berada di halaman rumahnya, langgsung saja memberikan teguran pada mereka.
"Iya nyonya, kami akan pergi. Nyonya tenang saja. Saya perlu tegaskan pada nyonya, suatu saat nanti, nyonya akan menyesal karena sudah mengusir cucu nyonya sendiri. Tidak ada orang tua yang tega mengusir gadis sebaik Ayuna, kecuali kalau nyonya memang bukan oma kandungnya Ayuna."
Allard dengan berani membantah ucapan dari Martha.
Seketika Martha langsung memelototkan bola matanya.
Begitupun juga Ayuna. Dia terkejut dengan ucapan Allard yang mengatakan bahwa dirinya bukanlah cucu dari Martha.
"Sudah-sudah. Allard, ayo kita pergi dari sini. Percuma kamu ngomong gitu sama dia. Jangan cari masalah dengan keluarga ini, cukup kita sudah buat Ayuna diusir dari rumah ini, jangan berbuat yang lebih lagi Al," tutur Mega.
"Ok Ma. Kita pergi sekarang. Ayo Ayuna! Kamu ikut dengan kami. Jangan sesali apa yang sudah terjadi, dari kejauhan, kamu bisa cari tahu siapa oma kamu yang sebenarnya," tutur Allard.
Ayuna pun menautkan kedua alisnya tidak mengerti dengan penuturan dari Allard, dia menjadi penasaran dengan apa yang dijelaskan Allard padanya.
"Maksud kak Allard apa?"