Genies mulai bermunculan dari dimensi lain, masing-masing mencari partner manusia mereka di seluruh dunia. Dalam pencarian mereka, genies yang beraneka ragam dengan kekuatan luar biasa mulai berpencar, setiap satu memiliki kekuatan unik. Di tengah kekacauan itu, sebuah genie dengan aura hitam pekat muncul tiba-tiba, jatuh di kamar seorang anak berkacamata yang dikenal aktif berolahraga. Pertemuan yang tak terduga ini akan mengubah hidup mereka berdua selamanya, membawa mereka ke dalam petualangan penuh misteri dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramos Mujitno Supratman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kakek legend
Beni Kembali Kalah dalam Pertarungan
Setelah ledakan besar antara Beni dan genie kakek samurai, arena dipenuhi dengan kabut dan asap. Saat kabut perlahan menghilang, terlihat Beni terjatuh di tanah, dengan Kira yang tampak kehabisan tenaga di sampingnya. Genie kakek samurai berdiri tegak, tidak terluka, dan menatap mereka dengan ekspresi tenang.
Genie Kakek Samurai (dengan nada bijak):
“Penting untuk memahami bahwa kekuatan bukanlah segalanya. Pengalaman dan strategi adalah kunci untuk memenangkan pertarungan.”
Beni (terengah-engah, merintih):
“Aku... aku tidak percaya ini terjadi lagi... Kenapa aku selalu kalah?”
Kira (mendukung Beni, suaranya lembut):
“Beni, kita sudah berusaha sekuat tenaga. Itu yang terpenting. Tidak semua pertarungan bisa dimenangkan.”
Pria Berkacamata (mendekat dengan ekspresi puas):
“Melihat kalian berjuang itu mengesankan, tetapi kemenangan sejati datang kepada mereka yang memahami batasan diri mereka.”
Beni (berusaha bangkit, tetapi terjatuh lagi):
“Bukan hanya tentang menang atau kalah! Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa mengalahkanmu! Kenapa aku terus gagal?”
Genie Kakek Samurai (dengan nada lembut):
“Karena kau belum belajar dari kekalahanmu, bocah. Setiap kegagalan adalah pelajaran berharga. Ambil waktu untuk merenung dan perbaiki dirimu. Tanpa refleksi, kekalahanmu akan terus terulang.”
Beni (mendengarkan, tampak frustrasi):
“Tapi... aku sudah mencoba semuanya! Apa yang kurang dari usahaku?”
Kira (berusaha menenangkan):
“Mungkin kita perlu belajar dari cara bertarungnya. Dia berpengalaman, Beni. Kita perlu mengasah keterampilan dan strategi kita.”
Beni (memandang genie kakek samurai dengan rasa hormat):
“Apakah ada cara untuk memperbaiki kesalahanku? Aku ingin belajar!”
Genie Kakek Samurai (senyum tipis, mengangguk):
“Belajar adalah kunci untuk menjadi lebih kuat. Aku bisa mengajarkanmu beberapa teknik dasar, tetapi ingat, perjalanan ini milikmu sendiri.”
Pria Berkacamata (menyeringai):
“Jadi, apakah kau mau menerima tawaran kakek samurai ini, Beni? Atau kau akan terus berjuang tanpa arah?”
Beni (menegakkan kepala, bertekad):
“Baik! Aku akan belajar! Aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku akan bangkit dan menjadi lebih baik!”
Kira (tersenyum bangga):
“Semangatmu kembali, Beni! Bersama-sama kita bisa menjadi lebih kuat.”
Genie Kakek Samurai (dengan nada bangga):
“Semangat juang yang tinggi adalah langkah pertama menuju kemenangan. Mari kita mulai pelatihanmu.”
Dengan semangat baru, Beni bangkit dari tanah, siap untuk belajar dari kegagalannya dan meningkatkan kemampuannya di bawah bimbingan genie kakek samurai.
Raka Pergi ke Gunung Seorang Diri
Di pagi yang cerah, Raka bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke gunung. Dia mengenakan ransel dan membawa perbekalan, tampak bersemangat meski sedikit tegang. Kira, genie milik Beni, menghampirinya sebelum berangkat.
Kira:
“Raka, kau benar-benar akan pergi ke gunung seorang diri? Bukankah itu berbahaya?”
Raka (tersenyum optimis):
“Aku tahu, Kira. Tapi aku ingin mencari ketenangan dan sekaligus belajar tentang diri sendiri. Lagipula, aku tidak akan benar-benar sendirian. Aku punya geniekku, Zahir!”
Kira (mengkhawatirkan):
“Tapi gunung bisa sangat menantang. Apa kau sudah siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan sulit di sana?”
Raka:
“Tidak ada yang tidak mungkin! Aku sudah mempersiapkan segalanya. Plus, aku perlu mengambil tantangan ini. Aku ingin menemukan potensi diriku yang sebenarnya.”
Kira (menghela napas):
“Kalau begitu, setidaknya kau harus hati-hati. Ingat, jika ada sesuatu yang mencurigakan, segera panggil aku atau Beni.”
Raka:
“Tenang saja! Aku sudah berjanji untuk berhati-hati. Lagipula, ini juga bagian dari petualanganku.”
Kira (masih cemas):
“Baiklah, jika kau merasa yakin. Tapi ingat, perjalanan ini bukan hanya tentang fisik, juga tentang mental. Jangan biarkan dirimu terpuruk.”
Raka (menepuk bahu Kira):
“Terima kasih atas nasihatmu! Aku akan mengingatnya. Jika ada masalah, aku akan memanggilmu.”
Setelah itu, Raka melangkah pergi menuju gunung, meninggalkan Kira yang masih berdiri di tempat, khawatir namun bangga akan tekad sahabatnya.
Kira (berbisik pada dirinya sendiri):
“Semoga kau baik-baik saja, Raka. Dunia ini penuh tantangan, dan aku percaya kau akan menghadapinya dengan baik.”
Raka (memutar kepala dan tersenyum):
“Jangan khawatir, Kira! Ini hanya awal dari petualangan kita!”
Dengan semangat menggelora, Raka melanjutkan perjalanan menuju gunung, siap menghadapi semua yang menantinya di depan.