Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12. Tidak Ada Lagi Alasan.
Ruby berteriak dengan kuat membuat semua orang langsung melihat ke arahnya. Sontak mereka terkejut saat melihat keberadaannya, terlebih-lebih saat melihat Hyuna yang sedang terduduk di atas tanah.
"Hyuna?"
Aksa langsung berdiri saat melihat keberadaan Hyuna, begitu juga dengan Mona dan keluarga yang lainnya.
Hyuna menatap Aksa dengan pilu. Bagaimana mungkin laki-laki itu melakukan semua ini padanya? Kenapa Aksa mengkhianatinya dan menikah dengan wanita lain?
Ingin sekali dia mencecar laki-laki itu dengan beribu pertanyaan, tetapi lidahnya terasa keluh dan tidak bisa untuk di gerakkan. Hanya air mata sajalah yang menjadi saksi betapa sakit dan hancurnya dia saat ini.
Ruby langsung berjongkok dan memeluk Hyuna dengan erat. "Mbak, istighfar Mbak." Dia ikut terisak melihat betapa menyedihkannya keadaan wanita itu saat ini.
Aksa langsung berlari untuk menghampiri Hyuna. Dia lalu memegang kedua bahu wanita itu, tetapi langsung di tepis oleh Ruby.
"Kenapa kau melakukan ini, Kak? Kenapa kau menikah dengan wanita lain?" teriak Ruby sambil mendorong tubuh Aksa agar menjauh dari Hyuna.
Sebagai sesama wanita, tentu dia merasakan bagaimana sakit dan hancurnua Hyuna saat ini. Dia lalu menatap tajam ke arah ibu dan juga Laura.
"Minggir, Ruby. Aku ingin bicara dengan-"
"Kau ingin bicara apa, Mas? Apa kau ingin bicara jika sudah menikah dengan wanita lain?"
Aksa langsung terdiam saat mendengar ucapan Hyuna, sementara Hyuna sendiri mencoba untuk mengendalikan diri di hadapan mereka semua.
Mona segera menyuruh semua orang untuk pergi meninggalkan tempat itu, karena dia ingin bicara dengan menantu pertamanya membuat Hyuna langsung menatap mertuanya itu dengan tajam.
Hyuna lalu berusaha untuk bangun membuat Aksa langsung memegangi tubuhnya, tetapi dengan cepat dia menepis tangan laki-laki itu karena tidak sudi untuk di sentuh.
"Hyuna, dengarkan Mas-"
"Apa, Mas? Apa lagi yang harus aku dengarkan?" tanya Hyuna dengan bibir yang bergetar, sungguh hatinya benar-benar sangat sakit sekali melihat wajah sang suami.
"Kenapa kau bisa sampai di sini, Hyuna? Apa Aksa memberitahumu?" tanya Mona dengan tajam.
Hyuna menatap wanita paruh baya itu dengan nyalang. Dia tahu jika mertuanya itu tidak menyukainya, tapi kenapa tega melakukan hal sekejam ini? Lalu apa pertanyaannya itu tadi, apakah dia sama sekali tidak memikirkan betapa hancur perasaannya?
"Apa hanya itu, yang bisa Ibu tanyakan pada Mbak Hyuna setelah apa yang Ibu lakukan ini?" ucap Ruby dengan tajam, terpancar jelas kilat kemarahan dikedua matanya.
"Diamlah, Ruby. Kau tidak usah ikut campur urusan ibu!"
"Diam Ibu bilang? Apa Ibu pikir aku akan diam dengan apa yang kalian lakukan ini, Hah?" teriak Ruby membuat semua orang tersentak kaget, sementara Hyuna berusaha untuk menenangkannya.
"Hentikan, Ruby. Biar Mbak saja yang-"
"Tidak, Mbak. Aku tidak akan berhenti. Sudah cukup selama ini aku diam melihat tingkah Ibu, tapi sekarang tidak lagi." Ruby menunjuk tepat ke arah Mona membuat wanita itu murka.
"Kalian benar-benar manusia kejam. Bagaimana mungkin kalian menyakiti Mbak Hyuna seperti ini, hah?"
"Cukup, Ruby!" bentak Aksa membuat Ruby tersenyum sinis.
"Aku tidak menyangka jika kau melakukan hal serendah ini, Kak. Apa salah Mbak Hyuna sehingga kau menyakitinya seperti ini?"
Hyuna menundukkan kepalanya dengan terisak, dia sudah tidak sanggup lagi untuk menghentikan Ruby apalagi untuk meluapkan emosinya.
Aksa menatap Hyuna dengan sendu. Ingin sekali dia memeluk tubuh istrinya itu, apalagi saat melihat wanita itu menangis seperti ini.
"Hyuna, aku mohon dengarkan penjelasanku dulu," pinta Aksa membuat Laura ikut mendekati mereka.
"Mbak Hyuna, apa aku boleh-"
Plak.
Semua orang terlonjak kaget saat Ruby melayangkan sebuah tamparan ke wajah Laura, begitu juga dengan Hyuna yang berdiri tepat di hadapan wanita itu.
"Kau seharusnya diam dan sadar diri, dasar pelakor! Kau benar-benar wanita kejam, kalian semua manusia-manusia tidak berperasaan!"
Laura mengepalkan kedua tangannya dengan erat, tetapi dia mencoba untuk tetap sabar karena dia baru saja menikah dengan Aksa.
"Cukup, Ruby. Sudah cukup."
Hyuna menggelengkan kepalanya membuat Ruby menatapnya dengan sendu, kemudian dia beralih melihat ke arah Aksa dan juga Laura yang ada di hadapannya.
"Selamat untuk pernikahan kalian."
Deg.
Aksa tersentak dengan apa yang Hyuna katakan. "Hyuna, dengarkan Mas dulu. Mas tidak bermaksud untuk-"
"Sudahlah, Aksa. Untuk apa lagi kau berusaha menjelaskan semuanya pada wanita itu, malah bagus jika dia sudah tahu semua ini," potong Mona dengan cepat membuat Hyuna tersenyum miris.
"Jangankan dianggap sebagai seorang ibu, Ibu bahkan tidak pantas untuk dianggap sebagai seorang wanita,"
"Ruby!" bentak Mona yang sudah hilang kesabaran, sementara Hyuna langsung menarik tangan Ruby agar tidak mendekati mereka.
"Sudahlah, Ruby. Apa yang ibumu katakan itu benar." Hyuna menatap Aksa dengan senyum tipis yang terasa mengiris-ngiris relung hatinya. "Malah bagus aku tau semuanya saat ini, jadi kakakmu tidak perlu susah payah untuk mengatakannya."
Aksa menggelengkan kepalanya dengan tatapan sendu. "Hyuna, mas-"
Hyuna langsung memundurkan tubuhnya saat Aksa akan kembali memegang tangannya. "Cukup, sudah cukup semua ini, Mas. Sudah cukup selama ini aku menahan beban rasa sakit atas semua penghinaan, dan sekarang semuanya sudah berakhir. Tidak ada lagi alasanku untuk bertahan dan berada di sisimu."
"Tidak, Hyuna. Mas mohon jangan katakan itu,"
"Sekali lagi selamat untuk kalian. Aku permisi, assalamu'alaikum." Hyuna langsung berbalik dan pergi dari tempat itu membuat Aksa langsung mengejarnya.
Namun, Mona dan Laura mencekal tangan Aksa hingga laki-laki itu tidak bisa mengejar Hyuna.
"Lepaskan aku!"
Hyuna segera memanggil taksi dan berlalu masuk ke dalam taksi itu, dengan diikuti oleh Ruby yang ingin menemani kakak iparnya.
"Tunggu, Hyuna. Jangan pergi!" Aksa berlari mengejar Hyuna, tetapi wanita itu sudah pergi menjauh.
Hyuna menundukkan kepalanya dengan terisak pilu. Dia menangis tersedu-sedu membuat Ruby juga ikut menangis dan memeluknya dengan erat.
"Ya Allah ya Tuhanku, kenapa, kenapa suamiku tega melakukan ini paduku? Kenapa? Huhuhu."
•
•
•
Tbc.