NovelToon NovelToon
ONE NIGHT STAND With MY STEP BROTHER

ONE NIGHT STAND With MY STEP BROTHER

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kikan Selviani Putri

Ketika Regita pindah ke rumah baru, ia tak pernah menyangka akan tertarik pada Aksa, kakak tirinya yang penuh pesona dan memikat dalam caranya sendiri. Namun, Aksa tak hanya sekadar sosok pelindung—dia punya niat tersembunyi yang membuat Regita bertanya-tanya. Di tengah permainan rasa dan batas yang kian kabur, hadir Kevien, teman sekelas yang lembut dan perhatian, menawarkan pelarian dari gejolak hatinya.

Dengan godaan yang tak bisa dihindari dan perasaan yang tak terduga, Regita terjebak dalam pilihan sulit. Ikuti kisah penuh ketegangan ini—saat batas-batas dilewati dan hati dipertaruhkan, mana yang akan ia pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan Selviani Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAYARAN

Aksa menatap Regita yang masih terdiam, dengan wajah yang semakin dekat. Tanpa peringatan, ia mencondongkan tubuhnya dan mengecup bibir Regita dengan lembut. Seketika, jantung Regita serasa berhenti. Ia terkejut, tetapi tubuhnya tak bergerak, tak menolak.

Detik demi detik berlalu dalam keheningan, hanya suara jantung mereka yang berdetak kencang. Regita yang masih terbawa suasana hanya bisa terpaku di tempatnya, merasakan kehangatan Aksa yang perlahan menjalar ke dirinya.

Aksa menarik wajahnya sedikit, menatap Regita yang masih memejamkan mata, seolah-olah terjebak dalam keindahan momen tersebut. Ia tersenyum tipis, lalu berkata pelan, “Lihat, lo juga gak menolak.”

Regita membuka matanya, menatap Aksa dengan bingung dan malu, wajahnya memerah. “A-Aku... nggak tahu…” bisiknya, setengah terbata-bata.

Aksa mengangkat alisnya, masih dengan tatapan lembut, lalu mengusap pipi Regita. "Gue gak bisa terus pura-pura gak peduli, Git. Gue mau lo tau kalau gue gak main-main," ucapnya dengan serius.

Regita hanya terdiam, hatinya berdebar begitu cepat, seakan tak ada yang bisa ia katakan untuk membalas.

Menatap Regita dengan pandangan menggoda, Aksa mendekat lagi hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. “Mau lagi?” tanyanya, suaranya rendah namun penuh arti.

Regita tampak bingung. “Apa?” tanyanya, terlihat polos namun jelas masih terpengaruh oleh kecupan tadi.

Aksa tersenyum miring, matanya menatap bibir Regita. “Kiss,” jawabnya pelan, seakan menguji batas yang ada di antara mereka.

Wajah Regita makin memerah, ia tertunduk malu, tak tahu harus berkata apa. Aksa mendekat lagi, berbisik dengan nada menggoda, “Diam berarti iya.”

Sebelum Regita sempat membantah, Aksa sudah kembali mengecup bibirnya. Kali ini lebih dalam, lebih lama, seolah tidak ingin melepaskan. Regita merasakan kehangatan yang menjalar, jantungnya berdegup semakin kencang. Hatinya penuh dengan perasaan yang campur aduk—antara bingung, terpesona, dan terlarut dalam momen tersebut.

“Ya Tuhan, aku tidak bisa berhenti. Rasanya begitu candu,” batin Regita dalam hati.

Waktu terasa melambat, hanya ada keheningan di antara mereka sampai tiba-tiba suara bel menggema di koridor, memecah keheningan. Aksa menarik diri perlahan, masih memandang Regita yang tampak terkejut, dengan pipi merona.

Aksa tertawa kecil. “Kayaknya kamu harus ke kelas sebelum ada yang cari tahu kamu ngilang,” ucapnya sambil melepaskan genggaman tangannya dari pundak Regita.

Regita yang masih terdiam hanya mengangguk pelan, lalu berbalik, berusaha menenangkan debaran di dadanya sambil berjalan cepat menuju kelas, sementara Aksa menatapnya dari jauh dengan senyum penuh arti di wajahnya.

“Tikus sudah masuk perangkap,” ujarnya.

•••

Regita sampai di kelas. Dia langsung mendudukkan diri dengan cepat dan berusaha menghindari tatapan Amelia. Ia menyembunyikan wajahnya di balik tangan, mencoba menutupi pipinya yang masih terasa panas.

“Lo lama banget ke toilet?” tanya Amelia dengan nada penasaran, memandang heran pada wajah Regita yang terlihat berbeda dari biasanya.

“Oh, eh... iya, tadi antre,” jawab Regita gugup, suaranya sedikit gemetar.

Amelia mengerutkan kening, matanya memperhatikan dengan lebih cermat. “Tunggu, muka lo kok merah banget? Bibir lo juga agak bengkak... Lo habis disengat tawon atau gimana?”

Regita tergagap, tangannya reflek menyentuh bibirnya, yang memang terasa agak hangat. “Eh… apa? Enggak, cuma… mungkin kepanasan,” katanya, mencoba terlihat santai meski jelas dari matanya yang menghindari kontak bahwa ia sedang menutupi sesuatu.

Amelia menatap Regita dengan mata menyipit, terlihat skeptis. “Kepanasan? Di toilet?” tanyanya sambil mengangkat satu alis, jelas merasa ada yang janggal.

Regita tertawa kecil, mencoba mencari alasan yang masuk akal. “Ya, toilet-nya lagi rusak AC-nya,” katanya asal. “Makanya jadi agak sumpek.”

Amelia masih tampak tidak puas dengan jawaban itu, lalu tiba-tiba tersenyum jahil. “Hmm, oke deh, tapi lo gak bisa nipu gue. Liat aja, bibir lo tuh... bengkaknya aneh. Jangan-jangan lo abis…,” Amelia menggantungkan kalimatnya, memberi tatapan penuh arti.

Regita buru-buru menepis. “Apa sih, Mel? Nggak kok! Lo suka mikir yang aneh-aneh deh!” Ia tertawa dengan canggung, berharap Amelia tidak menanyakan lebih jauh.

Amelia tertawa kecil, memandangi sahabatnya yang terlihat semakin gelisah. “Ya udah, kali ini gue percaya deh,” katanya sambil melirik Regita yang jelas sedang menyembunyikan sesuatu. “Tapi gue masih penasaran loh, kalau tiba-tiba ada tawon nyengat lo lagi, kasih tahu gue ya!”

“Fyuh. Syukurlah Amel percaya!”

Regita hanya mengangguk cepat, berusaha keras menyembunyikan senyum di wajahnya yang masih menyimpan sisa kehangatan dari pertemuan singkatnya dengan Aksa di lorong tadi.

Setelah percakapan itu, Regita merasa sedikit lega karena Amelia akhirnya tidak membahas lebih jauh. Namun, setiap kali mencoba fokus pada pelajaran, bayangan wajah Aksa yang mendekat dan mengecup bibirnya terus mengganggu pikirannya. Dia merasa jantungnya berdebar lebih kencang setiap kali mengingat momen itu.

“Bisa gila lama-lama!” rutuk Regita menjambak singkat rambutnya.

•••

Bel istirahat kedua pun berbunyi. Regita menghela napas, berharap bisa menenangkan diri. Saat keluar dari kelas, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat sosok yang tak asing menunggunya di dekat tangga—Aksa.

“Lho, dia gak jadi ke kampus?” bingung Regita.

Regita tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Aksa berdiri di ujung koridor sekolah. Tanpa sadar, ia berlari ke arahnya, hampir saja ingin memeluknya. Namun, tepat sebelum tangannya terulur, kesadarannya kembali. Ia buru-buru menarik diri dan melangkah mundur, menyadari banyak siswa lain yang mungkin melihat.

Aksa memperhatikan gerak-gerik Regita dengan senyum menggoda. “Kenapa nggak jadi?” tanyanya, jelas menikmati kekagetan Regita.

Regita berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba tak beraturan. “Apa sih, aku cuma mau minta jajan. Uang aku habis,” katanya sambil berpura-pura sibuk memeriksa tasnya, berharap sikap canggungnya tak terlihat.

Aksa mengangkat alis, matanya berkilat nakal. “Oh, mau jajan ya? Boleh aja, tapi...” Ia mengetuk bibirnya beberapa kali sambil tersenyum, mengisyaratkan sesuatu yang langsung membuat wajah Regita memerah.

“Maksudnya... bayar pakai ciuman?” Regita mengerutkan kening, mencoba tetap tenang meski dadanya berdebar hebat.

Aksa menatapnya dengan ekspresi main-main. “Nggak perlu sampai dipikirin banget. Kalau nggak mau, ya udah...” Aksa pura-pura mengangkat bahu dan hendak berbalik, tapi secepat itu juga Regita menahan lengan bajunya.

“E-enggak, bukan nggak mau, cuma... di sini, Aksa,” jawabnya setengah berbisik sambil melirik kanan-kiri, memastikan tak ada yang mendengar.

Aksa tertawa kecil, mendekatkan wajahnya sedikit. “Di sini nggak apa-apa kok, kalau kamu berani.”

Regita langsung merasa panas dingin dengan tatapan tajam Aksa yang menggodanya begitu dekat. “A-Aku… bayar nanti aja ya? Kalau lagi sepi,” ujarnya cepat, hampir tanpa berpikir.

Aksa mengangguk kecil, tertawa lirih mendengar jawabannya. “Oke, deal. Tapi jangan kabur. Gue tunggu bayaran lo nanti.”

1
🐱Miko miaw🧚
semangat mama kikan
🐱Miko miaw🧚: kamu tapok dengan cinta dan kasih sayangmu
🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀: ku tabok..
total 2 replies
MacchiatoLatte
gw yakin sih si Aksa bakal jatuh cinta sama gita
MacchiatoLatte
sadar Aksaaa, dia adek tiri looooo
MacchiatoLatte
gw bacanya sampe tahan nafas giniiii, tanggung jawabbbb
MacchiatoLatte
wooiiiiiiiiiii 🤣🤣🤣
MacchiatoLatte
sukaa
MacchiatoLatte
jadi Regita sakit, jadi Aksa juga. Semoga yang terbaik buat mereka
Genda Dawangsha
kukira cerita novel, ternyata kisahku/Sob/
Genda Dawangsha
singkat bgt Thor /Cry/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!