Seorang laki laki yang bekerja produser musik yang memutuskan untuk berhenti dari dunia musik dan memilih untuk menjalani sisa hidupnya di negara asalnya. dalam perjalanan hidupnya, dia tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan seorang penyanyi. wanita tersebut berjuang untuk menjadi seorang diva namun tanpa skandal apapun. namun dalam perjalanannya dimendapatkan banyak masalah yang mengakibatkan dia harus bekerjasama dengan produser tersebut. diawal pertemuan mereka sesuatu fakta mengejutkan terjadi, serta kesalahpahaman yang terjadi dalam kebersamaan mereka. namun lambat laun, kebersamaan mereka menumbuhkan benih cinta dari dalam hati mereka. saat mereka mulai bersama, satu persatu fakta dari mereka terbongkar. apakah mereka akan bersama atau mereka akan berpisah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Hartzelnut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 25
*****
Di apartemen Brian, suasana terasa tenang dengan suara "gluk... gluk..." yang terdengar saat Brian meneguk minuman dari botol yang diambil dari samping kulkas. Cahaya lampu dapur yang remang menambah kesan dingin di ruangan tersebut. Jack yang sedang duduk di sofa, memperhatikan gerakan Brian dengan senyum geli di wajahnya. Tangannya yang menggenggam remote TV bergoyang pelan, sementara matanya terus mengikuti setiap langkah Brian.
Jack tak bisa menahan diri lebih lama lagi. Dengan nada bercanda, dia berkata sambil tertawa, "sepertinya kalian berdua cocok!" Tawa Jack menggema di ruang yang sepi.
Brian, yang sedang meneguk minumannya, berhenti sesaat, hanya menatap dingin ke arah dinding seolah tidak mendengar apa yang baru saja dikatakan Jack. Matanya fokus pada botol di tangannya, seolah setiap tegukan bisa menghilangkan pikirannya yang berkecamuk. Dia tetap diam dan tidak menanggapi, malah meneguk minuman lagi, "gluk... gluk...".
Namun Jack tidak menyerah begitu saja. "Sepertinya kalian berdua saling menyukai ya?" sindir Jack sambil tertawa, matanya berbinar dengan ekspresi menggoda. Dia jelas menikmati momen ini.
Brian menghela napas perlahan, tangannya yang memegang botol sedikit mengetuk sisi kulkas dengan bunyi "tok... tok...". Pandangannya masih lurus ke depan, dingin seperti biasanya. Akhirnya, tanpa melihat Jack, dia berkata dengan nada datar, "Kau lebih baik diam." Suaranya terdengar tegas, tapi Jack, yang sudah mengenal Brian sejak lama, bisa merasakan ada sesuatu yang lain di balik kalimat itu.
Jack hanya tersenyum kecil, mengangkat bahu. "baiklah... baiklah. tapi ga ada salahnya untukmu mencoba bukan?," jawabnya sambil melangkah menuju kamarnya.
Brian tidak menanggapi lagi, dia hanya memutar badannya perlahan, menaruh botol kosong di meja dapur dengan bunyi "tok..." yang pelan sebelum akhirnya berjalan menuju kamarnya sendiri.
Di balik ketenangannya, dalam hati Brian merenung, meski bayangan Natalia saat ia memeluknya tadi terus menghantuinya sepanjang langkah menuju kamarnya. "Apa yang sedang kulakukan?"
Sementara itu, Jack, yang sudah berada di kamarnya, tersenyum kecil sebelum memejamkan mata. "wajahnya tak bisa berbohong," gumamnya pelan, mengakhiri hari itu dengan pikiran yang penuh tawa dalam kepalanya.
*****
Saat matahari mulai tenggelam dan langit perlahan berubah menjadi gelap, Natalia duduk di sofa dengan ekspresi tegang. Ponselnya bergetar "bzzzt... bzzzt...", lalu layar menyala memperlihatkan pesan yang baru saja masuk. Pesan itu datang dari pihak label yang memintanya segera menyelesaikan lagu terakhir sebelum kontrak berakhir minggu depan. Jantung Natalia langsung berdegup kencang. "Dug-dug... dug-dug...". Pikirannya penuh kekhawatiran.
"Astaga, bagaimana ini?!" gumamnya dengan suara lirih namun penuh kecemasan. Tangannya mulai gemetar, meremas ponsel itu kuat-kuat "krek...".
Mendengar gumaman tersebut, Julia yang sedang duduk di dekatnya langsung menoleh, mengerutkan kening. "Ada apa?" tanyanya dengan penuh perhatian sambil memajukan tubuhnya sedikit ke depan.
Natalia menatap Julia dengan mata panik. "Aku... aku harus menyelesaikan lagu terakhirku minggu depan," ucapnya terbata-bata, suaranya terdengar penuh kekhawatiran.
Julia terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang, menaruh gitarnya di lantai dengan suara "tap...". "Tenanglah. Ayo kita bisa selesaikan bersama," ucapnya mencoba menenangkan Natalia. Julia kemudian mengambil buku catatan dan pensil dari meja, kemudian membuka halaman kosong. "Krrt..." bunyi kertas ketika dibalik.
"Ayoo," kata Julia sambil mencoba tersenyum. Mereka mulai menuliskan beberapa lirik yang terpikir di kepala. Suasana kamar yang awalnya tenang kini penuh dengan gumaman ide-ide yang saling dilemparkan, tetapi semuanya terasa buntu.
"Haaaa... terima kasih my sister..." Natalia berkata sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan "ssh... ssh...", frustasi mulai menguasainya.
Julia menundukkan kepala, mencoret-coret buku catatan dengan asal "grek-grek-grek...". Pikiran mereka sudah buntu setelah dua jam mencoba tanpa hasil. "Kita telah menyia-nyiakan waktu ..." gumam Natalia, nadanya lelah. "Huhh... apa yang harus kita lakukan?"
Natalia mengusap wajahnya, menurunkan tangannya dan menatap kosong ke arah dinding. "Minggu depan harus selesai, tapi lagu ini belum siap sama sekali..." pikirnya sambil meremas kain bajunya. Keringat dingin mulai muncul di keningnya.
"Aku sudah menyerah...." Suara Natalia. Ia terdengar putus asa, kepalanya tertunduk lemas ke depan, rambutnya terurai menutupi sebagian wajahnya.
Julia menatap Natalia dengan ekspresi prihatin. Lalu, tiba-tiba sesuatu terlintas di benaknya. Matanya membesar seolah mendapat ide, dan bibirnya tersenyum tipis. "Tunggu... aku punya ide!"
Natalia mendongak perlahan, berharap ada solusi ajaib. "heee?"
Julia menatapnya serius sambil bersandar ke belakang dengan tangan dilipat di depan dada. "Bagaimana kalau kita minta bantuan Brian dan Jack?".Sekejap, suasana hening. Natalia menatap Julia dengan mata terbelalak, seperti tak percaya dengan saran tersebut. "Apa?!" jawabnya cepat, hampir berbisik, namun nada suaranya menunjukkan keheranan. "tidak mauu!!!"
Julia mencoba meyakinkan. "Ayolah. siapa juga yang bisa membantumu."
Natalia menunduk, menggigit bibir bawahnya. Tangannya perlahan bergerak merapikan lipatan bajunya yang kusut, sambil berpikir. Di dalam hatinya, ada perasaan malu dan ragu. "Mereka pasti sibuk... Lagipula, aku tidak mau merepotkan mereka"katanya.
"kita berdua telah mencobanya namun juga tidak ada perkembangannya juga bukan?," Julia melanjutkan, nadanya penuh dorongan, meski terdengar lembut. "Waktumu juga tidak banyak bukan?."
Natalia menggeleng pelan, menatap Julia dengan canggung. "Aku... aku nggak bisa, Aku malu.".Julia menghela napas panjang, tangannya bergerak menepuk lututnya dengan lembut "tap... tap...", lalu menatap Natalia penuh pengertian. "Aku ngerti, Tapi......" Julia menunduk sedikit, matanya mencari-cari jawaban di wajah Natalia. "Kamu juga tahu, kan?"
"Tapi aku nggak mau merepotkan mereka," gumam Natalia dalam hati. Sementara itu, hatinya terasa semakin tertekan. "Mereka nggak harus ikut campur dalam masalahku..."
Julia tersenyum kecil, lalu berdiri dan merapikan bajunya. "Yah, aku cuma saran aja. Semoga aja kamu berubah pikiran." Dia menepuk bahu Natalia dengan lembut "tap... tap...", berusaha menyemangatinya. "Sebaiknya kita istirahat dulu. besok kita bahas lagi."Natalia menghela napas berat, lalu mengangguk pelan.
*****
Natalia yang masih duduk di sofa, dengan rambut setengah basah setelah mandi, mendengar ketukan pintu dari luar. "Tok-tok-tok...". Dia menoleh ke arah pintu dengan alis terangkat sedikit, bersiap berdiri untuk membukanya.
"Biar aku saja!" kata Julia tiba-tiba, sambil menghentikan langkah Natalia dengan tangannya. "Tap-tap..." suara langkah Julia terdengar saat dia berjalan cepat menuju pintu apartemen.
"Siapa yang datang di jam segini?" pikir Natalia, keningnya berkerut sedikit, tetapi dia tetap membiarkan Julia membuka pintu. Julia, dengan rasa penasaran, memutar gagang pintu "Klik...", dan begitu pintu terbuka sedikit, matanya langsung membesar.
"Oh!" Julia terkejut, mengeluarkan suara lirih sambil melangkah mundur sedikit.
Natalia yang mendengar suara Julia terkejut langsung berdiri dari sofa "Tap-tap-tap...", dengan cepat menyusul Julia dan mengintip dari balik bahu sahabatnya. Dia melihat sosok Jack berdiri di depan pintu dengan senyuman hangat.
"Oh, Jack! Kamu?" sapa Natalia, suaranya terdengar lembut tetapi jelas, sambil tersenyum sedikit malu. Dia tidak menyangka akan bertemu Jack malam ini.
"Hai, Natalia. Julia." Jack membalas sapaan mereka dengan nada ramah. "Aku cuma mampir sebentar... Membawakan kalian makanan," lanjut Jack sambil mengangkat kantong makanan yang dia bawa. "Krrssh... krrssh..." terdengar kantong kertas itu bergesek saat dia mengangkatnya.
"Oh, terima kasih banyak, Jack!" Julia tersenyum lebar, menyodorkan tangannya untuk menerima kantong makanan itu. Natalia, meskipun merasa sedikit canggung, mengangguk tanda terima kasih. "masuklah dulu jack?" tanya Julia sambil sedikit tertawa, memandang Jack penuh rasa terima kasih.
"Ah, nggak perlu.," Jack menjawab dengan senyum yang ceria, sedikit mengangkat bahunya santai. "Lagipula, aku harus balik ke rumah juga."
Saat Jack berbalik hendak kembali ke apartemen Brian, matanya tertarik pada dua gitar yang tergeletak di sofa. Alisnya terangkat sedikit. "Eh, kalian sedang bermain musik?" tanyanya sambil menunjuk gitar tersebut dengan dagunya, "Tsk... tsk..." bibirnya berdesis pelan.
Julia, yang melihat arah pandangan Jack, segera menjawab. "Iya..... sebenarnya kami lagi nyoba nyelesain lagu terakhirnya Natalia," ujarnya sambil mengangkat bahu sedikit, suaranya terdengar sedikit lesu. "Tapi ya... nggak ada ide sama sekali. Kami udah coba-coba, tapi buntu total..." tambahnya sambil meletakkan tangan di pinggul.
Natalia, yang merasa frustasi, hanya mengangguk kecil dari belakang Julia. Matanya melirik ke arah gitar, penuh kekhawatiran. mulutnya sedikit mengerucut dengan frustasi.
Jack yang melihat situasi itu tersenyum kecil. "Kalau kalian ga keberatan, aku bisa bantu kalian?" tanyanya sambil menatap Natalia dengan lembut.
Natalia langsung merasa sungkan, tubuhnya menegang sedikit. "Oh, terima kasih tapi kita bisa...." katanya cepat, sambil menggerak-gerakkan tangan sedikit gelisah
"Hss... hss..." suara tangannya berdesis saat ia mengusap-usap kain celananya. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kalimatnya, Julia sudah langsung menyahut.
"Serius? Tentu saja, kami mau!" Julia berkata penuh semangat, tanpa ragu sedikit pun. Wajahnya langsung cerah, seperti orang yang mendapat hadiah besar. "Ayo, kita kerjakan!" kata Julia cepat di telinga Natalia sambil menyikutnya pelan "Tap-tap...".
Natalia yang kaget dengan sikap Julia hanya bisa tersenyum malu. "a.. tapi...," ujarnya dengan suara pelan, mencoba tidak terdengar terlalu canggung.
"Baiklah!" Jack tersenyum lebih lebar, matanya bersinar. "sebaiknya kita pindah ke tempatku saja. kebetulan alat musik disana cukup lengkap."
"Maksudmu di rumah Brian?" gumam Natalia dalam hati, mendadak wajahnya memanas.
Julia melirik Natalia yang tampak ragu, tapi sebelum Natalia bisa mengatakan sesuatu, Jack dengan cepat menambahkan, "Iya. Nggak usah khawatir, Brian orang yang baik. Dia ga akan marah kok."
Julia segera mengangguk, matanya berkilauan antusias. "Wah, itu ide yang bagus! Ayo!" ucap Julia penuh semangat sambil sedikit menepuk bahu Natalia "Tap-tap!". Dia benar-benar bersemangat.
Natalia masih merasa ragu, tapi akhirnya ia menyerah pada dorongan Julia. "Tapi...," kata Natalia sambil mengangguk pelan, hatinya masih berdebar.
"Ayo!" Jack tersenyum, lalu memutar badannya untuk keluar.
Julia langsung mengiyakan sambil mengambil gitar mereka "Kresek... kresek..." suara tali gitar yang diangkat. Natalia yang masih merasa canggung hanya bisa tersenyum tipis, menutupi kegugupannya. Sambil memegang gitar dan berjalan menuju pintu, pikirannya terus berputar."Ya ampun.. aku gugup sekali..." bisik Natalia dalam hati.
Mereka kemudian berjalan bersama menuju apartemen Brian. "Tap-tap... tap-tap..." suara langkah kaki mereka bergema di koridor.
*****