seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri kecil Sakit?
"Kamu belum makan?" Juno menatap wajah pucat itu dengan penuh tanda tanya
Sisil tampak ragu menjawab, namun , Iya menggelengkan kepala , menyadari itu kepingin rasa bersalah menjalar ke hati Juno . Ia baru saja makan enak bersama Alya di sebuah Cafe mahal , sementara Sisil belum makan apapun seharian ini sampai pingsan
" kenapa nggak makan ? "
Sisil terdiam seketika , kepalanya menunduk . Ingin mengeluh dan dianggap sebagai beban dalam kehidupan juno
"jawab kenapa diam saja?"
"Saya gak punya uang, mas" jawab nya dengan Lirih
pikiran Juno semakin dipenuhi oleh tanda tanya , sikap dingin dan galaknya perlahan menghilang. Ia mendekat dan berdiri tepat di samping Sisil
"Jadi uang yang saya berikan sebagai mahar itu ke mana ?"
Keraguan tergambar jelas dalam tatapan Sisil . Khawatir jika Jono akan marah padanya , uang rp99.000.000 angka yang sangat besar
" semuanya diambil sama Kak Ipin "
"kamu tidak dikasih sedikitpun ?"
lagi-lagi Sisil menggeleng kan kepalanya , membuat juno menghela nafas panjang , di titik ini ia mulai nilai karakter seperti apa kakak iparnya itu
"Ayo, ikut saya"
Sisil memberanikan diri mendongkrak untuk menatap wajah super dingin itu " ke mana Mas ?"
"sudah tidak usah banyak tanya, cepat!"
mengumpulkan semua tenaga , Sisil mencoba bangkit berjalan di belakang Juno yang sudah melangkah lebih dulu
"Pakai ini!" Juno menyerahkan helm
sisil pun tak banyak bertanya , ia mengikuti ke mana Juno akan membawanya , hingga akhirnya mereka tiba di sebuah taman di mana berjajar berapa kedai makanan
"Kamu suka makan apa ?" tanya Juno yang kini sudah duduk di salah satu kedai makanan sambil membaca menu
"Apa saja mas"
"Memang biasanya kamu suka makan apa?"
sisil meraih buku menu dan membaca daftar menu satu persatu, dua alisnya saling bertaut dan kelopak matanya yang membulat di balik kacamata tebalnya . Penolakan Juno tadi pagi ketika ia meminta uang membuat seluruh kepercayaan dirinya luntur , untuk sekedar memilih menurun ia tanpa ragu
"kenapa ?" tanya Juno seketika Sisil tak kunjung menjatuhkan pilihannya
"harganya mahal-mahal , mas, saya jadi tidak enak , apa di sini tidak ada menu yang lebih murah ? Bakso misalnya "
Entah untuk alasan apa, Juna merasa hatinya seperti diremas mendengar ucapan polos gadis belia itu , Iya lantas membaca harga menu termurah berada di angka harga 25 ribu, sedangkan termahal harga di atas Rp60.000 tentu saja harga itu tidak mahal bagi juno
"Kamu pesan aja Apa makanan yang kamu suka , nggak perlu pikir soal harga "
"Beneran boleh mas?"
"Iyah, kamu belum makan seharian ini, kan? Mau makan apa?"
"Nasi goreng saja kalau begitu "
Juna kembali merasa sesak , untuk menupun Sisil masih memilih menu yang termurah di daftar
"Yakin, gak mau menu lain? Spaghetti, teriyaki, chiken stik enak loh?"
mata Sisil melirik menu yang disebutkan juno, tadi iya sengaja memilih harga termurah , berbeda dengan Juno yang malah memilih menu termahal
"Nggak usah mas, Nai goreng saja"
"Minum nya?"
"Air putih saja"
satu tangan Jono terangkat memberi isyarat kepada pemilik kedai , membuat seorang pria pelayan itu mendekat
"Saya pesan nasi goreng satu, sate taichan satu porsi , pisang aroma keju satu porsi , jus orange dan air mineral "
sang pemilik kedai mencatat satu persatu pesanan Juno " ada yang lain mas ?"
"kopi kamilate 1 "
"Baik, Mohon ditunggu"
pria pemilik kedai itu berlalu , kurang dari 30 menit , Iya sudah kembali dengan beberapa menu yang dipesan Juno . Sisil sedikit heran sebab Juno menggeser semua menu kehadapan nya , sementara Jono sendiri mengambil kopi saja
"Kenapa dikasih saya semua ? Mas Jono tidak makan ?" tanya Sisil
tidak tahu harus menjawab apa , Juno terdiam sejenak . Tidak mungkin ia memberitahu bahwa baru saja makan dengan Alya. Apa yang akan dipikirkan Sisil nanti jika dirinya sudah makan kenyang di luar , dan meninggalkan istrinya kelaparan di rumah
"Saya lagi Nggak selera makan , kamu saja yang makan"
"Tapi ini kebanyakan mas"
"Makan saja semampu kamu, gitu saja repot"
Sisil tak lagi bertanya , suapan demi suapan mendarat ke mulutnya sedikit tergesa-gesa efek seharian menahan lapar
sesekali Juno mencuri pandang kepada istrinya yang tengah melahap makanan , lagi-lagi setiap suapan Sisil menciptakan rasa seperti disayat pada hatinya
"kenapa Rasanya sakit lihat dia, makan seperti orang kelaparan" Juno berucap dalam hati ,namun detik kemudian ia mencoba membuang jauh-jauh perasaan itu
***
"Kamu sakit, ya? Muka kamu pucat dari tadi" Juno bertanya pada Sisil setelah wajah nya pucat, makan saat selesai makan Iya masih tampak lemas
"Nggak mas, hanya pusing dan mual sedikit, mungkin masuk angin"
Juno segera naik ke motor nya, diikuti Sisil yang duduk di belakang nya
"Pegangan yang kuat, saya nggak mau kamu jatuh di jalan"
"Tapi saya masih kuat mas"
"Udah pegangan, cepat!" juno meraih tangan kecil Sisil melingkarkan ke pinggangnya "Sandar ke punggung saya"
"Iyah":Sisil merebahkan kepala pada punggung tegak suaminya, matanya terasa berat, lampu-lampu kota yang menghiasi malam bahkan terlihat pudar dalam pandangannya
di seberang jalan , Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang , sang pengendara tampak memperhatikan beberapa kendaraan yang melintas di jalan
"Eh Al, itu bukannya Juno yah? sama siapa dia?" wanita itu menunjuk ke arah motor sedang berhenti di lampu merah
Alya yang sedang berada di samping temannya itu sontak mengarah ke arah yang ditunjuk, benar saja itu memang Juno , Alya dapat mengenali dari jenis motor dan juga helmnya
Namun, bukan itu yang menjadi pusat perhatian Alya , melainkan posisi juno saat berkendara dengan seorang gadis yang bersandar di punggungnya . Rasa cemburu menjalar meskipun Iya tahu bahwa gadis yang bersama juno adalah sisil
"Iyah, Ra itu memang Juno" ucap Alya
kelopak mata ara berkerut , "Wah jangan-jangan Juno berselingkuh dengan anak kecil"
" bukanlah ,aku kenal perempuan yang ada di sana , dia itu keponakannya .dari kampung dan sekarang tinggal bersama juno"
Ara semakin terkejut dengan ucapan Alya "Maksud kamu, Tinggal sama Juno? Artinya cuman berdua doang, Juno kan tinggal sendirian "
"Iyah, orang tua Sisil sudah meninggal semua , dia sendirian di kampung , Makanya ikut Juno "
"Kamu gak takut Al? Udah gede loh itu anak?"
"takut kenapa? Alya kembali melirik ke arah juno yang sudah melaju setelah lalu lintas berganti warna
"Nggak takut Juno di ambil sama anak kecil itu
? Siapa namanya tadi, Sisil ya?"
"Nggak mungkin lah Ra, Sisil itu masih anak-anak, Juno gak mungkin mau sama dia"
Alya mencoba meyakinkan hati bahwa Sisil tidak akan menjadi duri dalam hubungannya dengan juno, lagi pula , Juno tidak mungkin tertarik dengan anak di bawah umur seperti Sisil , sementara ada dirinya yang memiliki kecantikan sempurna .
Motor sport yang dikemudikan Juno memasuki halaman rumah , Sisil segera turun dan melepas helm yang menutupi kepala . Iya letakkan di bawah kursi teras , sementara Juno merogoh saku jaket dan mengeluarkan kunci rumah
"makasih mas, maaf saya sudah banyak merepotkan" ucap Sisil, sambil melepas sepatu
"Nggak apa-apa, sana istirahat"
"Iyah mas, sekali lagi terimakasih
Sisil beranjak menuju tangga dengan langkah lemah , baru akan menapaki anak tangga pertama ia tiba-tiba merasakan sekeliling tampak berputar dalam pandangannya , disusul kepala yang terasa nyeri luar biasa
Detik itu juga Sisil ambruk , juno yang menyadari segera berlari tombol kecil sang istri . Ketika meletakkan punggung tangan ke dahi Iya merasakan suhu tubuh Sisil sangat tinggi
"Sisil, kenapa lagi kamu?" bisik nya sambil menepuk pipi
Berusaha untuk tidak panik , Iaa menggendong tubuh kecil itu menuju kamar dan membaringkannya di tempat tidur , kemudian berusaha membangunkan dengan mengoleskan minyak kayu putih , malam ini sudah dua kali Iya mendapati Sisil pingsan
" Demamnya tinggi banget " juno menarik selimut hingga batas pinggang
cukup lama Juno menghabiskan di kamar itu , sekarang ia duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi wajah pucat istrinya . Kemudian mengompres dengan handuk kecil
"Ibu...Ayah" Sisil bergunam lirih
Ujung matanya mengeluarkan cairan bening , Sudah beberapa kali Juno mendengar Sisil mengigau memanggil orang tuanya
khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk , juno memilih tidur di kamar itu. Iya memilih berbaring di lantai dengan beralasan karpet bulu
baru saja terpejam , dering dari ponsel sudah terdengar nama Alya tertera pada layar membuat juno mengkerutkan dahi
"Iyah Al?" ucap Juno sesaat setelah panggilan terhubung
"Kamu dimana sayang?" tanya Alya
"Dirumah, baru mau tidur, Kenapa?"
"Jemput aku, dong!"
"Jemput? Memang nya kamu dimana?"
"Nongkrong dicafe sama temen"
Juno mendesah panjang , sebenarnya ia tidak begitu menyukai kebiasaan Alya yang gemar keluyuran malam hari . Bagaimanapun juga alya seorang perempuan .
"Aku cuman ke cafe Juno, bukan ke club malam"
"Terserah!" balas Juno malas
"ya udah mau jemput aku gak?"
juno tak menyahut, Ia menatap sisil yang masih terpejam sambil mengigau memanggil orang tuanya
Bersambung...