(Tahap Revisi)
Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.
"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.
"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Pernikahannya tidak sah!" teriak salah satu tamu undangan.
Seketika para tamu undangan langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara, begitu halnya dengan Hani dan Hans. Mereka dibuat penasaran dengan orang yang berucap pernikahannya tidak sah.
"Fikran!" ucap Hani sambil membulatkan kedua matanya dan sangat mengenali orang yang tidak menyetujui pernikahannya itu. Dimana tampak pria itu berpakaian loreng menandakan bahwa kesannya seorang Anggota TNI Angkatan Darat.
Refleks Hans menoleh kearah Hani, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Dia tak sengaja mendengar Hani menyebut nama pria lain.
Sementara itu, Halimah dibuat khawatir dengan kedatangan pria yang seumuran dengan ponakannya. Halimah jelas tahu siapa pria itu, bahkan beberapa kali pria itu kerap datang berkunjung kerumahnya.
Nyonya Miranda hanya mampu menyeringai tipis dan merasa mendapatkan sekutu untuk menggagalkan pernikahan putranya. Sedangkan Tuan Wibowo hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Rombongan bodyguard Hans langsung bergerak cepat untuk mengamankan pria itu, membuat pria yang bernama lengkap Fikran Mudasir dengan beraninya menantang bodyguard Hans.
"Jangan membuat keributan anak muda, ini acara sakral." ucap Budi menjadi penengah.
"Jika anda datang untuk memberikan selamat kepada tuan muda Hans dan Nona Hani, saya mempersilahkan anda dengan hormat, namun jika anda datang hanya bermaksud untuk membuat keributan, maka dengan hormat saya menyuruh anda pergi" ucap Budi dengan tegasnya yang merupakan asisten pribadi tuan Wibowo.
Fikran tak menggubris ucapan pria setengah baya itu. Dia terus menatap kearah Hani dengan tatapan sulit diartikan membuat wanita yang baru saja sah menjadi istri Hans tampak tidak nyaman ditatap seperti itu.
Fikran maju beberapa langkah, membuat bodyguard Hans langsung menghadangnya di tengah diantara para tamu undangan. Namun tuan Wibowo melambaikan tangannya kepada bodyguard Hans untuk membiarkan pria itu menghampiri cucu nya.
Dengan perasaan rapuh, Fikran mulai melangkah dengan pandangan lurus ke depan untuk menghampiri sosok wanita yang mengisi hatinya.
"Aku tidak percaya dengan....." Fikran tidak melanjutkan ucapannya, karena Hani langsung memotongnya cepat.
"Inilah kenyataannya, kami sudah sah menjadi pasangan suami istri. Terima kasih sudah datang di acara pernikahanku, kamu memang teman terbaikku. Aku doakan agar kamu segera menemukan jodohmu" ucap Hani tersenyum ramah kepada teman sekolahnya.
Fikran tidak bisa berkata-kata, matanya tampak berkaca-kaca mendengar ucapan wanita yang sangat dirindukannya selama ini dan selama menjalankan tugas negara.
"Ku harap kamu bahagia selalu. Maaf aku sudah mengingkari janjiku kepadamu" ucap Fikran dengan perasaan kecewa, hancur semuanya menjadi satu.
Bagaimana tidak, dia tak bisa lagi memiliki wanita yang sangat disukainya sejak SMA dulu sampai sekarang. Karena Hani Handoko sudah menjadi milik pria lain.
"Yang lalu biarlah berlalu dan lihat lah masa depan" timpal Hans dengan tatapan tak bersahabat.
"Ya, kamu benar dan kamulah pemenangnya" sahut Fikran dengan berat hati, dimana hatinya teramat sakit.
Fikran tersenyum miris dengan nasibnya, dia lalu berbalik badan dan melangkah lebar melewati para tamu undangan. Dia ingin segera meninggalkan tempat tersebut, hingga punggungnya tak terlihat lagi.
Hans menggenggam tangan Hani lalu menuntunnya duduk kembali untuk melanjutkan prosesi foto keluarga. Setelah itu, barulah mereka naik ke pelaminan untuk menyambut para tamu undangan.
Rombongan sahabat Hans, diantaranya Andrew, Jimmy, Evan begitu kompak memberikan selamat untuk sahabat baiknya. Mereka semua tidak menyangka bahwa Hans yang jomblo akut dan anti wanita tiba-tiba menikah. Hans benar-benar menggemparkan dunia bisnis dan rekan bisnisnya atas berita pernikahannya.
"Keren luh bro. Begini nih Mr impoten lengah dikit dapat primadona cantik dan seksi pula. Kalau istri gue macam begini, sudah pasti gue kurung terus di kamar dan bercinta sampai puas" ucap Andrew dengan entengnya sambil merangkul pundak sahabatnya, membuat Hans tersenyum smirk.
"Widihh yang langsung nikah aja, bagi dong tipsnya, bro. Karena gue sampai terpesona sama istri mu, dimana kamu dapatkan wanita secantik dia" ucap Evan berbisik yang memuji kecantikan istri dari sahabatnya.
"Usaha sendiri dan jangan coba-coba menatap lama istriku, bisa-bisa perusahaan mu bangkrut" ucap Hans dengan ancamannya.
"Hehehe aku cuma bercanda bro, jangan diambil serius. Parah nih, suami-suami posesif, begini nih korban kelamaan menjomblo" sahut Evan cengengesan sambil memberikan sindiran kepada sahabatnya dan Hans langsung memukul perutnya karena Evan terlalu banyak bicara.
Hani tidak memperdulikan percakapan mereka, dia hanya sibuk dengan pikirannya. Dia seolah sedang bermimpi menikah dengan pria yang menjadi bulan-bulanannya. Bisa-bisanya dia menikah dengan pria yang sudah memperkosanya.
"Gila abis! Bisa-bisanya Hans mendahului kita-kita menikah. Apa jangan-jangan pernikahan Hans ada kaitannya dengan rencana Evan dan Andrew tempo hari" ucap Jimmy keceplosan, membuat Hans langsung mengerutkan keningnya dengan raut wajah berubah.
Sialan, jadi yang aku alami dulu itu karena ulah mereka, hingga aku memperkosa pelayan ku sendiri. Batin Hans sambil mengepalkan tangannya. Namun dia tidak ingin sampai berseteru dengan sahabatnya sendiri.
"Tidak masalah kan, intinya Hans mendapatkan berlian cantik yang manis. Bisa dikatakan itu sebuah keberuntungan bagi Hans" timpal Evan dengan senyuman menggoda.
Hans tersenyum bangga mendengar ucapan sahabatnya. Memang benar yang dikatakan Evan, kejadian itu sebuah keberuntungan baginya bisa meniduri gadis perawan dan sekaligus sebagai penyembuh atas sakit yang dideritanya. Padahal banyak wanita cantik dan menarik bertebaran di luar sana, namun tak ada satupun yang membuatnya tertarik untuk melakukan hubungan badan, jika saja dirinya tidak terpengaruh obat laknat itu.
"Maka dari itu berhentilah bermain-main dengan wanita, kalau cocok langsung nikahi saja. Jangan terus mencari kesempurnaan dari pasanganmu, tapi jadikan kekurangannya sebagai kelebihannya" ucap Hans dengan bijaknya lalu menyuruh mereka turun, karena masih banyak tamu undangan yang lain ingin memberikan selamat kepadanya.
Serangkaian acara pernikahan mewah Hans dan Hani selesai juga dan berjalan dengan lancar. Bahkan pasangan pengantin baru itu tampak melepas penat di sebuah kamar mewah bernuansa kamar pengantin.
Tampak Hani sedang duduk di kursi menghadap kearah cermin. Hani begitu santainya memijit betisnya yang pegal karena terlalu lama berdiri menyalami tamu undangan.
"Jika kamu membutuhkan sesuatu katakan saja" ucap Hans dengan perhatiannya, dimana Hans tengah duduk di sofa yang cukup berjauhan dengan Hani.
Hani tak menggubris ucapannya, dia hanya asyik memijit betisnya sendiri hingga terdengar suara Nyonya Miranda memanggil putranya.
"Hans" panggil Nyonya Miranda yang baru saja masuk ke dalam kamar tersebut.
Sebelum terlambat, Hans tidak boleh semakin dekat dengan wanita miskin ini. Batin Nyonya Miranda melihat situasi keduanya.
"Ada apa ma" sahut Hans sambil bangkit dari duduknya.
"Kamu menginap kan di hotel?" tanya Nyonya Miranda berbasa-basi.
"Tidak Ma, kami akan pulang ke rumah" jawab Hans lalu melirik kearah Hani, bersamaan pula Hani mengalihkan pandangannya kearahnya, hingga pandangan mata mereka bertemu, namun buru-buru Hani melihat kearah lain.
"Ya sudah , segera lah bersiap. Mobil sudah siap mengantar kita pulang" ucap Nyonya Miranda tersenyum.
"Baik Ma" ucap Hans dengan anggukan kepala.
"Jangan lupa ajak istrimu pulang ke rumah, soalnya mama ingin kenal lebih jauh" ucap Nyonya Miranda tersenyum tipis seolah ada yang sedang direncanakannya, lalu keluar dari kamar tersebut.
Tak berselang lama kemudian, Hani dan Hans berjalan beriringan keluar dari hotel, mereka layaknya orang asing. Dimana pakaian pengantin masih melekat di tubuh mereka.
Hani sedikit kewalahan berjalan menggunakan heels, bahkan kakinya terasa sakit. Mau tidak mau Hani langsung melepaskan heelsnya.
"Biar ku bantu" ucap Hans.
"Tidak perlu" ucap Hani dengan ketusnya lalu menenteng heelsnya. Dia tidak peduli berjalan tanpa alas kaki.
Hans tersenyum tipis melihat tingkah laku istrinya, ingin rasanya dia menggendong Hani lalu memasukkannya ke dalam mobil, namun itu hanya angannya belaka.
"Aku sangat tertantang untuk menaklukkan mu" gumam Hans tersenyum tipis.
Bersambung....
Terima kasih atas supportnya teman-teman🙏
sekarang hani jangan panggil hans lagi ganti dengan "mas" aja