"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Taruhan
"Aku akan mendengarkan, jadi cepat katakan!" Kata Yigon yang sudah tidak sabar menunggu Hiden untuk berbicara.
Hiden menarik nafas panjang, dengan sorot mata yang mencekam, Hiden mulai berbicara.
"Aku berbicara dengan Tuan muda pertama keluarga Moera yang sempurna. Tolong jauhi adik ku, jangan pernah mengusiknya lagi ataupun mencoba untuk bertemu dengannya! Kumohon padamu Tuan Muda." Kata Hiden yang membuat Yigon terdiam
Pria itu lantas tersenyum dan merogoh sekotak rokok di saku dalam jas nya. Dia menghidupkan rokoknya dan menghisapnya terlebih dahulu.
"Apa kau merokok, pak dokter?" Tanya Yigon sembari menyodorkan rokoknya kepada Hiden.
"Tidak." Sahut singkat Hiden.
"Haa...." Yigon menghela nafas panjang, asap rokok yang mengepul sengaja ditiup ke arah dokter Hiden yang masih terdiam menunggu jawaban dari Yigon.
"Sebelum aku mengiyakan permintaan itu, jelaskan padaku, kenapa aku harus melakukan apa yang kau suruh?" Tanya Yigon.
"Ada beberapa alasan yang membuatku sangat tidak menginginkan dirimu sebagai calon suaminya Fairy, selain fakta bahwa kau adalah putra sulung keluarga Moera." Kata Hiden yang berhenti setelah mengatakan hal itu.
"Apa itu? Katakan!" Kata Yigon.
"Yang pertama, perbedaan umur kalian yang jauh cukup memperlihatkan ketidakseimbangan pemikiran diantara kalian berdua, karena perbedaan generasi." Kata Hiden.
"Lalu apa yang kedua?" Tanya Yigon.
"Yang kedua, akibat dari perbuatan mu, Fairy kini telah berubah menjadi gadis yang suka menentang. Dia tidak lagi menjadi penurut, itu semua disebabkan oleh dirimu. Maka dari itu, berhentilah dengan adikku!" Kata Hiden.
Kepalanya pusing, padahal baru minum sedikit tapi dia merasa dirinya sudah mulai mabuk. Minuman yang dia pesan adalah minuman yang sama seperti sebelumnya. Hiden melihat Yigon yang tersenyum sembari menumpuk kedua kakinya.
"Kurasa itu bukan alasan yang masuk akal. Yang pertama, umur hanyalah angka, kau tidak bisa menghitung kebahagiaan orang hanya dengan sebuah umur dan itu sangat tidak relevan, karena banyak orang juga menikah dengan perbedaan umur yang jauh, mereka tetap bahagia." Kata Yigon yang terhenti ketika dia menghisap rokoknya.
"Dan yang kedua, bukankah itu adalah progres yang bagus? Adikmu sudah bertambah pintar, dia tau mana yang benar dan mana yang salah! Kenapa kau ingin adikku menjadi orang bodoh yang penurut? Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan untuk Fairy? Mengekangnya? Untuk apa?" Sambung Yigon.
Hiden yang mendengar hal itu pun langsung marah, dia berdiri dan langsung menarik kerah kemeja milik Yigon. Lagi-lagi kerah bajunya ditarik, padahal tadi sudah di tarik oleh Fairy, sekarang kakaknya.
"Kau mengatakan kalau adikku itu bodoh?! Mengekang?! Tau apa kau?" Teriak Hiden yang tidak terima Fairy dibilang gadis bodoh yang hanya patuh kepadanya yang terlihat seperti seorang penjahat.
Yigon yang tak ingin terjadi pertengkaran adu jotos pun langsung mengangkat kedua tangannya. Hiden yang merasa dirinya buruk pun langsung melepaskan kerah Yigon yang tadi ia tarik dengan keras.
Hiden kembali duduk dan mencoba untuk tenang. Yigon yang merasa berhasil menghindari pertengkaran pun memikirkan sebuah ide agar kesalahpahaman ini cepat terselesaikan.
"Baiklah-baiklah. Aku akan berhenti menemui Fairy dan memutuskan kontak dengannya.... Tapi tidak semudah itu, jika aku berhenti begitu saja bukankah aku sendiri yang akan rugi? Bagaimana jika kita bertaruh dengan sebuah permainan yang sederhana?" Kata Yigon sembari membenahi dasinya yang mereng.
"Apa maksudmu?" Tanya Hiden tidak mengerti.
"Kita akan bermain, jika aku menang maka aku akan mendapatkan Fairy, begitu juga denganmu. Tapi jika aku kalah, Fairy kembali ke tanganmu, tapi tidak dengan rahasiamu!" Kata Yigon.
Mendengar kata 'rahasia', Yigon menjadi terkejut dan tidak tenang. Dia terus menatap Yigon yang sangat santai dan terus tersenyum kepadanya.
"Rahasia apa yang kau ketahui tentangku?" Tanya Hiden memastikan.
"Jika aku tidak berhasil mendapatkan Fairy, maka aku akan membocorkan rahasia tentang dokter Hiden Doori, putra sulung Angelo Doori si pemilik toko berlian, memiliki anak di luar nikah bersama dengan seorang guru muda yang mengajar di sekolah menengah pertama kota-"
"Cukup!!! Darimana kau mengetahuinya?! Bagaimana bisa kau mengetahuinya?! Katakan!" Teriak Hiden memotong kata yang diucapkan oleh Yigon.
Melihat ekspresi di wajah Hiden yang terlihat sangat panik, Yigon tidak bisa lagi untuk menahan tawanya.
"Pfft! Hahahahaha! Bagaimana caranya ku mengetahui hal itu? Hahaha sebuah rahasia tidak akan menjadi rahasia lagi jika aku memberitahumu pak dokter! Pikirkan sendiri dan coba saja menebak siapa yang telah memberitahu ku tentang hal itu!" Kata Yigon sambil tertawa terbahak-bahak.
Tidak mau melihat Yigon menang dengan telak, sebagai seorang laki-laki sejati Hiden tidak bisa menolak tawaran Yigon yang mengajaknya untuk bertaruh.
"Baiklah, mari ku perjelas menurut pemahaman ku, jika ada yang salah tolong dikoreksi." Kata Hiden serius.
"Iya, silakan!" Sahut Yigon menantang.
"Jadi jika aku menang, maka Fairy akan menjadi milikku tapi rahasia tentang kehamilan pacarku akan kau bongkar ke media? Lalu jika kau yang menang, maka Fairy akan menjadi milikmu sedangkan diriku akan tetap aman?" Kata Hiden yang mencoba memahami syarat pertaruhan.
PROK! PROK! PROK!
"Benar sekali! Padahal aku tidak menjelaskan nya sejak awal, tapi kau sangat pintar dokter!" Kata Yigon yang bertepuk tangan dengan keras.
...----------------...
Di sisi lain, di rumahnya Yigon. Karena tadi pagi Rimon sudah meminta ijin untuk tinggal di rumahnya Yigon untuk sementara, jadi sepulang dari restoran dia langsung pergi ke rumahnya Yigon.
Baru saja sampai di rumah, terdengar suara ketukan pintu dari depan yang membuat Rimon mengira kalau kakaknya sudah pulang.
Tapi jika yang datang adalah Yigon, kenapa dia mengetuk pintu rumahnya sendiri? Merasa heran dengan hal itu, Rimon langsung bergegas menuju depan dan mengintip dari jendela.
Seorang perempuan lengkap menggunakan topi, masker, celana panjang dan baju lengan panjang. Semuanya tertutup, sehingga Rimon tidak bisa mengenali siapa perempuan itu.
Dengan ragu Rimon membukakan pintu untuk perempuan itu. Saat keduanya sudah saling berhadapan, perempuan itu terlihat terkejut begitu melihat orang yang membukakan pintu untuknya bukan Yigon.
"Anda siapa?" Tanya keduanya berbarengan.
"Apa anda Tuan Yigon? Sepertinya mirip tapi bukan ya?" Tanya perempuan itu yang ternyata masih belum mengenali Yigon dengan baik.
"Ah bukan, saya adiknya. Nama saya Rimon, anda siapa ya? Dan ada hal apa anda datang kemari malam-malam begini?" Tanya Rimon.
"Bolehkah saya masuk?" Tanya perempuan itu yang dari tadi tidak dipersilahkan masuk oleh Rimon.
"Ah iya, silakan." Kata Rimon yang masih ragu dengan identitas perempuan serba tertutup itu.
Perempuan langsung masuk begitu dipersilahkan, dan menyuruh Rimon segera menutup pintunya kembali. Rimon yang berada di situasi yang membingungkan itupun tidak tau apa yang akan dilakukan wanita itu kepadanya.
Dengan cepat perempuan itu memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Rimon, dia juga membuka topi dan juga maskernya.
"Saya Kirie, tolong berikan kotak ini kepada tuan Yigon. Jangan dibuka sebelum Tuan Yigon yang membukanya secara langsung!" Kata perempuan itu yang ternyata adalah Kirie.
Rimon yang masih ngelag pun hanya bisa manggut-manggut mengiyakan apa yang Kirie suruh.
Kirie yang merasa urusannya sudah selesai pun langsung pamit pulang. Dia kembali memakai topi dan maskernya, dan kemudian pergi menggunakan sepeda motor yang dia parkir kan di depan gerbang rumah Yigon.
Sebenarnya ada hubungan apa Yigon dan Kirie selama ini? Dan kotak apakah itu?