Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Ceraikan Aku
Pagi pun tiba. Alarm alam mulai melakukan tugasnya. Membangunkan seluruh makhluk untuk memulai aktifitasnya setelah beristirahat di waktu malam
Zizi menggeliat pelan dan meregangkan otot-ototnya kemudian membuka kedua matanya. Setelah itu ia mengumpulkan kesadarannya yang sempat terserak semalaman.
Melirik ke samping dimana Bara masih tidur nyenyak dengan memeluknya membuat bibirnya terangkat mencibir.
"Dasar buaya!" gumamnya pelan seraya menyingkirkan tangan pria itu yang sedang memeluknya.
Menghela nafasnya berat saat menyadari kalau semalam ia telah tidur di samping suaminya itu padahal ia sangat kesal dan juga jijik. Tapi karena terpaksa, ia pun akhirnya berada di atas ranjang itu untuk melewati malam.
Sepanjang malam, Zizi tak bisa tidur kalau di atas sofa. Begitupun kalau di atas lantai jika hanya beralaskan karpet saja. Mau kembali ke rumahnya sendiri Seme Bara tidur dengan kunci rumah ia simpan di dalam saku celananya.
Zizi pun berniat untuk bangun tapi tangan dan kaki Bara malah memeluknya seperti memeluk sebuah bantal guling.
"Dasar buaya! Main peluk- peluk padahal udah main sama wanita lain!" gerutu Zizi dengan berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan pria itu.
Bara, yang sudah bangun sejak tadi hanya tersenyum tanpa mau melepaskan pelukannya dan malah mempereratnya.
"Ughh lepasin gak?" Zizi menggeliat-geliat bagaikan seorang cacing kepanasan akan tetapi Bara tak perduli.
"Jangan peluk-peluk aku buaya!" sentak Zizi berusaha keluar dari pelukan suaminya tapi lagi-lagi Bara nampak santai dan tak perduli. Ia malah menenggelamkan bibirnya pada ceruk leher wanita itu karena semakin gemas.
"Aaargh..." Tak sadar Zizi berteriak karena Bara malah mencium dan menghisap lehernya kuat.
"Lepasin aku gak atau aku teriak nih!" ancam Zizi lagi karena Bara terasa semakin ganas. Bukan hanya lehernya saja yang mulai dieksplor oleh pria itu tapi kedua bakpaonya yang masih segar dan ranum itu tak luput dari remasan tangannya.
"Teriak aja, itu lebih bagus," ucap Bara santai dan melanjutkan aksinya.
"Dasar buaya!" balas Zizi berusaha memberontak meskipun sebenarnya tubuhnya sudah memberikan respon yang sangat bagus.
"Ngomong apa kamu Hem?"
"B U A Y A!"
"Mau dimakan sama buaya kamu?!" ucap Bara dengan senyum samar diwajahnya.
"Ish. Gak lah!" sentak Zizi berusaha melepaskan pelukan pria itu lagi tapi lagi-lagi ia tak berhasil.
"Lepasin gak pak! Aku mau pipis nih!" Zizi memberontak lagi dan akhirnya dilepaskan oleh Bara.
Zizi pun turun dari ranjang itu dan segera ke kamar mandi untuk mandi dan melaksanakan sholat subuh. Sedangkan Bara hanya menyaksikannya dengan perasaan campur aduk.
Sudah lama ia tak sholat. Terakhir kali mungkin beberapa tahun yang lalu di saat lebaran idul adha. Terus terang, hanya papanya yang sering mengajaknya untuk sholat sewaktu ia masih kecil tapi sejak keluarganya hancur ia tidak pernah lagi melakukan ibadah wajib itu.
Mamanya, sebagai orang yang sangat ia sayangi tak pernah mengajarkannya apalagi mengajaknya untuk melakukan ibadah.
Sebuah rasa penyesalan pun tiba-tiba muncul di dalam hatinya. Ia merasa sangat berdosa karena meninggalkan kewajiban yang harus ia lakukan sebagai bentuk syukur atas diciptakannya ia dibumi ini.
Bara pun turun dari ranjang dan segera membersihkan dirinya di dalam kamar mandi. Melakukan sholat juga meskipun ia sudah lupa bacaannya. Setelah itu ia memakai pakaian olahraga seperti kebiasaannya selama ini kemudian melakukan joging di sekitar lingkungan kompleks.
Kembali dari olahraga, keadaan rumah yang ditempati Bara pun sudah bersih. Menu sarapan pagi juga sudah siap di atas meja makan.
Tak sadar, hati Bara menghangat. Bibirnya mengulas senyum. Ternyata mempunyai istri bagus juga. Rumah tampak bersih dan cerah begitupun dengan kebutuhan nutrisinya.
"Ini kamu yang masak?" tanya Bara seraya mendudukkan dirinya di depan meja makan.
Zizi tak menjawab. Ia hanya sibuk menata peralatan makan di atas meja. Hatinya masih sangat kesal kalau mengingatkan bekas gincu merah pada kemeja pria itu.
"Kayaknya enak nih," ucap Bara lagi seraya mencicipi tempe goreng tepung yang nampak sangat menggoda seleranya.
"Tentu saja enak pak. Semua makanan ini khusus aku masak untuk buaya darat seperti bapak."
"Uhuk Uhuk Uhuk!"
Bara langsung tersedak dan terbatuk-batuk.
"Buaya darat?" ucap Bara dengan wajah bingungnya.
"Iya. Buaya darat yang suka banget nyeplok sana nyeplok sini. Menjijikkan!"
Bara tampak berpikir. Perasaan sejak semalam wanita ini selalu saja menyebut-nyebut kata buaya.
Apa mungkin ia yang digelari buaya?
Bibir Bara tiba-tiba mengulas senyum kemudian menatap Zizi.
"Mau nyoba rasanya dimakan sama buaya gak?"
"Ish! Sorry ya pak. Aku bukan wanita murahan yang gampang tergoda sama buaya darat!"
"Ya udah. Kalo gitu sini makan sama aku."
"Makan aja sendiri!" ketus Zizi. Bara langsung menatapnya tajam.
"Zizi! Kamu dengar aku gak?!"
"Denger pak."
"Bagus. Sekarang duduk dan makan."
Zizi akhirnya menurut. Entah kenapa ia kadang takut juga pada pria ini meskipun ia ingin membantah.
"Masakan kamu enak. Cocok di lidah aku. Bentar siang aku mau makan yang kayak gini lagi."
Zizi tidak menjawab. Ia hanya mengaduk-aduk makanannya dengan hati yang masih dongkol. Bagaimana pun ia masih sangat terpengaruh dengan kata-kata Dela tentang permainan ranjang wanita itu yang katanya disukai oleh suaminya.
Aaaaa, ingin ia tidak perduli tapi kenapa hatinya jadi cemburu.
"Kamu dengar aku Zi?"
Zizi mengangkat wajahnya kemudian membuang pandangannya ke arah lain. Tak ingin ia bertemu pandang dengan suaminya yang masih terasa sangat menyebalkan itu.
"Kamu kayaknya kayak orang cemburu."
"Ish. Ngapain cemburu. Memangnya bapak sepenting itu?!"
"Hahaha. Kalau gak cemburu trus apa? Ngambek tak jelas kayak gitu."
Zizi hanya mendengus kasar.
"Padahal aku masih ingin lho minum bibir kamu."
"Ish! Gak akan aku kasih lagi. Minta aja sama calon istri bapak itu!"
"Hah? Calon istri? Siapa?" Bara langsung mengernyit bingung.
"Gak usah pura-pura tak tahu pak. Aku gak suka!"
"Lho?" Bara semakin bingung. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Zizi yang ia tidak tahu.
"Katanya gak setuju sama pernikahan ini. Kenapa gak cerain aku aja pak?!" salak Zizi emosi.
"Aku gak akan cerain kamu. Titik!" tegas Bara kemudian meninggalkan meja makan itu.
"Tapi kenapa pak?!"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀