“ Tubuh mu di ranjang ku atau kepala mereka di tempatmu”
Darren Ludovic menginginkan renata, sang beautiful mafia, jauh sebelum kekuasaannya bermula.
Ia terikat ambisi, lelaki itu selalu mendapatkan semua yang ia inginkan, kecuali renata, mafia cantik dari klan Louise yang memiliki satu per tiga wilayah Dan Fransco.
Sesuatu tiba-tiba terjadi, renata terjebak. Darren mendapatkan kesempatan untuk menuntaskan hasrat panas yang terus menggerogoti nya dari dalam.
Ancaman itu terlalu berbahaya untuk renata. Ia terjebak dalam situasi yang benar-benar sulit.
Apakah renata memberikan apa yang Darren inginkan?
Haruskah ia menyerahkan dirinya untuk seseorang yang terkenal biadab?
Sungguh, lelaki tampan, dan memesona itu tak lagi mengincar kekuasaan, melainkan dirinya, tapi kenapa?
Cinta, kekuasaan, hasrat, yang manakah yang harus dipenuhi?
Ketika cinta hanya menghasilkan penderitaan.
Kekuasaan hanya bisa membutakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yusnita hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
She is ready for the worst
Masih didepan cermin. Renata menahan nafas sesaat, ia tak sanggup membayangkan lagi tubuhnya di mangsa.
Ia menemukan lutut, belahan gaun menunjukkan kaki jenjangnya juga senjata yang sedari tadi sudah berada disana. ia membuka klip yang melingkar di paha kencang dan padatnya, lalu mengeluarkan sebuah revolver tua dari sana.
Dengan perlahan ia berjalan ke meja rias. Membuka salah satu laci, kemudian meletakkannya disana. Sebelum menutup, ia terhenti, renata malah mengambilnya lagi mengeluarkan benda mengkilap tersebut, kemudian mengusap inisial yang terukir di pegangan berlapis kayu poles.
Entah kenapa, tadi dia memutuskan membawa senjata jenis ini. biasa nya Renata akan mengganti dengan senjata Handgun semi otomatis, yang lebih praktis di bawa kemana-mana. Mungkinkah sebuah firasat?
Ia tersenyum sesaat, ketika membayangkan masa lalu. masih diingatnya jelas hari itu.
FLASHBACK ON
“ Selamat ulang tahun, Renata. ” ucap seorang pria paruh baya tersenyum lembut. ia memegang sebuah kotak putih berpita merah muda di atas meja.
“ Wah! ayah tak melupakan nya?! ” Renata kecil yang baru saja memasuki ruang kerja sang ayah. matanya berbinar-binar. Ia berlari kearah lelaki ber jas itu.
Segera pula sang ayah, memiringkan tubuh lalu menyambut sang putri yang datang memeluknya. “ Ayah tidak mungkin melupakannya, Renata. ”
Mata biru gadis kecil itu berbinar-binar. “ Aku senang ayah tak sampai melewatkan hari ulang tahun ku. ”
“ Itu tak akan terjadi, sayang. ” Enrico menarik diri pelan. Kemudian duduk dan membawa Renata ke pangkuannya. “ Astaga! kau semakin besar dan berat saja. ayah khawatir tak bisa memangku mu lagi. ”
“ Itu bohong, buktinya ayah masih sering memangku ibu! ”
“ Hahaha. ” lelaki itu terkekeh lantas mencubit hidung renata. “ Kau pintar sekali. sudah berapa umurmu? enam? tujuh? ”
“ Delapan, ayah! ”
“ Ah, aku salah menebak. ”
“ Ayah berpura-pura lagi. ”
“ Sepertinya kau semakin sulit dibohongi? ”
Renata tersenyum bangga.
“ Well, seperti janji ayah. ini dia hadiah untukmu, sayang. Bukalah. ”
“ Wooaah, benar-benar ada! ” Renata mendekati meja. Tangan kecilnya langsung menggapai kotak dengan terburu-buru. Segera ia menarik pita yang menjadi pengikat antara kotak dan tutupnya.
“ Pelan-pelan saja, sayang. tidak akan ada yang mengambilnya darimu. ” suara pria itu berbisik lembut ditelinga renata.
Namun, tanpa menghiraukan sang ayah, ia tetap saja membuka dengan cepat dan bersemangat.
“ Hk! ” Renata terdiam takjub saat melihat apa yang ada didalam kotak itu. “ I-ini, pistol sungguhan? ” mata Renata berkedip-kedip pelan. Benda itu terlihat mengkilap, berat dan tidur tenang di dalam mal bludru.
“ Iya, ini revolver, senjata pertama ayah yang sudah lama tertidur dalam brankas. ”
“ Woahh! ” lagi ungkap renata kagum.
“ Meski sudah cukup tua. ayah bisa menjamin, ia masih berfungsi dan terawat dengan baik, ” lanjut enrico. bahkan menggunkan kata 'ia' untuk sebuah senjata. Seakan benda tersebut adalah makhluk hidup yang memiliki nyawa. “ Bukankah kau sudah lama menginginkan senjata mu, sendiri? ”
Denga cepat gadis kecil yang diberikan hadiah tak biasa mengangguk-angguk.
“ Maka dari itu, sekarang, ayah akan mewariskan nya padamu. ” enrico tersenyum santai, bagai memberikan boneka pada anak perempuan. “ Lihatlah, ini indah sekali. mengkilap seperti baru. ayah juga menyuruh mereka menambah ukiran inisial namamu ke sana. R.L, renata louise, pemimpin hebat klan louise selanjutnya. ”
Renata hanya bisa bergeming saking bahagianya. Mulut itu masih terbuka dengan senyum lebar. Segera tubuh kecil berbalik dan memeluk enrico. ” Ini hadiah ulang tahun terbaik sepanjang masa! Terima kasih, ayah. ”
“ Sama-sama, sayang. ”
“ Apa boleh aku memakai nya sekarang? ”
“ Woah! sabar,mafia kecil, jangan sampai kau melukai buah ayah, atau salah satu barang disini, ibu akan marah. ”
Renata terkekeh. “ Jadi apa ayah sendiri yang akan mengajariku cara menggunakan ini? ” tanyanya lagi antusias.
“ Ya, tentu. jika kau sudah mampu mengangkatnya. ”
“ Aku bisa, lihat. ”
“ Woah, Hati-hati Renata. ”
“ Hahahahah. ”
FLASHBACK OFF
Renata tersenyum saat kenangan itu selesai terlintas dibenaknya. ia mengusap benda itu sekali lagi dengan penuh perasaan rindu, kemudian menaruhnya di dalam laci.
Desahan nafasnya menyusul kemudian. Ditanggalkannya gaun panjang yang ia kenakan sehabis dari pesta para petinggi tadi. Renata berjalan pelan, menuju kamar mandi sambil membuka satu per satu sisa pakaian yang menempel di tubuhnya, dalam, stocking, sampai sepatu.
Ia membiarkan benda-benda itu tercecer di begitu saja lantai.
Renata berjalan dengan tatapan hampa menuju buth up keramik putih yang berada di ujung kamar mandi.
Dilepas nya penjepit rambut kemudian. Melonggarkan lingkaran low bun yang menjadi hair-do nya malam ini.
Dengan bergantian ia memasukkan kaki ke sana. lalu segera melongsor turun, bahkan sebelum airnya penuh.
Tengkuk ia sandarkan dengan nyaman. Renata menutup mata, mengatur nafas pelan, membiarkan air hangat perlahan-lahan membungkus tubuh telanjangnya.
Waktu seakan berjeda....
Entah sudah berapa lama ia dalam keadaan itu, membiarkan air terus mengalir, sampai wajah raylie yang dengan kepala berdarah tiba-tiba muncul di hadapannya.
Wajah itu kusam dan merah cairan kental seakan membentuk banyak anak sungai di wajah itu. “ Kak Renata, tolong aku! ”
“ Hhkkk! Raylie!!! ” teriak renata, terbangun. ia tak sadar telah menceburkan diri ke dalam buth up.
“ Hah hah hah hah! ” nafas memburu keluar dari mulutnya. hidung nya terasa benar-benar pedih karena kemasukan air.
Ia mengusap rambutnya kebelakang. lalu wajahnya berkali-kali.hampir saja ia benar-benar pingsan tenggelam sendiri disana.
Dengan segera ia keluar. tak ada tawar menawar lagi. ia benar-benar harus melakukannya.
\*\*\*
Keesokan harinya.
Tok tok tok
Bunyi ketukan pintu di kamar Renata terdengar.
Wanita itu tengah duduk di depan meja rias. ia berdandan sangat cantik. Seperti yang selama ini ia lakukan untuk acara terbaik.
Renata mengangkat wajahnya. ia memakai lipstik merah yang sangat gelap. Menandakan keburukan harinya.
Renata mengucir satu rambutnya ke belakang dengan belahan yang rapi. ia sudah lebih dari siap untuk menghadapi nasibnya.
“ Nona Renata, jemputan dari lelaki itu sudah tiba. ” eldhan bahkan enggan menyebut nama si keparat itu.
Renata menarik nafas kebebasan terakhir, karena setelah masuk ke dalam kendaraan tersebut, ia sudah sepenuhnya milik darren.
Ia bahkan tidak tahu kapan lelaki itu akan puas dan mengembalikan nya.
Clek
Renata membuka pintu dan menatap eldhan.
Mata lelaki itu bergoyang melihat nya. ketua yang selama ini dia jaga. pemimpin terhormat yang bahkan tak pernah ia izinkan tersakiti. kini harus diserahkannya pula begitu saja.
“ Aku tidak akan bisa lewat jika kau terus menghalangi jalanku, eldhan. ” suara renata parau. tapi tetap saja terdengar elegan.
“ Nona Renata, anda... anda..., ” bibir itu tampak bergetar sesaat. Ada crystal tipis yang terbentuk di permukaan mata keabuan lelaki itu. “ Anda terlihat sangat cantik. ”
Renata tersenyum. kemudian memegang wajah eldhan, kemudian memeluknya dengan perlahan. “ Kuserahkan sisanya pada mu. jaga apa yang bisa kau pertahankan. ”
“ Dengan nyawaku, nona Renata! ” ucap eldhan mantap dibalik bahu itu. Ia bahkan begitu sungkan untuk melepas pelukan pelan Renata.
Wanita itu tersenyum sambil melepaskan pelukan. ia memegang pipi eldhan, lalu mengecup pelan, seakan perpisahan. “ Terima kasih, eldhan. aku pasti akan kembali. dia tidak akan semudah itu mengalahkanku. ”
“ Anda harus kembali! ”
Renata tersenyum.
Eldhan mengantarkan Renata sampai ke depan.
Kini untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Renata menaiki mobil yang kemudinya bukan dibawa oleh eldhan.
Sampai pada tahap ini pun dia sudah menyerahkan dirinya pada orang milik darren.
Eldhan dan seluruh klan louise pun menunduk dalam saat mobil itu berangkat.
Membawa serta sang ' beautifull mafia ' ketangan seorang Darren Ludovic.
TO BE CONTINUED