Novan dan Diana menjalin hubungan sekitar empat tahun lama nya sejak mereka sekolah SMA, sudah banyak yang Novan berikan pada gadis cantik berdarah minang itu.
namun suatu hari Novan melihat Diana malah bersama pria lain yang menggunakan mobil mewah, sejak saat itu juga hubungan mereka renggang, tak lama Diana sakit dan selalu menjerit jerit karena gigi yah semula bagus itu mengeluarkan banyak nanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Ria terjebak
Masih di jalan saja Novan sudah membayangkan bagai mana nanti bahagia nya Diana saat tahu bahwa dia berhasil membawa perhiasan yang sangat ia inginkan, agak susah Novan mencari nya karena itu bisa di bilang barang langka akibat banyak ornag yang menginginkan perhiasan satu set ini, padahal sudah di kota saat mencari nya.
Untung nya Novan berhasil membawa perhiasan dengan harga yang tidak murah, namun demi pujaan hati dia rela membeli nya, meski resiko bila sampai ketahuan maka akan kena amuk oleh orang tua nya. sebab itu bukan lah uang yang sedikit, banyak dan harus beberapa hari kerja baru bisa dapat uang segitu.
Beda dengan Diana yang tahu nya cuma minta saja, kerja tidak mau dengan alasan yang bermacam macam, tidak mau kerja tapi apa saja yang di lihat dia selalu ingin memiliki nya. itu yang membuat Bu Romlah tidak suka, kelihatan selaki bahwa dia adalah wanita yang matrealistis, belum lagi saat dia ajak Novan kerumah untuk berkunjung.
Diana sama sekali tidak mau menyentuh pekerjaan, apa salah nya saat sudah makan dia membantu Bu Romlah membereskan piring yang sudah di pakai bersama adik nya Novan juga yang bernama Norma. rasa nya wajar dan sudah sepantas nya bila usai makan di rumah orang, maka bantu lah saat berkemas, lah ini sama sekali tidak ada.
"Woi, Van! mau kemana to, naik motor ngebut saja." tegur Yoto.
"Eh maaf, aku ndak lihat tadi kalau kalian lagi ngumpul." Novan pun berhenti sebentar karena sudah di panggil.
"Pasti mau menemui Diana, kalau udah ngebut gitu pasti." ucap Yoto teman sekolah nya.
"Tau ni bocah, tergila gila sekali sama Diana." sahut Baim.
"Itu nama nya cinta yang tulus, kalian saja yang tidak tahu." sanggah Novan duduk di sebelah Baim.
"Walah masalah tulus pula yang di bawa, sana lah segera nikah." Yoto bergurau enteng pada teman nya.
"Kau kan sudah empat tahun pacaran sama dia, mulai dari kelas tiga SMA dan sekarang sudah umur dua puluh." cetus Baim.
Novan mengambil oleh oleh jeruk dari kota yang sebenar nya mau di berikan pada calon mertua nya, namun tidak enak pula karena teman teman sudah melihat jeruk yang tergantung di motor.
"Aku sih mau mau saja nikah sekarang sama Diana, lagi pula kan aku juga sudah punya penghasilan." jawab Novan meletakan jeruk di lantai pos.
"Lah terus apa lagi? dari pada kau pacaran tidak jelas cuma nambah dosa saja, ku lihat kau juga sudah seperti menafkahi Diana." ucap Yoto gamblang saja.
"Ibu mu itu kalau cerita sama Emak ku sudah kayak mau nelan Diana saja sangking jengkel nya." Baim sering dengar Bu Romlah cerita sama Mak Rina.
"Biasa lah nama nya juga orang tua, mereka juga kan pacaran nya di zaman dulu sehingga pikiran pun masih kolot." sahut Novan tak ingin menyalahkan orang tua atau pun Diana kekasih nya.
"Tapi aku sih setuju sama Ibu mu, Van! dari pada cuma pacaran dan kau cuma memberi uang dan juga harta, tapi kau sama sekali tidak mendapat apa pun, lebih baik nikah saja lah." saran Yoto.
"Jangan jangan sudah kau cicip pula dia." tuduh Baim.
"Sembarangan saja kau! aku tidak begitu ya, Diana yang belum mau ku nikahi." Novan melempar jeruk pada Baim.
Mereka tertawa terpingkal pingkal karena mengejek Novan yang di nilai bodoh, tidak dapat apa apa namun mau membelikan apa pun yang Diana mau. tapi sama sekali tidak dapat balasan dan hanya percaya dengan cinta tulus saja, usia mereka masih muda dan kemungkinan Diana untuk berpaling masih lah banyak.
"Ada Pak Bujang, kau sembarangan saja bicara!" Yoto menepuk paha teman nya.
"Lah aku tidak lihat, ku rasa tidak dengar lah." Baim panik juga.
"Kau sih sembarangan saja kalau bicara! semoga saja dia tidak dengar, soal nya menghadap sana kok." Novan juga cemas.
Padahal Pak Bujang dengar semua nya dan dia merasa sangat malu atas perbuatan putri nya, semua orang tidak muda dan juga tua semua nya asik membicarakan masalah itu sehingga yang dapat nama buruk adalah Pak Bujang dan juga istri nya.
Sangat susah sekali memberi nasihat pada Diana yang terus saja menghabiskan uang nya Novan, bila merka sampai tidak jadi menikah maka pasti akan jadi pembicaraan yang sangat besar oleh para warga desa sini dan pasti nya keluarga Diana yang akan mendapat nama buruk karena yang banyak tingkah adalah Diana.
...****************...
Ria mengeluh kesal karena lagi lagi motor nya harus mogok sama sekali tidak mau jalan, dugaan pertama adalah oli nya yang kering, untung dia tidak lembur sehingga pulang nya masih agak sore. bila tadi sampai lembur, maka sudah pasti malah ajan mendorong dengan rasa takut tentu nya karena bisa saja ada orang jahat.
"Ponsel ku juga habis batrai nya, sial sekali aku hari ini." keluh Ria mengusap peluh nya.
Sedangkan menuju pulang kerumah masih jauh sekali, naik motor saja sekutar dua puluh menit baru sampai, lalu sekarang dia harus mendorong nya pula. mau kebengkel dia sama sekali tidak bawa uang, Ria selalu bawa uang pas bila berangkat kerja.
"Eh itu ada orang di sana, apa aku minta tolong saja ya." batin Ria agak ragu.
Namun akhir nya dia pun nekat mendatangi pemuda yang sedang duduk di pinggir jalan, niat nya mau pinjam ponsel untuk menghubungi Deni agar menjemput nya di sini sambil membawakan uang untuk masuk bengkel.
"Maaf permisi, boleh minta tolong sebentar?" Ria bertanya sopan.
"Boleh, ada perlu apa?" pemuda tampan itu melihat kearah Ria.
"Motor saya mogok, Mas! boleh pinjam ponsel nya ndak, saya mau menghubungi Uda saya?" tawar Ria berharap penuh.
"Ini paling habis oli, kenapa tidak kebengkel saja? dekat lagi ada bengkel yang buka kok." suruh Andi yang paham motor.
"Saya lupa bawa uang, maka nya mau menghubungi Uda saja dulu." Ria tersenyum malu.
Andi pun mengambil ponsel nya memberikan pada Ria, maka Ria mengambil sambil mengucap kan terima kasih, untung nya dia hapal nomor Deni sehingga bisa menghubungi.
"Aduh Uda kemana sih kok cuma memanggil saja." keluh Ria, mana hari juga sudah mau maghrib.
"Tidak tersambung ya?" Andi tahu dari gelagat Ria.
"Iya, seperti nya nomor dia sedang tidak aktif." Tia sudah asli panik sekarang.
Hanya Deni saja yang nomor nya dia hapal karena selama ini dia selalu menghubungi Uda nya saat takut pulang, sekarang malah nomor Deni tidak aktif di saat sedang genting dan hari juga sudah mau maghrib.