Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilangnya Wibawa Beni
Mei pun akhirnya berkumpul dengan ibuk- ibuk yang lain. Karena ada hal yang akan di bicarakan.
"Kak. Jaga adek ya.." Perintah Mei tegas.
"Iya Bund. Yok dek kita main sana.Ada kelincinya" Nabil pun mengajak Nia ke taman bunga yang di sana juga ada kelinci.
"Aku temani ya." Beni mengikuti langkah Nabil yang baru saja jalan.
Nabil pun menoleh ke belakang." Kamu nggak ada kerjaan. Ngikutin terus. Nanti ada yang marah tuh.." Tunjuk Nabil dengan mulutnya kada gadis yang menyapa Beni tadi Dnegan manjanya.
"Nggak ada yang marah. Ayah aku aja ijin.Nanti kamu tersesat,anggap aja aku pemandu" Ujarnya yang terus melangkah menuju kandang kelinci.
"Kak. kelincinya lepas.." Tunjuk Nia Melihat kelinci yang keluar dari kandangnya.
"Oh. Itu memang sengaja di lepas dek. Adek mau nggak kelincinya..?" Tanya Beni.
Tentu saja Nja mengangguk senang.
"Jangan aneh-aneh dek. Nanti Kakak yang kena marah Bunda." Tegur Nabil.
Nia langsung diam. Ia tidak lagi sebahagia tadi saat Beni menawarkan.
Beni diam. Ia melangkah menuju kandang kelinci. Di sana ada petugasnya. Beni bercerita dengan penjaga tersebut. Dan melambaikan tangannya pada Nia.
"Sini dek.. Mau kelinci yang warna apa. tapi kalau bisa sepasang. biar ada temannya. Nggak sedih kalau dia sendirian." Ujar Beni lembut pada Nia yang mendekat padanya.
"Pemiliknya aja nggak sadar ya." Lirih Nabil. .Beni terus menangkap Kelinci itu berdua penjaga. Nia tertawa bahagia saat melihat Beni yang terjatuh.
"Dapatkan.. akhirnya.." Desah Beni.. Kedua kelinci tersebut di masukkan ke kandang yang sudah tersedia.
Nabil melongo.." Eh. kok di masukan ke kandang kecil... Kasihan.. Di lepas saja tuh kelinci.. Nanti marah orangnya." Bujuk Nabil pada adeknya yang sudah ada dua kelinci di depannya yang sedang di beri makan wortel oleh Nia bersama Beni.
"Kalau masukkan ke kandang besar kan susah bawanya neng. Lagian emang disediakan untuk pembelinya kandang kecil ini biar nggak susah bawa pulang." Jawab Beni. Ia melihat sekilas Nabil dan kembali memberi makan sepasang kelinci.
Nabil melihat sekeliling. Ada tulisan di jual."Ternyata kelincinya di jual.Kirain di lihat saja." Nabil tidak melihat sebelumnya ada tulisan itu.
"Nggak salah deh..makanya neng. Jangan terlalu cuek." Ledek Beni terkekeh.
"Bodo amat. Amat nya aja nggak marah.." Kesal Nabil dan duduk di kursi yang tak jauh dari sana.
Beni pun mengangkat kandang kelinci tersebut. Dan membawanya dekat Nabil yang melihat handphonenya.
"Serius amat neng... Nggak lihat Abang yang ganteng ini di anggurin..". Beni sudah duduk beberapa menit. Tapi tidak ada pergerakan Nabil untuk Melihatnya.
Nabil menarik nafas dalam." Nggak minat ya Abang ganteng sedunia. Lagi serius nih.."
Beni terkekeh melihat kekesalan Nabil. Ia tidak pernah bosan meledek gadis tersebut. Ada rasa tersendiri di hatinya yang paling dalam. Rasanya jika boleh berkehendak dan semesta mengizinkan. Ia ingin mempersunting gadis tersebut saat ini. Karena ia tak ingin sekali berpisah dengannya, pengen dekat selalu.
"Dek. Kalau di rumah kakaknya galak juga ya.?" Tanya Beni pada Nia yang sibuk dengan mainan barunya.
Nia mengangguk. " Kata Abang kayak kak Ros nya Upin Ipin..he..he.." Nia menutup mulutnya seketika. Takut kena marah kakaknya.
Untung saja Kakaknya sibuk dengan handphonenya.
"Tadi Bundanya suruh jaga adek. tapi kok Kakaknya malah sibuk dengan handphonenya." Komen Beni.
Nabil melihat sekilas." Jangan menyindir. toh kan sudah ada yang sukarela jagain adeknya. Nanti aku bilang Bunda. Kamu tuh dah bantuin jaga adek. Nanti biar aku bilang Bunda agar di kasih bonus..ha..ha.." Nabil tertawa lucu.
"Ok! Aku nanti minta Bunda bonus spesial." Jawabnya sumringah.
Beni sedang merekam pembicaraan mereka. " Kok spesial..martabak kali spesial..ha.ha." Mendengar martabak.. Nia malah minta.
"Kak. Mau martabaknya." Nabil melotot kaget.
"Mampus deh." Adek.. Martabaknya nanti kita beli kalau ada yang jualnya ya. Di sini kan cuman jual kelinci. Atau nanti kakak tukar aja kelincinya dengan martabak spesial mau.." Goda Nabil pada adeknya. Nia langsung menyimpan kandang kelincinya di belakangnya.
"Nggak mau.." Cibir Nia pada kakaknya.
"Ya udah..jangan minta yang aneh-aneh. adek ku yang cantik." Nabil mencubit pipi adeknya gemes dengan lembut saja. Takut nanti kalau sakit adeknya nangis.
Nia mengangguk patuh. Beni tersenyum melihat interaksinya keduanya. " Kalian itu lucu ya.." Ujarnya.
"Lucu.. Kelinci kali.." Nabil protes dengan judesnya.
"Nanti kalau aku ngecet balas ya." Ujar Beni menatapnya.
"Kalau nggak sibuk." Jawabnya malas.
Beni terkekeh.. Ia selalu saja merasa lucu. Melihat ekspresi Nabil yang membuatnya tertawa.
Beni membiarkan Nabil yang sibuk mengetik di handphonenya. mungkin ia sedang menulis novelnya, pikir Beni.
"Berapa Bab selesai satu hari..?" Tanya Beni antusias.
Nabil menoleh." Ini lagi tugas.. Lihat.. Buat novel itu kalau. Lagi mut nya baik. Kalau buruk hasilnya juga nggak bagus.
Beni melihatnya " Oh. Coba aku lihat mana tahu aku bisa bantu.." Beni mengambil handphone gadis tersebut.
"Oh. Ini.. Kamu kirim aja ke wa aku. nanti aku bantu buatnya.Kapan kumpulkan.?" Tanya Beni serius.
"Besok.! Ini dosen dadakan aja. Katanya Minggu depan. Eh malah harus dikirim besok. Kan bikin pusing.. Mana lagi nggak ada materi di sini. Orang lagi libur di kasih tugas." Terlihat sekali gadis tersebut kesal.
"Udah..kirim cepat. biar aku bantu. Jagain saja Yuh adeknya.. Nanti Bunda marah." Tegur Beni. Ia melihat tugas Nabil yah sudah di kirimkan, Ia pun fokus mengerjakan.
Nabil pun bermain dengan adeknya memberi makan kelinci. Kemudian ia mengeluarkannya satu. Menggendongnya..
" Siapa nama kelincinya dek.?" Tanya Nabil pada adeknya.
Nia menengok kakaknya.dan meletakkan satu jarinya ke keningnya." Idih gaya lu dek. Kayak mikirin negara aja." Ledek Nabil pada adiknya.
Beni terkekeh, mendengar komentar Nabil yang selalu saja bikin ia tertawa.Ia pun kembali fokus.
Lama kedua perempuan yang beda generasi tersebut terdiam memikirkan nama buat si kelinci, Beni heran dan geleng- geleng kepala.
"Dek. kasih aja nama samaran. N gitu aja namanya yang betinanya. Kalau jangan apa ya.?" Tanya Nabil pada adeknya yang bengong.
"Si B saja kasih. Pas kan.." Jawab spontan Beni. Nabil melengos kesal.
"Fokus saja Pak. nanti tugas aku malah ada kelinci di sana. kan nggak lucu. Tugasnya kasus. Kok ada kelinci. Emang kelinci punya kasus ya."
Tawa Beni lepas. Ia sampai memegang perutnya.karena tidak tahan menahan tawa. sedangkan kedua gadis tersebut dengan tatapan bingung menatap Beni yang tertawa begitu.
"Ada apa dengan Abang Ben kak.?" Tanah Nia menunjuk Ben.
"Kesurupan roh nya nenek kelinci mungkin." Jawab Nabil asal. Beni makin terkekeh.
"Ha..ha.. Udah. Deh.. kalian coba diam sebentar ya. perut aku jadi sakit nih karena tertawa.
"Siapa yang suruh tertawa. Nggak ada yang lucu juga. Bapaknya aja yang aneh." Dengan cueknya Nabil melanjutkan mengelus kelinci yang ada di pangkuannya.
"Bapaknya siapa Kak." Tanya Nia yang tidak mengerti.
"Bapaknya Kelinci." Jawaban Asal Nabil. Beni geleng- geleng kepala. Ia benar-benar terhibur oleh kedua gadis tersebut.
Ia menarik nafas dalam, dan menetralkan dirinya.. wibawanya jadi hilang, gara-gara dua gadis ini.