Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 025 - Day 2
Udara yang sebenarnya panas terasa hangat dikulit. Angin kencang di tepi pantai membuat udara terasa dingin.
Siang menjelang sore hari ini terasa begitu cerah , sayang sekali jika terlewatkan. Dan memilih untuk berpiknik ke pantai adalah ide yang sangat bagus.
Aera di temani oleh adiknya itu pun menikmati berjalan-jalan di tepian pantai. Sedangkan ayah dan ibunya duduk-duduk santai di tikar yang ia sewa. Bahagia sekali rasanya menikmati momen indah dengan keluarga tersayang.
Rambut panjang yang tidak terjedai itu berhamburan kesana kemari mengikuti semilir angin berlalu. Dress selutut tanpa lengan itu membuatnya tampak elegan. Beberapa pria yang sedang berkunjung pun kedapatan sedang memandangnya dengan tatapan kagum.
"Mbak , perasaan dari tadi hpnya ada notif mulu deh. Buka dulu gih siapa tau penting." ucap Rezza sembari mengeluarkan ponsel milik Aera yang sengaja di titipkan pada tas adiknya itu.
"Mana?" ucap Aera.
"Nih." ucap Rezza sembari menyerahkan benda pipih itu kepada sang kakak.
Aera membuka layar ponsel yang terkunci itu , ada beberapa notifikasi pesan masuk di WhatsApp nya. Ia membuka aplikasi berwarna hijau itu dan betapa terkejutnya tatkala ia melihat pesan dari kontak yang bernama MyBoss itu berjumlah sepuluh. Selain pesan tertulis , ada pula tiga panggilan yang tidak ia jawab.
Perasaan bingung ia rasakan saat ini. Ingin sekali rasanya ia menelpon balik lelaki itu. Namun ia tak mau adiknya yang rese itu mendengar pembicaraannya yang mungkin terkesan berbeda.
Rezza pun tampak begitu penasaran dengan kakaknya. Wajah tampannya sukses membuat Aera mengerutkan keningnya. Pasalnya adiknya itu tersenyum memandang sang kakak yang terlihat jelas sedang memikirkan sesuatu.
"Pacar mbak ya? Telpon aja kali mbak , aku nggak bakal dengerin kok." ucap Rezza dengan santainya.
"Apaan sih , emang tuh kuping buat apaan kalo nggak buat dengerin." ucap Aera.
"Oke deh , aku duluan aja nih. Mbak telpon dulu. Lagian mbak santai aja aku nggak akan ceritain dulu ke ayah ibu." ucap Rezza dengan tersenyum.
"Kamu tuh nggak bisa dipercaya tauk!" ucap Aera sembari memandang ombak laut yang saling berkejaran tak ada hentinya.
"Emang beneran mbak udah punya pacar ?" ucap Rezza yang membuat Aera menatapnya tajam.
"Punya atau enggaknya emang mau ngapain? Udah pasti mau ngadu kan kamu ke ayah ibu ? Hayo ngaku!" ucap Aera.
"Hahaha enggak mbak , enggak kok. Aku udah dewasa sekarang mbak , aku bukan anak kecil lagi. Sekarang tuh aku udah ngerti problemnya anak muda apa aja. Jadi kalau aku mau tau mbak udah punya pacar atau belum , kasih tau aja. Biar aku tau cowok itu gimana , suatu saat kalau mbak di perlakukan nggak baik sama dia , biar aku yang maju paling depan." ucap Rezza yang membuat Aera sedikit demi sedikit akhirnya tersenyum.
"Za , niat kamu emang baik. Tapi mbak belum bisa cerita sekarang. Cowok yang dekat sama mbak tuh orang di kantor yang sama juga. Jadi setiap hari mbak tau orang itu baik atau enggak. Jadi kamu nggak perlu khawatir. Mbak di Jakarta tuh baik-baik aja." ucap Aera dengan tenang.
"Ya udah deh terserah mbak aja , yang penting mbak harus bilang ke aku kalau butuh bantuan. Aku pasti langsung terbang nyamperin mbak ke sana. Tau sendiri kan , jaman sekarang tuh cewek cantik banyak banget resikonya." ucap Rezza yang kemudian mengeluarkan kameranya.
"Iya iya mbak pasti bilang kalau emang butuh banget bantuan dari kamu. Udah deh , nanti aja telponnya. Fotoin mbak dong Za!" ucap Aera dengan tersenyum sembari merapikan rambutnya meskipun tetap berhamburan terbawa angin.
"Bentar dulu. Oke udah bagus , foto dimana ?" ucap Rezza setelah mengatur gambar pada kamera digitalnya.
"Di sini aja , kan latar belakangnya udah bagus." ucap Aera bersiap-siap berfoto.
"Oke , aku hitung sampai tiga ya. Satu... Dua... Tiga! Bagus. Lagi deh , mbak lihat ke arah laut sana. Satu... Dua... Tiga! Oke." ucap Rezza yang kemudian melihat hasil jepretannya.
"Mau lihat juga dong!" ucap Aera yang kemudian berlari menghampiri Rezza .
"Bagus fotonya , kamu jadi fotografer aja Za disini. Pasti laris." ucap Aera dengan tersenyum.
"Aku emang udah pro mbak kalau cuma foto doang. Ini juga karena bagus kameranya sama bagus objeknya mbak." ucap Rezza dengan menyombongkan dirinya.
"Dasar kamu ya! Lagi dong Za fotonya masa cuma dua aja." ucap Aera.
"Ya udah cepetan deh , panas tauk!" ucap Rezza .
Aera pun berfoto beberapa pose dan hasil foto itu sangat bagus indah.
"Kita balik kesana yuk , kita nanti foto sama ayah ibu." ucap Aera.
"Iya harus dong." ucap Rezza sembari memotret hamparan pasir yang membentang ke arah timur itu.
"Mau minum apa ya yang seger?" ucap Aera.
"Es kelapa dong , kan di pantai emang cocoknya minum es kelapa muda." ucap Rezza memberi saran.
"Boleh deh , pesenin ya." ucap Aera.
"Berapa ?" ucap Rezza .
"Ya empat dong , kan kita datang berempat Za!" ucap Aera.
"Ya udah , aku duluan deh. Panas!" ucap Rezza yang kemudian berlari kecil meninggalkan Aera yang tampak begitu kesal.
"Rezza jangan lari ya , tungguin ! Za! Ah kamu awas aja ya!" ucap Aera dengan bersiap berlari namun ia kesusahan berlari di area berpasir seperti ini.
Aera menatap Rezza yang semakin jauh meninggalkannya. Ia mengurungkan niatnya untuk berlari saat ponselnya tiba-tiba bernyanyi yang menandakan adanya telpon masuk.
Gadis itu menatap layar ponselnya. Ia sedikit takut untuk menjawabnya. Ia takut jika lelaki yang menelpon nya itu marah. Namun jika tidak ia jawab telponnya , maka lelaki itu sudah pasti akan lebih marah.
"Halo..." ucap Aera dengan setenang mungkin yang akhirnya memberanikan diri menjawab panggilan masuk itu.
"Kamu kemana aja ? Kenapa nggak respon pesan yang aku kirim?" ucap Derry dengan suaranya yang terdengar tampak khawatir.
"Ah iya maaf ya , aku lagi di pantai. Aku baru aja buka handphone." ucap Aera dengan tenang.
Tanpa aba-aba , panggilan suara itu meminta untuk menjadi panggilan video.
Aera pun menggantinya dan terlihat dengan jelas lelaki yang selalu membuat jantungnya berdebar itu memasang wajah datarnya. Lelaki itu sedang berada di ruang kerjanya di kantor.
"Aku lagi di pantai. Nih kamu bisa lihat." ucap Aera dengan tersenyum sembari memperlihatkan pemandangan sekelilingnya.
"Kamu kepantai sama siapa aja ?" ucap Derry sembari mengusap wajah beserta rambutnya.
"Aku sama ayah ibu sama adik juga. Kita berempat. Mereka lagi di tikar. Aku lagi jalan-jalan sendiri. Tadi sama adik tapi dia duluan balik." ucap Aera dengan tenang.
"Kamu kepantai pakai baju kayak gitu? Itu terlalu terbuka sayang!" ucap Derry yang rupanya melihat atasan dress Aera yang terlihat tanpa lengan itu.
Baru pertama kalinya ia memandang lelaki itu ketika mengucapkan kata-kata sayang. Itu membuat jantung kembali berdebar.
"Apa? Astaga maaf maaf , ini nggak terbuka kok. Ini masih kayak biasanya." ucap Aera dengan heran oleh respon lelaki itu.
"Aku nggak mau ya ada pria lain yang lihat kamu berpenampilan seperti itu." ucap Derry dengan wajahnya yang seolah kesal.
"Iya iya nggak ada juga yang lihat aku. Udah deh kamu tenang aja. Lagian kan kalau ke pantai emang enaknya pakai outfit kayak gini." ucap Aera dengan tersenyum.
"Kamu nggak boleh berpakaian kayak gitu di tempat umum. Kecuali sama aku." ucap Derry dengan santainya.
"Gitu ya? Justru sebaliknya gak sih , kalau sama kamu aku gak berani pakai baju kayak ginian." ucap Aera dengan tenang.
"Kamu lupa? Kamu itu punya aku." ucap Derry dengan tersenyum.
"Aku nggak lupa , justru karena itu aku jadi takut. Takut kamu terlena dengan pesonaku. Itu lebih membahayakan kan?" ucap Aera dengan santainya sembari merapikan rambutnya.
"Heum sayang , kamu cuma bikin aku tambah kangen. Udah udah matiin aja deh." ucap Derry dengan wajahnya yang tampak begitu masam.
"Loh kok gitu sih , jangan di matiin dulu." ucap Aera dengan tertawa kecil.
"Kenapa ? Aku nggak bisa lihat kamu kayak gitu , kamu tuh nyiksa aku tau gak!" ucap Derry dengan datar.
"Nyiksa gimana sih , udah kamu kerja lagi deh." ucap Aera.
"Gara-gara kamu aku nggak fokus buat kerja." ucap Derry.
"Kamu harus semangat bekerja. Kamu kalau mau nikah sama aku harus punya uang banyak. Soalnya aku suka jajan dan jalan-jalan." ucap Aera dengan tersenyum.
"Aku ngerti setiap cewek kayaknya emang suka kayak gitu. Aku siap memenuhi semua kebutuhan kamu." ucap Derry dengan santainya.
"Ya udah pokoknya kamu harus tetap kerja dengan baik." ucap Aera.
"Aku mau kamu ada di sini." ucap Derry dengan raut wajah yang tampak begitu lucu.
"Sabar ya , aku pasti balik. Kita akan ketemu lagi." ucap Aera dengan tersenyum.
"Tiga hari lagi kamu balik kan?" ucap Derry.
"Iya aku balik tiga hari lagi. Kan aku udah janji." ucap Aera dengan tenang.
"Ya udah aku akan tunggu kamu." ucap Derry dengan tersenyum.
"Iya iya , udah ya aku mau menikmati keindahan pantai dulu. Nanti malam kita bisa telpon lagi kok." ucap Aera dengan tersenyum.
"Oke , aku akan tunggu telpon dari kamu. Jangan bohong ya." ucap Derry dengan tenang.
"Siap. Sampai nanti ya." ucap Aera yang kemudian memutuskan panggilan video itu.
Tampaknya Aera menangkap sang adik yang tersenyum menatapnya. Aera tahu apa yang ada di pikiran Rezza saat ini.
Aera pun segera menghampiri tikar yang sedang di pakai oleh ayah ibu dan adiknya itu. Ia bergabung dan menikmati es kelapa muda yang sudah tersaji bersama semilir angin serta suara deburan ombak laut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......