Cerita ini Mengisahkan Seorang Guru Fisika Bernama Yayan, dan Guru Kimia bernama Ribca Yang Berjodoh karena Dijodohkan oleh Siswa-siswi di sekolah tempat mereka mengajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15: Jejak Cinta di Kelas XI MIPA
--
Pagi yang cerah menyambut para siswa yang berjalan menuju sekolah dengan penuh semangat. Kelas XI MIPA, yang terkenal dengan keaktifannya, sedang mempersiapkan acara perpisahan untuk salah satu siswa yang akan pindah ke luar kota. Kabar ini membuat semua orang merasa sedikit sentimental, tetapi di sisi lain, mereka juga bersemangat untuk mengadakan acara yang tidak akan terlupakan.
Alsa, ketua kelas, dengan semangatnya yang tak terbendung, mengumpulkan seluruh anggota kelas di ruang kelas. “Teman-teman, kita harus membuat acara ini spesial! Kita perlu ide-ide kreatif untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Dika!” ujarnya, mengawali pertemuan.
“Bagaimana kalau kita buat video kenangan?” usul Sapina, wakil ketua kelas, sambil menggambar sketsa di papan tulis. “Kita bisa merekam pesan-pesan dari semua teman untuk Dika.”
Ide itu disambut antusias oleh semua. “Itu bagus, Sap! Kita bisa memulai hari ini!” sahut Yovaldi, sekretaris kelas, sambil mencatat ide-ide di buku catatannya. Kelas itu mulai ramai dengan diskusi dan tawaan, menciptakan atmosfer yang hangat dan penuh kebersamaan.
Di sudut ruangan, Jovan duduk mendengarkan dengan serius. Sebagai pemburu ide cerita, dia selalu merasa terinspirasi oleh dinamika kelompok ini. Dia memutuskan untuk menangkap momen ini dengan kamera yang selalu dibawanya. Saat dia mempersiapkan kameranya, matanya menangkap sosok Bu Ribca yang sedang melintas di depan kelas.
Ibu Ribca, yang terkenal dengan senyum hangatnya, selalu dapat menarik perhatian setiap siswa yang melihatnya. Di tengah kesibukan kelas, dia memberikan salam hangat kepada mereka. “Selamat pagi, anak-anak! Semangat hari ini?” tanyanya.
“Pagi, Bu! Kami sedang merencanakan acara perpisahan untuk Dika!” jawab Alsa dengan penuh semangat.
“Wah, itu ide yang bagus! Semoga semua berjalan lancar,” sahut Bu Ribca sebelum melanjutkan langkahnya menuju ruang guru.
Saat Bu Ribca pergi, Jovan merasa terinspirasi untuk merekam momen ini dalam bentuk cerita. “Bu Ribca selalu memiliki cara untuk membuat suasana lebih baik,” gumamnya sambil mulai merekam. Dalam pikirannya, dia mulai merangkai kisah cinta yang tak terduga antara Bu Ribca dan Pak Yayan, yang juga terkenal sebagai guru yang tegas namun penuh kasih sayang.
Sementara itu, di ruang guru, Pak Yayan dan Bu Ribca berbincang-bincang santai. “Jadi, Bu Ribca, sudah siap untuk acara perpisahan siswa kita?” tanya Pak Yayan sambil tersenyum.
“Siap, Pak. Saya sudah mempersiapkan beberapa kejutan untuk mereka,” jawab Bu Ribca. “Saya harap mereka dapat mengenang momen ini dengan baik.”
Kedekatan mereka semakin terlihat saat Pak Yayan menambahkan, “Mungkin kita bisa mengadakan sesi permainan yang menyenangkan juga. Saya yakin mereka akan menyukainya.”
“Setuju, Pak! Saya ingin agar acara ini penuh tawa dan kebahagiaan,” kata Bu Ribca. Mereka berdua saling bertukar ide dan tertawa, menciptakan suasana yang hangat di antara mereka.
Kembali ke kelas, siswa-siswa mulai mempersiapkan video kenangan. Setiap siswa mendapat giliran untuk berbicara dan menyampaikan pesan untuk Dika. Ada tawa, ada air mata, dan di balik semua itu, muncul rasa cinta persahabatan yang mendalam.
Setelah beberapa jam, video tersebut hampir selesai. Alsa memutuskan untuk merekam pesan terakhir dari Dika. “Sekarang, giliran Dika untuk berbicara,” ujarnya sambil mengarahkan kamera ke Dika.
Dika terlihat sedikit canggung, tetapi ketika dia mulai berbicara, semua perasaan itu mengalir. “Terima kasih untuk semuanya. Kalian adalah teman terbaik yang pernah saya miliki. Saya akan merindukan kalian,” katanya, suara penuh emosi.
Mendengar kata-kata itu, beberapa siswa tidak bisa menahan air mata. Atmosfer di kelas menjadi penuh haru, tetapi kemudian Sapina mengusulkan untuk mengambil gambar semua siswa bersamaan. “Ayo, kita ambil foto bersama sebagai kenang-kenangan!” serunya.
Satu persatu, siswa berkumpul dan berpose di depan kamera. Yovaldi mengatur posisi, sementara Jovan mengabadikan momen tersebut. Ketika semua tertawa dan bersenang-senang, Bu Ribca dan Pak Yayan melihat dari pintu kelas, tersenyum melihat kebahagiaan siswa-siswa mereka.
“Lihat betapa bahagianya mereka, Pak,” kata Bu Ribca sambil mengamatinya. “Ini adalah saat yang tepat untuk mereka mengingat masa-masa indah di sekolah.”
“Benar, Bu. Kita juga harus menciptakan kenangan indah untuk mereka,” jawab Pak Yayan. Mereka berdua berbagi pandangan penuh arti, seolah ada ikatan yang semakin kuat di antara mereka.
Ketika acara perpisahan tiba, semua siswa berkumpul di aula. Ruangan itu dihiasi balon dan banner ucapan selamat. Bu Ribca dan Pak Yayan berdiri di depan, memberikan sambutan. “Selamat datang, semuanya! Hari ini adalah hari yang spesial, dan kita akan merayakan perjalanan Dika bersama kita,” kata Bu Ribca dengan senyuman lebar.
Setelah sambutan, mereka memutar video kenangan yang telah dibuat oleh siswa. Di layar, tawa, air mata, dan kenangan indah membanjiri ruangan. Ketika video berakhir, semua siswa bertepuk tangan dan bersorak gembira. Dika pun terharu melihat semua usaha teman-temannya.
Acara berlanjut dengan berbagai permainan dan kegiatan yang telah disiapkan oleh Bu Ribca dan Pak Yayan. Mereka bermain permainan tim yang menguji kerjasama, menambah keceriaan di antara siswa. Suasana menjadi semakin hidup, tawa dan teriakan gembira mengisi ruangan.
Menjelang akhir acara, Pak Yayan mengajak semua siswa untuk berkumpul di tengah ruangan. “Sekarang, mari kita buat satu permainan terakhir! Kita akan membuat lingkaran dan saling memberikan ucapan selamat satu sama lain,” ujarnya.
Semua siswa berdiri membentuk lingkaran besar. Mereka saling berhadapan dan satu per satu mengucapkan kata-kata penuh kasih kepada Dika. Saat tiba giliran Jovan, dia mengingat momen indah saat mereka semua bersenang-senang bersama.
“Dika, kamu bukan hanya teman, tapi sudah seperti keluarga bagi kami. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu,” ucapnya tulus, disambut tepuk tangan meriah dari yang lain.
Acara diakhiri dengan sesi foto bersama yang penuh suka cita. Semua siswa berpelukan, tertawa, dan mengabadikan momen indah itu. Bu Ribca dan Pak Yayan juga ikut bergabung dalam foto tersebut, menambah kehangatan suasana.
Setelah semua kegiatan selesai, para siswa mulai pulang. Di tengah perjalanan, Alsa, Sapina, dan Yovaldi berjalan beriringan, masih membahas momen-momen terbaik dari acara tersebut.
“Wah, acaranya sangat sukses! Kita harus melakukan ini lagi suatu saat nanti,” kata Alsa.
“Benar! Dan jangan lupakan video kenangan itu,” balas Yovaldi.
Sapina tersenyum, “Aku akan merindukan semua ini.”
Saat suasana mulai sepi, Jovan memutuskan untuk mendekati Bu Ribca dan Pak Yayan yang sedang berdiskusi. “Bu, Pak, terima kasih sudah membuat acara ini jadi spesial,” katanya, menyampaikan rasa terima kasihnya.
“Terima kasih juga, Jovan. Keterlibatan kalian membuat semuanya berjalan lancar,” jawab Bu Ribca.
“Semoga kita semua dapat terus menjaga ikatan ini, meskipun kita harus berpisah,” tambah Pak Yayan, memberikan harapan untuk masa depan.
Jovan tersenyum, merasakan kehangatan persahabatan yang telah terjalin di antara mereka. Dia tahu, ini bukan hanya akhir, tetapi juga awal dari banyak kenangan baru yang akan datang.
Ketika mereka berpisah, Jovan melangkah pulang dengan pikiran penuh cerita. Dia merasa terinspirasi oleh kehangatan cinta di antara guru-gurunya dan siswa-siswanya. “Kisah cinta ini akan terus berlanjut,” batinnya, bertekad untuk menuliskan semua momen berharga yang telah terjadi.
Dan di dalam hatinya, Jovan tahu, ini hanyalah awal dari perjalanan panjang cinta yang bersemi di sekolah, di mana setiap cerita yang mereka ukir akan menjadi kenangan abadi di dalam jiwa masing-masing.
---
Selamat membaca!
btw.. semngat ya kak author nya/Chuckle/