Kuys... Mampir di karya aku yang ke 10!!!
Gimana jadinya, kalo cewek Bar-Bar binti pecicilan. Ketemu sama cowok cool abis, tapi bad boy.
Anugerah Larasati Van Houten, anak perempuan satu-satunya dari keluarga terkaya no.1. Tapi gesreknya bikin sang mama darah tinggi, namun memiliki kepintaran di atas rata-rata. Dan sang ayah, menyembunyikan identitas anggota keluarga nya.
Dan Bintang Wicaksono, anak lelaki korban broken home. Yang mendirikan geng motornya sendiri, bersama sahabat-sahabatnya.
"Ck.. Gue gak suka cewek rese modelan lo, risih gue deket-deket ma lo. Jauh-jauh sana!!"ucap Bintang
'Cape gue ngejar-ngejar lo, ngejar sesuatu yang ga pasti. Berbulan-bulan gue ngejar, tapi tetep aja cewek lain pemenangnya. Gue bisa nyingkirin cewe-cewe yang ngejar lo, tapi gue nyerah kalo lo yang udah ngejar cewe. Gue mundur Bin, semoga lo bahagia sama pilihan lo.' ucap Laras dalam hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Laras
"Selamat pagi cekgu" ucap Laras ceria mengikuti nada film si botak bersaudara. Tuyul dan mbak yul, ngerti ora son?
Ken dan Bima serempak melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan mereka, mereka mengernyitkan dahi mereka dan langsung menatap Laras. Sedangkan Arjuna yang sejak tadi melihat opera sabun di depannya, berusaha keras menahan tawa. Bisa-bisanya, kedua putranya melakukan hal yang sama secara bersamaan.
Seorang Laras sudah ada di meja makan? Keduanya menatap bingung sang adik, penampilan adiknya biasa saja. Seragam yang sopan dan rambut panjang coklatnya yang di gerai, tak lupa menggunakan jepit di sisi sebelah kanan rambutnya. Cantik seperti biasanya, meski pun Laras tomboy dan kelakuannya bar-bar Nauzubillah. Tapi penampilannya normal, seperti gadis-gadis pada umumnya. Ia sangat menyukai gaun dan juga pernak pernik lucu, yang bisa menghias rambutnya.
"Obat mu habis?" tanya Bima dengan wajah polosnya
"Ayo, gue anterin lu buat minta obatnya lagi. Susah emang kalo urusan sama pasien RSJ, resep obat masih adakan?" celetuk Ken
Laras menatap tajam kedua abangnya, ia mengambil roti yang ada di dekatnya dan menyumpalkan roti itu pada kedua abangnya.
"Hmmmppp... "
"Makan tuh roti, gue bukan pasien tapi gue ALUMNI RSJ. PUAS LO PADA!!!" ucap Laras kesal, pecahlah tawa Arjuna.
Benar-benar, ia bisa awet muda bila seperti ini terus. Kelakuan ketiga anak-anaknya, sangat menghibur dirinya. Ia heran, kenapa kedua putranya bisa bersifat dingin dan arrogant bila di luar di rumah. Sedangkan bila di rumah, gesreknya ga da lawan. Ia tak sadar dengan apa yang ia pikirkan, bila sifat itu mutlak menurun darinya.
Apa yang dirasakan Ajeng istrinya, memang benar, tak terbayangkan bila seandainya ketiga anaknya menemukan pasangan hidup mereka masing-masing. Apa rumah ini, akan seramai seperti sekarang ini?
"Ada apa ini? Seru sekali nampaknya, apa yang membuat suamiku tercinta tertawa bahagia di pagi hari?" tanya Ajeng yang keluar dari dapur, dengan membawa 2 wadah yang berisi lauk sarapan. Saat ia membuka celemek yang ia pakai, ia menoleh dan terkejut dengan apa yang ia lihat.
Seperti yang di lakukan kedua putranya, Ajeng melihat jam yang menempel di dinding. Lalu beralih melihat putrinya, yang kini sedang duduk manis di kursi.
"Apa mama sudah mulai pikun? Perasaan mama belum ke kamarmu untuk membangun kamu, obatmu habis?" semakin pecahlah tawa Arjuna, begitu juga dengan Bima dan Ken.
"MAMA..." teriak Laras merajuk, ga abang ga emaknya, ko ya sama semuanya.
"Hahahaha... mama cuma heran aja atuh, ada angin apa yang buat kamu bisa bangun sepagi ini. Mama seneng dong, kalo putri mama udah bisa bangun pagi tanpa harus denger suara merdu mama. Kan mama juga cape kalo harus setiap hari nyanyi, uuunnncchhh... MasyaAllah, cantik banget putri mama ini. Nurun banget sih cantiknya dari mama" celoteh Ajeng, seraya mencubit kedua pipi Laras.
"Sakit ih mama" Laras mengusap kedua pipinya
"Maaf maaf, abisnya seneng plus gemes banget mama sama kamu. Ya udah yuk mulai makannya, eh... tunggu dulu. Tapi, kamu mandikan?" ucap Ajeng dan berakhir bertanya, pertanyaan yang membuat Laras semakin kesal, tawa Arjuna yang sudah reda, kembali pecah.
"Mama mah, mandi atuh mah. Mandi pas mau shalat subuh tadi. ck" jawab Laras seraya memanyunkan bibirnya
"Uluh uluh, anak cantik mama merajuk. Sok atuh makan, ini mama udah masakin kesukaan kamu." jawab Ajeng, yang membuat senyuman di bibir Laras mengembang sempurna.
"Aseeekkkk, makasih mama ku sayang. Muaaahh"
Sarapan pun berlangsung dengan tenang, walau terkadang ada sedikit godaan-godaan sesat dari sang abang untuk adiknya. Ajeng menatap ketiga anaknya, yang saling melempar ejekan. Terutama pada sang putri, yang ternyata sudah besar. Ia sudah merasakan apa itu jatuh cinta dan patah hati, di usianya yang menginjak 18 tahun ini.
Ya, semalam Ajeng menanyakannya pada putra nya Ken. Ken pun menceritakan kisah Laras, yang beberapa bulan ini menyukai seorang pria dingin di sekolahnya. Namun, hatinya patah saat melihat pria itu bersama wanita lain.
"Biarkan Laras merasakannya ma, anggap saja sebagai pendewasaan dirinya. Dan juga pembelajaran untuk dirinya, bila kita jangan terlalu menaruh perasaan pada seseorang. Nanti juga ia pasti bisa melupakan semuanya, karena di sekitarnya ada orang-orang yang lebih menyayanginya." ucap Ken saat itu, Ajeng setuju dengan pendapat putranya itu
.
.
"Anjrit, jam berapa ini brow?" tanya Bayu, ia melihat jam yang tertempel di dinding kelasnya
"Ada angin apa lo, jam segini udah ngejogrog di mari?" Bayu mendudukkan bokong di bangkunya, dan duduk dengan menghadap Laras seraya memeluk sandaran kursinya. Namun Laras hanya menjawabnya dengan memenyengkan bibirnya, dan mata yang di buat juling.
"Dih, gue do'ain itu muka kagak balik lagi." Laras terkejut dan membenarkan wajahnya, lalu ia menggulung buku dan
PLAK
"Anjirrr... tuman kamu mah." ucap Bayu terkejut dan mengusap lengannya.
"Ya mulut lo, kalo ngomong serem gue. Emang mau lo, punya temen yang mukanya kaya tadi?" gerutu Laras
"Lah, kan lu yang duluan tadi bege." jawab Bayu tak mau kalah
"Udah ih, malah jadi ribut. Bagus dong kalo Laras bisa berangkat pagi, bukan di kasih Aspirin buat perubahannya malah di ejekin." tegur Ellora, Laras dan Bayu langsung menatap Ellora
"APRESIASI EL, BUKAN ASPIRIN. Lu kata gue sakit demam, di kasih aspirin." protes Laras
"Ahhh... iya itu." Ellora menganggukkan kepalanya
"Bisa-bisanya gue suka ma lo, mana cinta banget lagi." ucap Bayu menggelengkan kepalanya pelan, Ellora tersenyum dan mengarahkan tangannya pada Bayu. Dengan membentuk finger love dan menyipitkan salah satu matanya.
"Saranghaeyo oppa" ucap Ellora, dimana membuat wajah Laras berubah oleng lagi.
"Masih ada 40 menit lagi bel berbunyi, kantin yok. Lapar gue" ajak Bayu
"Emang lo gak sarapan?" tanya Laras
"Kagak, bonyok gue pergi ke rumah eyang di Semarang." jawab Bayu, ia berdiri dari bangkunya. Di ikuti sang kekasih dan juga Laras, mereka bertiga keluar kelas dan berjalan beriringan menuju kantin.
Namun, di jalan ia di hadang oleh gadis yang kemarin di tolak minumannya oleh Bayu. Laras mengerutkan dahinya, ia menatap gadis yang tingginya hanya sedagu dirinya. Laras memang mempunyai tinggi proposional, untuk menjadi model. Tapi maaf, ia lebih senang berada di atas arena dan ring pertandingan, di banding di atas catwalk.
"Ada perlu apa lo?" tanya Laras dengan tatapan mengintimidasi, Laras memang di kenal gesrek. Tapi, ia bisa berubah menjadi sangat serius bila ada yang mengusik ketenangannya. Para murid yang lalu lalang pun berhenti, karena penasaran dengan apa yang akan terjadi.
Berani sekali gadis itu, pikir mereka.
"Aku minta kakak jauhin kak Bayu" ucap gadis itu tergagap
"Atas dasar apa lo, larang-larang gue deketin Bayu? Emang lo apanya Bayu, sampai berani nyuruh gue buat jauhin ni laki?" tanya Laras dengan melirik Bayu tidak suka, begitu juga dengan Ellora yang menatap sengit pada gadis itu.
...****************...
Aku kasih double lagi hari ini🥰🥰
Jangan lupa di senggol ya, biar makin semangat nulisnya. Cieeeee🤣
...Happy Reading all💞💞
...
hahaha, selamat penasaran yaah