Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Ratia
"Tuan ayo, kita bisa ketinggalan pesawat" salah satu pengawal mendekat pada Aksara. Mau tidak mau, dia harus segera naik mematikan telepon genggam.
Entah sekacau apa perasaannya saat ini, dia tak bisa membayangkan jika yang di temukan itu istrinya. Dalam perjalanan yang cukup panjang Aksara terus memanjatkan doa. Terus mengutuki semua keputusannya untuk pergi di saat hubungan mereka menghangat. Terus menyesali, mengapa dia tidak bersikap baik sejak awal pernikahan. Dapat dia bayangkan, betapa sulitnya kehidupan sang istri yang selalu di hantui ketakutan setiap nafasnya.
Mengingat kembali, seringnya dia mengintimidasi Ratia membuatnya selalu ketakutan.
Ratia, maafkan aku. Tuhan selamatkan istri ku.
Beberapa Bodyguard yang ikut serta pun, nampak dalam ketegangan. Entah apa yang akan Tuannya lakukan jika, Nona Ratia benar-benar bernasib naas.
...*****...
Sementara itu, Herry sudah berada di sebuah rumah sakit. Seorang perempuan yang di temukan warga di sekitar kereta api itu, sudah tak bernyawa. Tubuhnya h*ncur dan tidak dapat di kenali lagi. Bagaimana pun, keluarga Nona Ratia harus di beri tahu. Proses indentifikasi memerlukan DNA dari kelurganya, tidak mungkin ini dapat di sembunyikan.
Jagad Suseno, sudah ia beri tahu dan sudah menuju rumah sakit. Herry masih menunggu keputusan Tuannya, bagaiman memberitahu keluarga Nona Ratia.
Jagad Suseno tiba dengan wajah yang memucat, langkahnya nampak bergetar. Bagaimana mungkin, dia bahkan sudah memberikan Ratia pengawalan yang extra. Apa yang harus dia katakan, pada keluarga Atmojo nanti. Memikirkannya saja, Jagad Suseno sudah hampir kehilangan kesadarannya.
"Her, bagaimana bisa Ratia lepas dari pengawasan kalian?" suara bergetar Jagad Suseno, menandakan dia sudah sekuat tenaga menahan emosi atas kejadian ini.
"Nona Ratia bekerja seperti biasa Tuan, dia keluar lewat pintu yang jarang sekali di lewati orang-orang. Saya pikir hubungan Tuan Aksara dan Nona Ratia sudah sangat baik akhir-akhir ini. Saya rasa ada pertengkaran di antara mereka siang tadi." penjasan panjang Herry, membuat Jagad Suseno segera meminta beberapa pengawalnya untuk menjemput keluarga Atmojo.
Para pengawal itu pun tiba di rumah keluarga Atmojo saat hari sudah gelap. Hanggoro yang sudah kembali ke rumah setelah bekerja, terkejut dan bingung ketika beberapa pria itu menjelaskan jika dia dan istrinya harus segera ikut ke rumah sakit. Ada apa? Tidak mungkin jika Ratia sudah melahirkan atau kesehatan Ratia yang sedang bermasalah.
"Ada apa dengan putri ku sebenarnya?"
"Ikuti kami saja Tuan." Entahlah, mereka tidak menjelaskan. Kusuma yang mendengar itu, tak dapat menutupi kepanikannya dan memaksa ikut.
Tepat jam sembilan malam, Hanggoro, Dewi dan Kusuma tiba di rumah sakit. Jagad Suseno yang sejak tadi menunggu, langsung menghampiri. Memeluk Kusuma dengan erat, menangis hingga ketiganya bingung. Ada apa seorang Jagat Suseno bisa menestakan air mata.
Herry yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka, mulai menjelaskan rentetan kejadian yang terjadi hari ini. Namun dia juga tak lupa menjelaskan bagaimana Aksara memperlakukan Ratia dengan sangat baik, tentu saja dia tidak menjelaskan itu baru terjadi beberapa hari.
Dewi ambruk ke lantai, kehilangan kesadarannya. Sementara Hanggoro tetap berdiri, namun dia sudah tak mampu untuk bergerak. Lalu Kusuma? Dia sudah pingsan sejak tadi, sewaktu Herry belum selesai menjelaskan.
Setelah proses pengambilan sample DNA selesai, mereka tetap harus menunggu selama hampir dua puluh empat jam. Yap itu bukan waktu yang singkat, untuk mereka yang menunggu dengan cemas.
Malam ini, tidak ada pembicaraan, Dewi, Pak Kusuma dan Tuan Jagad Suseno mereka bertiga sudah menggunakan infus di tangan masing-masing. Sementara Hanggoro terus berjaga, menunggu hasil yang masih sangat lama. Dia terdiam, duduk membisu. Tidak ada satupun kerabat yang ia kabari, bahkan mertuanya saja tidak ia beri kabar. Karena ia masih berharap, bahwa itu bukanlah j*nazah sang putri.
Ratia, apa sebenarnya yang terjadinya. Kenapa harus seperti ini, datanglah pada ayah nak. Ayah yakin, itu bukan raga mu.
"Kapan tuan Aksara akan kembali ke tanah air?" tanya Hanggoro pada Herry yang sejak tadi selalu berdiri di sampingnya.
"Besok siang, beliau tiba Tuan."
"Aku seharusnya memang tidak menikahkan mereka, aku pun tidak bisa menyalahkan Tuan Aksara akan hal ini. Akulah yang selalu memperlakukan putri ku dengan buruk." tangisan yang sejak tadi di tahan akhirnya tumpah.
"Tuan tenangkan diri Anda, masih ada kemungkinan jika itu bukanlah Nona Ratia."
"Lalu ke mana putri ku? Aku tidak bisa membayangkan jika ia harus luntang-lantung di jalanan malam-malam seperti ini."
"Tuan, semua anak buah saya sudah menyebar. Kami sedang berusaha melakukan yang terbaik untuk putri Anda." dan tentunya untuk kehidupan mereka juga, entah akan seperti apa mereka jika Nona Ratia benar-benar meninggal atau tidak di temukan.
Entah mengapa rasanya malam ini begitu lama, mata Hanggoro yang tak ingin terpejam sedetik pun. Harapan dan doa terus di panjatkan. Kebahagian yang tidak kunjung menghampiri sang putri, begitu membuat Hanggoro merasa sangat bersalah.
Benar apa yang di katakan Rama waktu itu, "Ratia tidak akan bahagia jika menikah dengan Tuan Aksara." bagaimana murkanya Rama kala itu, lalu pergi meninggalkan rumah. Apa yang harus dia katakan kepada Rama jika itu benar-benar Ratia.
double up