NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Kekuatan Persahabatan

Keesokan harinya, Lieka bangun dengan perasaan lebih ringan. Dia merasa lebih optimis tentang hubungan dengan Tanier setelah malam yang penuh kejujuran dan kehangatan. Namun, dia tahu bahwa tantangan masih menanti mereka, terutama dengan ancaman dari masa lalu yang belum sepenuhnya pergi.

Di kantor, suasana terasa sedikit berbeda. Tanier datang lebih pagi dan membawa kopi kesukaan Lieka. “Selamat pagi, CEO!” sapa Tanier dengan senyuman lebar saat dia menyerahkan cangkir kopi.

“Selamat pagi, Tan. Terima kasih sudah datang lebih awal,” jawab Lieka sambil mengangkat cangkirnya. Aroma kopi yang hangat mengingatkannya pada momen-momen manis yang baru saja mereka lewati.

Setelah beberapa jam bekerja, Lieka menerima pesan dari Adrian, rekan kerjanya yang juga sahabat dekat. “Hei, kita harus bertemu. Ada sesuatu yang perlu ku bicarakan. Kapan ada waktu?”

Lieka menjawab dengan cepat, “Bagaimana kalau kita makan siang bersama?” Tanpa menunggu lama, dia pun mengatur pertemuan dengan Adrian di restoran favorit mereka.

Ketika makan siang tiba, Adrian sudah menunggu di meja. Dia tampak cemas, dan Lieka langsung merasakan ada sesuatu yang tidak beres. “Adrian, ada apa? Kau terlihat tegang,” tanyanya.

“Aku ingin membicarakan tentang Tanier,” jawab Adrian, memulai dengan nada serius.

Lieka mengernyitkan dahi. “Apa maksudmu? Dia baik-baik saja, kan?”

Adrian menghela napas. “Sebenarnya, aku mendengar dari beberapa orang di kantor bahwa Sundari berencana untuk kembali. Mereka mengatakan dia ingin mengganggu hubungan kalian,” jelas Adrian.

Kata-kata itu membuat Lieka terdiam. “Tapi Tanier sudah mengatakan bahwa dia ingin fokus pada kita. Dia tidak akan kembali kepada Sundari,” katanya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

“Aku tahu, Lieka. Tapi kita tidak bisa mengabaikan kenyataan. Dia adalah mantan pacarnya dan punya ikatan emosional. Aku hanya ingin kau berhati-hati,” ucap Adrian dengan nada peduli.

Lieka mengangguk, merasakan keraguan mulai merayap ke dalam pikirannya. Dia berusaha mengabaikan rasa khawatir yang semakin mendalam. “Terima kasih sudah memberitahu, Adrian. Aku akan berbicara dengan Tanier tentang ini,” katanya, berusaha terdengar optimis.

Setelah makan siang, Lieka kembali ke kantor dengan pikiran yang penuh. Dia tahu dia harus membicarakan hal ini dengan Tanier, tetapi di satu sisi, dia tidak ingin menciptakan suasana yang tegang.

Sore harinya, saat Tanier kembali ke kantornya, Lieka memanggilnya. “Tan, bisa kita bicara sebentar?”

Tanier menatapnya, langsung merasakan bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Lieka. “Tentu, ada yang ingin kau sampaikan?”

Lieka menghela napas dalam-dalam sebelum menjelaskan. “Adrian memberitahuku tentang Sundari. Dia mendengar rumor bahwa dia mungkin akan kembali dan mencoba mengganggu kita,” ucap Lieka, menatap wajah Tanier untuk melihat reaksi yang mungkin muncul.

Tanier mengerutkan dahi, jelas terkejut dengan berita tersebut. “Aku sudah memperkirakan hal ini. Sundari tidak mudah menyerah. Tapi aku berjanji, aku tidak akan kembali padanya. Cinta kita adalah yang terpenting,” kata Tanier, menegaskan komitmennya.

Lieka merasakan ketegangan mulai mereda, tetapi dia masih merasa khawatir. “Tapi aku ingin kita bersiap-siap. Kita harus menghadapi ini bersama, Tan. Aku tidak ingin ada yang memisahkan kita,” katanya, berusaha menunjukkan ketegasan.

“Tenang saja, aku akan melindungimu,” jawab Tanier dengan percaya diri. “Kita akan menghadapi ini dengan cara kita sendiri. Bersama-sama.”

Setelah perbincangan itu, mereka merasa lebih kuat. Lieka menyadari bahwa dengan dukungan Tanier dan sahabatnya seperti Adrian, dia tidak sendirian dalam perjuangannya. Kekuatan persahabatan dan cinta akan menjadi fondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan di depan.

Malamnya, Tanier mengundang Lieka untuk berkumpul dengan beberapa teman dekat mereka, termasuk Adrian. Mereka pergi ke bar kecil yang sering mereka kunjungi untuk bersantai dan berbagi cerita. Di sana, suasana menjadi lebih ceria dengan tawa dan obrolan hangat.

Selama malam itu, mereka berbicara tentang berbagai hal, mulai dari pekerjaan hingga rencana masa depan. Tanier dan Adrian saling bertegur sapa dengan akrab, membangun rasa saling percaya di antara mereka. Lieka merasakan kebahagiaan yang tulus saat melihat Tanier berinteraksi dengan sahabat-sahabatnya.

Namun, saat mereka tertawa dan berbagi, Lieka tidak bisa mengabaikan bayangan Sundari yang kembali mengintai. Dia berharap dan berdoa agar hubungan mereka dapat melewati semua rintangan ini. Dia menyadari bahwa cinta dan persahabatan adalah senjata terkuat mereka untuk menghadapi semua ancaman.

Saat malam berakhir dan mereka berjalan pulang, Lieka berpegangan tangan dengan Tanier, merasakan kehangatan dan dukungan yang dia butuhkan. “Kita akan melalui ini, Tan. Bersama,” ujarnya, menatap mata Tanier dengan penuh keyakinan.

“Ya, kita akan melalui ini bersama. Apa pun yang terjadi,” balas Tanier, menggenggam tangan Lieka lebih erat.

Keesokan paginya, suasana di kantor terasa segar, tetapi ketegangan di hati Lieka masih ada. Dia menyadari bahwa meskipun dia dan Tanier saling mendukung, ancaman dari masa lalu, terutama Sundari, tidak bisa dianggap remeh. Setelah berdiskusi semalam, mereka sepakat untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu hubungan mereka, tetapi kegalauan tetap menghinggapi pikiran Lieka.

Setelah rapat pagi, Lieka memanggil Tanier ke ruang kerjanya. “Tan, kita perlu memikirkan strategi untuk menghadapi kemungkinan Sundari datang kembali ke hidup kita. Kita harus siap,” katanya dengan nada serius.

Tanier mengangguk. “Aku setuju. Kita harus berbicara dengan Adrian dan yang lainnya untuk mendapatkan perspektif tambahan. Kita tidak bisa membiarkan dia mempengaruhi kita.”

“Kau benar. Kita butuh dukungan. Semakin banyak orang yang tahu tentang situasi ini, semakin baik,” jawab Lieka, merasa sedikit lega setelah membahas rencana tersebut.

Sore harinya, mereka mengundang Adrian dan beberapa teman dekat lainnya untuk berkumpul di kantor. Pertemuan ini akan menjadi kesempatan bagi mereka untuk berdiskusi dan mendapatkan saran tentang bagaimana menghadapi Sundari jika dia benar-benar muncul.

Saat semua berkumpul, Tanier membuka pertemuan dengan nada serius. “Terima kasih sudah datang. Kita perlu berbicara tentang Sundari dan kemungkinan dia akan kembali. Kita tidak bisa mengabaikan hal ini.”

Adrian mengangguk. “Benar, kita harus bersiap-siap. Saya mendengar rumor bahwa dia memang berencana untuk kembali dan akan mencoba untuk menggoda Tanier lagi.”

Lieka merasakan keringat dingin mengalir di tengkuknya. Dia tidak ingin merasa cemburu, tetapi kenyataan bahwa Sundari adalah bagian dari masa lalu Tanier membuatnya sedikit tertekan. “Tapi Tanier sudah jelas memilih aku. Kenapa dia tidak bisa mengerti itu?” tanyanya, hampir berbisik.

“Karena dia tidak peduli pada perasaan orang lain,” sahut Adrian. “Dia hanya ingin mendapatkan apa yang dia inginkan. Kita harus hati-hati.”

Malam itu, mereka membahas berbagai strategi dan skenario yang mungkin terjadi. Tanier berbicara tentang bagaimana dia akan bersikap tegas jika Sundari mencoba mendekatinya. “Aku tidak akan memberi dia kesempatan untuk kembali ke hidupku. Aku sudah memilih Lieka,” ujarnya, dengan keyakinan yang membuat Lieka merasa lebih tenang.

Ketika pertemuan berakhir, Lieka merasa lega memiliki teman-teman yang mendukungnya. Mereka berpisah dengan rasa optimis meski ada bayangan ancaman dari Sundari.

Beberapa hari kemudian, saat Lieka berada di kantornya, suasana tiba-tiba berubah. Seorang wanita masuk ke ruangan dengan percaya diri, mengenakan gaun merah yang mencolok, dan senyuman menawan yang membuat jantung Lieka berdegup kencang. Sundari.

“Loh, apakah ini CEO yang terkenal galak dan seksi?” kata Sundari, suaranya manis tetapi ada nada menantang.

Lieka merasakan darahnya mendidih. Dia tidak menyangka Sundari akan datang langsung ke kantornya. “Apa yang kau inginkan, Sundari?” tanya Lieka, berusaha menjaga ketenangannya.

“Cuma ingin mengucapkan selamat. Aku dengar kau sedang bahagia dengan Tanier,” jawab Sundari, nada suaranya berpura-pura manis. “Tapi jangan terlalu yakin, ya. Kadang-kadang cinta itu rapuh. Siapa tahu dia akan kembali padaku?”

Lieka menahan napas, berusaha tidak terpengaruh oleh kata-kata Sundari. “Tanier sudah memilihku. Dia tidak akan kembali kepadamu,” jawabnya dengan tegas, tetapi di dalam hatinya, keraguan mulai merayap.

“Oh, semoga begitu. Tapi jangan bilang aku tidak memperingatkanmu. Setiap orang memiliki titik lemah,” Sundari tersenyum sinis sebelum beranjak pergi.

Setelah Sundari pergi, Lieka merasa lelah secara emosional. Dia ingin menceritakan kejadian itu kepada Tanier, tetapi khawatir reaksinya. Dia menghela napas dalam-dalam, berusaha menghilangkan perasaan cemas yang menyelimutinya.

Malamnya, Lieka dan Tanier bertemu di apartemen Tanier untuk makan malam. Tanier memasak makan malam sederhana, dan suasana terasa nyaman saat mereka berbagi cerita.

“Bagaimana harimu?” tanya Tanier, terlihat santai.

Lieka merasa ragu sejenak, tetapi kemudian dia memutuskan untuk membuka diri. “Tadi Sundari datang ke kantorku,” katanya, menatap Tanier dengan serius.

Raut wajah Tanier langsung berubah. “Apa? Dia datang ke sana?”

Lieka mengangguk. “Dia hanya mengucapkan selamat dan berusaha menggoda aku dengan kata-kata. Dia sepertinya masih menginginkanmu, Tan,” jawabnya, mencoba mengukur reaksi Tanier.

“Dia tidak akan pernah bisa mendapatkan aku lagi,” ucap Tanier dengan tegas, nada suaranya mencerminkan keyakinan. “Cinta kita lebih kuat dari itu, Lieka. Aku bersamamu dan aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu kita.”

Lieka merasa terharu dengan kata-kata Tanier. Dia merasakan betapa besar cinta dan dukungan yang diberikan Tanier. “Terima kasih, Tan. Aku hanya khawatir. Kita harus tetap waspada,” katanya, meraih tangan Tanier.

Setelah makan malam, mereka duduk di sofa, berbincang sambil menonton film. Tanier merangkul Lieka, dan kedekatan fisik itu membuatnya merasa nyaman. Namun, bayangan Sundari masih mengganggu pikiran Lieka.

“Lieka, tidak peduli apa yang terjadi, kita akan selalu bersama. Kita punya kekuatan yang tidak bisa dihancurkan,” Tanier berkata lembut, membuat Lieka merasa lebih tenang.

Malam itu, saat Tanier membawanya ke kamar tidur, Lieka merasakan ketegangan di antara mereka. Tanier menatapnya, dan ada kilatan cinta dan keinginan yang tak tertahankan di matanya.

“Bolehkah aku menunjukkan betapa aku mencintaimu?” Tanier bertanya, suaranya bergetar penuh harap.

Lieka tersenyum, merasakan hati dan tubuhnya bergetar. “Ya, Tan. Aku juga ingin itu,” jawabnya dengan lembut, sebelum Tanier menariknya ke dalam pelukan hangatnya.

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!