Ivana sudah berlari sejauh mungkin untuk menghindari Aston Harold, namun dunia seperti begitu sempit untuk pria itu. Sampai di kehidupan Ivana yang paling terpuruk Aston tetap mampu menemukannya.
"Jadilah simpanan ku, ku pastikan hidupmu akan baik-baik saja," ucap Aston.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSP Bab 28 - Apa Yang Kamu Inginkan Sekarang?
Tubuh Ivana seketika gemetar saat mendengar titah tersebut, bagaimana bisa Aston memperlakukannya serendah ini. Harga diri yang terluka membuat kedua mata Ivana nampak berkaca-kaca.
Ingin menangis namun sekuat tenaga dia tahan.
"Aku akan melakukannya saat kita di apartemen," ucap Ivana kemudian, suaranya pun terdengar gemetar. Vana lantas menundukkan kepalanya memberi hormat, lalu mundur satu langkah dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Sementara Aston terdiam, mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Dia sendiri pun tak menyangka kenapa bisa sampai bicara sekasar itu?
Sungguh, niatnya tidak seperti ini. Namun Ivana yang membantah membuatnya tak bisa mengendalikan diri.
Aston seperti telah dikuasai oleh amarah, sampai kehilangan akal sehat.
Saat kembali ke meja kerjanya, Ivana memasang wajahnya yang datar. Tak berniat sedikit pun untuk bertegur sapa dengan yang lain.
"Kenapa tuan Aston memanggil kak Ivana?" tanya Dona, dia menggeser kursinya hingga mendekat pada Ivana, lalu mengajukan pertanyaan ini karena merasa penasaran.
Apalagi setelah melihat raut wajah Kak Ivana yang nampak murung, membuatnya semakin ingin tahu apa yang terjadi.
Karena dia akan merasa senang jika melihat kak Ivana menderita. Dona benar-benar anti dengan wanita penjilat, setelah semua hutang keluarga Lourine dilunasi, Dona sangat yakin sebenarnya kak Ivana mengincar tuan Aston.
Bahkan akan melalukan apapun tak peduli meski pria itu sudah menikah.
"Berhentilah ikut campur dengan urusanku, aku paling muak melihat basa-basi mu," balas Ivana, lengkap dengan tatapan yang terlihat begitu dingin.
Suasana hatinya sedang begitu buruk dan Dona datang bersikap menyebalkan, jiwanya yang angkuh seketika kembali terpanggil.
Ingin menunjukkan bahwa dia tidak semudah itu bergaul dengan orang sembarangan, apalagi manusia licik seperti Dona.
"Astaga, padahal aku bertanya baik-baik. Tapi kak Ivana berlebihan sekali menanggapinya," jawab Dona.
Ivana pilih diam, dia bahkan mengalihkan pandangannya, tak lagi melihat ke arah Gadis itu melainkan menatap ke arah komputernya yang sudah menyala.
"Jika kak Ivana tidak mau menjawab maka aku yang akan menebak, kak Ivana pikir tuan Aston tertarik pada kak Vana, tahunya di ruangan sana kak Ivana ditegur, Karena itulah kak Ivana merasa kecewa dan keluar dengan wajah ditekuk seperti ini, iya kan?" tanya Dona dengan nada meledek.
Namun Ivana lagi-lagi pilih untuk tetap diam, meladeni bocah ini tidak akan pernah ada habisnya. Melawan pun hanya akan membuang-buang energinya sendiri.
Daripada menjawab, Ivana justru memilih untuk melanjutkan pekerjaan. Mulai mengoperasikan komputernya dan bersikap seolah di sana tidak ada Dona.
Membuat Gadis itu akhirnya merasa kesal sendiri karena semua kata-kata yang dia gunakan untuk memprovokasi tidak membuahkan hasil apapun.
Padahal akan seru Jika Kak Ivana marah-marah di kantor ini, orang-orang akan kembali menilai Ivana tidak pernah berubah, masihlah seseorang yang begitu sombong seperti di masa lalu.
Jam 5 sore akhirnya seluruh karyawan berangsur pulang, termasuk Ivana dan Merlin yang berjalan beriringan.
"Vanya, ayo aku antar pulang, kamu tidak perlu naik Bus," tawar Merlin. Di kantor ini dia telah jadi karyawan tetap dan memiliki banyak tunjangan.
Merlin juga memiliki mobil kecil, yang biasa dia gunakan untuk transportasinya bekerja.
"Tidak perlu repot-repot, Lin. Aku akan pulang sendiri."
"Jangan menolak, sore ini sedikit mendung. Nanti kamu kehujanan."
"Tidak, tidak, aku tidak mau merepotkan mu," balas Ivana, jangan sampai dia pulang diantar oleh Merlin. Akan sangat gawat jika Merlin tahu dia tinggal di apartemen Aston.
Merlin juga pasti akan sangat kecewa jika mengetahui hubungan yang ada di antara dia dan Aston, jadi wanita simpanan untuk pria yang telah menikah.
Tidak, sampai kapanpun Ivana tidak akan membiarkan Merlin tahu. Rahasia menjijikkan ini akan dia simpan seumur hidup.
"Baiklah, hati-hati di jalan ya," ucap Merlin pula sebelum akhirnya mereka berpisah ketika telah berada di lobby.
Merlin menuju basement tempat parkir para karyawan dan Ivana pergi keluar menuju halte Bus.
Tiba di apartemen, gerimis mulai sedikit turun. Ternyata Aston telah tiba lebih dulu.
Pria itu bahkan terlihat sudah mandi dan menggunakan baju santai, duduk di ruang tengah.
Raut wajah Aston sebenarnya sudah nampak lebih teduh, namun Ivana tak sempat melihatnya sebab dia justru menunduk ketika melihat keberadaan pria tersebut.
Tanpa ada kata Ivana bahkan langsung masuk ke dalam kamarnya, dengan pemikiran bahwa Aston masihlah marah seperti siang tadi.
"Huh! tenangkan dirimu Ivana, tenangkan dirimu," gumam Ivana setelah dia menutup pintu kamar.
Mungkin sekitar 15 menit dia mengurung diri di sana, sebelum akhirnya keluar dan menemui Aston yang masih duduk di ruang tengah.
"Apa yang kamu inginkan sekarang?" tanya Ivana hingga membuat pria itu menoleh ke arahnya.
Deg! Betapa terkejutnya Aston saat melihat Ivana datang tanpa mengenakan sehellai bennangpun di tubuhnya.
Deg!