Impian Khanza sebagai guru Taman Kanak-kanak akhirnya terwujud. Diperjalanan karier nya sebagai guru TK, Khanza dipertemukan dengan Maura, muridnya yang selalu murung. Hal tersebut dikarenakan kurang nya kasih sayang dari seorang ibu sejak kecil serta ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Karena kehadiran Khanza, Maura semakin dekat dan selalu bergantung padanya. Hingga akhirnya Khanza merelakan masa depannya dan menikah dengan ayah Maura tanpa tahu pengkhianatan suaminya. Ditengah kesakitannya hadir seseorang dari masa lalu Khanza yang merupakan cinta pertamanya. Siapakah yang akan Khanza pilih, suaminya yang mulai mencintai nya atau masa lalu yang masih bertahta di hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24
"Cher... " gumam Prasta lalu melirik ke sang mommy meminta penjelasan. Sementara Ny. Melinda buang muka, malas. Perhatiannya justru teralih pada interior ruangan, tempat putranya sebagian besar menghabiskan waktunya. Pun jika keluar itu pulang ke apartemen di tengah malam dan hampir dilakukan setiap hari semenjak puncak kepemimpinan diserahkan padanya.
"Susah ketemu kamu, Pras," Cher, sahabat masa kecilnya memandang sendu laki-laki yang sudah lama di cintai nya. "Aku harus membawa tante jika harus ketemu kamu." Pandangan beralih ke Ny. Melinda. "Maafin, Cher ya tante!"
"Tidak apa-apa, Sayang. Kebetulan tante juga kangen sama putra tante ini."
"Ada apa, Mam. Pekerjaan Prasta masih banyak." Prasta melirik pada tumpukan berkas di meja dan segera meraih MoU yang sempat dia pegang tadi lalu membuka lembar demi lembar surat perjanjian itu padahal tadi dia sudah membukanya sekali. Prasta tidak perduli dengan kedua orang didepannya. Biarlah dia dianggap tidak sopan terutama pada ibunya.
"Ya sudah kalo gitu. Mamah tunggu dirumah malam ini."
"Tapi, mam!"
"Apa harus ayahmu yang meminta, Prasta?" ucap Ny. Melinda penuh penekanan.
Mendengar nama ayahnya di bawa-bawa membuat Prasta tidak bisa mengelak.
Cher tersenyum samar karena akhirnya Prasta akan pulang ke kediaman orangtuanya. Dengan begitu dia bisa kembali menemui Prasta kembali disana. "Kalo gitu kita pulang dulu ya, Nak! Ingat, mami tunggu dirumah nanti malam!" Ny. Melinda dan Cher akhirnya keluar dari ruangan Prasta.
"Makasih ya, Tante. Kalo gak gitu Prasta gak mungkin mau pulang ke rumah." Cher merangkul ibu dari Prasta.
"Sama-sama, Sayang. Pokoknya kamu tenang saja rencana kita akan tetap terlaksana. Nanti malam kamu dandan yang cantik. Buat Prasta terpesona!"
"Ah tante bisa saja." Cher tersipu, menyelipkan helaian rambutnya ke telinga. "Oh iya, Tante." Ide terlintas di benak Cher. "Gimana kalo dari sini kita langsung ke salon langganan kita. Tenang, Cher traktir tante kali ini. Kita perawatan."
"Ah makasih, sayang. Kamu memang calon menantu idaman tante." Ny. Melinda merangkul balik Cher. Kemudian keduanya memasuki lift menuju lantai dasar.
Toni yang baru saja akan menghadap Prasta tanpa sengaja mendengar sebagian obrolan mereka. Memang mamer (mami mertua) yang mata duitan. Baru ditraktir perawatan di salon saja sudah kesenangan. Benar-benar suap yang murahan pikirnya. Toni dibuat geleng-geleng kepala karena tingkah beliau.
"Pras..." Toni masuk begitu saja ruangan atasan nya itu. "Upss, sorry!"
Prasta dengan cepat memasukkan benda yang tadi pegangnya kedalam laci. "Lain kali kalo masuk, ketuk dulu. Ingat ini di kantor." Ucap Prasta datar, kembali bersikap formal.
"Maaf, Boss! Ini...." Toni menyerahkan map berisi berkas penting. Kemudian tanpa disuruh dia menempelkan bokongnya diatas kursi tepat didepan meja pimpinan nya.
Prasta melihat lembar demi lembar berkas tersebut dengan teliti. Memang keprofesionalannya dalam bekerja patut di acungi 2 jempol. "Oh ya, Ton. Kapan proyek pembangunan mall X dimulai? Segala perizinan nya sudah rampung kan?"
"Sudah, Tuan. Perizinan nya telah rampung belum lama ini dan sebelum memulai proyek ini pihak dari Agung Group mengundang kita makan malam." Toni sedikit ragu Prasta akan memenuhi undangan makan malam tersebut mengingat biasanya bosnya itu selalu meminta dirinya untuk mewakilkan.
"Kapan?" Prasta telah menutup dokumen yang tadi dibawa asistennya itu setelah di bubuhi tanda tangannya terlebih dahulu. "Malam ini?"
"Wah bukan Tuan. Tidak malam ini. Masa cepat banget. Baru informasinya saya berikan barusan. Lagipula dari pihak sana juga kan meminta waktunya dari sini."
"Ya, sudah. Malam ini saja." Jawab Prasta antusias.
"Wah gak mungkinlah Tuan. Masa hari ini menggunakan meminta konfirmasi, malam ini juga acaranya. Mereka juga pasti memerlukan persiapan."
Bahu Prasta luruh. Sepertinya malam ini dia tidak mempunyai alasan untuk membatalkan rencana dirinya pulang kerumah orangtuanya.
"Ada apa sih memang, Tuan? Sepertinya sedang beban?" Pancing Toni.
"Mami ku alias ibu mertua mu menyuruh ke rumahnya."
"Ya, sudah tinggal pulang saja. Kan rumah sendiri juga." Jawab Toni enteng. "Palingan mau membicarakan hubungan Tuan dengan perempuan yang..."Toni lupa siapa namanya.
"Cher. Namanya Cher. Itu yang menjadi alasan kenapa saya malas kerumah orangtua saya. Tiap pulang pasti bahasanya itu terus."
"Memang ada yang salah ya bos dengan yang namanya Cher itu? Saya lihat anaknya cantik. Cocok dengan Tuan.
Cantik. Prasta akui Cher cantik. Tapi tetap tidak bisa menggetarkan hatinya. Mungkin dulu dia dengan Cher dekat tapi Prasta hanya menganggap nya sebatas sahabat tidak lebih. "Monyet juga didandanin juga cantik, Ton. Lagipula cantik itu kan relatif.
"Kasihan. Masa cewek secantik itu disamain sama monyet sih bos! Kasihan amat. Tadi saya ketemu didepan. Nampaknya malam ini dia ingin tampil all out didepan bos. Bos pasti terpesona ."
"Kamu sebut perempuan lain cantik terus. Memang adik saya kurang cantik?"
"Wah, jangan bandinginlah kakak iparku tersayang. Audy tetap tercantik didunia. Sama halnya Khan_" sebelum melanjutkan kalimat, Prasta melirik tajam padanya.
"Coba kamu telepon klien baru kita, Darren. Bisa acara makan malamnya dipercepat jadi malam ini?"
Mampus gue.