Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersatu
Besok paginya aku terbangun dan langsung bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Sebelum aku berangkat, aku melakukan rutinitas yang sama seperti sebelumnya semenjak aku berubah menjadi orang baik. Aku makan bersama kakek, lalu membantu kakek di kebun, dan setelahnya aku berangkat ke sekolah.
Aku melihat Miller sudah menungguku di depan rumah ujian berangkat bersama. Kemudian kami langsung berangkat bersama ke sekolah. Sepanjang perjalanan aku tidak banyak mengobrol dengan Miller seperti biasanya. Aku lebih banyak diam karena pikiranku terganggu oleh apa yang kakek katakan tadi malam. Hal itu benar-benar membuat pikiranku terganggu.
Sesampai di kelas pun aku langsung duduk dan diam seperti orang kerasukan. Sementara itu Miller melihatku dengan heran karena tidak biasanya aku diam termenung seperti ini. Pada akhirnya Miller telah memutuskan untuk berbicara padaku mengenai apanya terjadi padaku sampai seperti ini.
"Hei Demand, apanya terjadi padamu? Apa kau baik-baik saja?" Ucap Miller sambil terlihat kebingungan di wajahnya.
Seketika kesadaranku langsung kembali, "Ah?! Maaf, tadi kau bilang apa?" Tanyaku karena tidak fokus dan tidak mendengar apa yang baru saja dia katakan padaku.
"Astaga, apa kau baik-baik saja Demand, kau terlihat sangat buruk hari ini" ucap Miller yang wajahnya semakin keheranan.
"Sebenarnya aku tidak baik-baik" ucapku yang seketika membuat seluruh murid di kelasku langsung bertanya-tanya padaku.
Aku cukup terkejut melihat murid-murid di kelasku yang tiba-tiba ikut merasa peduli padaku. Aku terkejut karena mereka cepat sekali berubahnya, benar-benar diluar dugaan. Aku jadi semakin yakin kalau orang-orang nakal itu sebenarnya adalah orang yang baik.
Mereka langsung berkumpul padaku dan bertanya kepadaku apa yang terjadi padaku sampai aku merasa tidak baik-baik saja. Melihat mereka memperlakukanku seperti ini membuatku merasa lebih baik. Aku tersenyum ramah kepada mereka dan mengatakan tentang apa yang membuatku terlihat terpuruk seperti ini kepada mereka.
"Aku baru mendapat kabar, kalau kakekku akan meninggal setelah satu tahun lagi karena penyakitnya" ucapku dengan wajah murung.
Semua orang di kelas terkejut mendengarku berkata seperti itu. Mereka juga ikut turut prihatin dengan kejadian buruk yang menimpaku. Hanya satu orang yang masih duduk di tempatnya dan tidak mempedulikanku, yaitu Roy. Sepertinya dia masih sangat kesal denganku dan Miller karena kejadian sebelumnya.
"Kau harus kuat Demand, jangan memasang wajah sedih itu lagi" ucap salah satu murid di kelasku yang mencoba untuk membuatku merasa lebih baik.
"Benar, kau tidak perlu bersedih lagi, karena mulai sekarang kita bersamamu" sambung murid yang lain.
"Kau harus memperlakukan kakekmu dengan sangat baik di saat-saat terakhirnya, dengan begitu mungkin kau tidak akan terlalu kecewa atau menderita" ucap murid yang lain.
Kata-katanya yang barusan ia katakan sangat membuatku merasa lebih baik. Apa yang ia katakan sangat benar dengan kejadian yang sedang menimpaku saat ini. Jika suatu saat nanti kakek meninggal, dan aku sudah melakukan banyak hal baik untuk membuatnya senang.
Mungkin apa yang ia katakan benar, aku bisa merasa lebih siap untuk menghadapi kematian kakek, agar hatiku tidak terlalu sakit saat kakek meninggal nanti karena telah membuat kakek hidup dengan baik semasa hidupnya denganku. Aku berterima kasih kepada mereka semua karena sudah peduli dan mengkhawatirkan, mereka benar-benar orang yang sangat baik.
"Terima kasih semuanya aku sangat senang bisa mengenal kalian, dan tolong maafkan semua kesalahan yang pernah ku buat" ucapku dengan ramah sambil memohon untuk dimaafkan oleh mereka.
Semua orang terdiam sampai akhirnya Miller mewakili mereka semua, "Kita semua pernah melakukan kesalahan disini, tapi sekarang kita sudah melakukan perubahan untuk diri kita, benarkan?" Ucap Miller.
"Benar!" Sontak semua orang di kelas sambil tersenyum lebar dan penuh semangat.
Aku baru saja menyadari sesuatu, bahwa aku sangat egois. Benar-benar egois sampai-sampai sejak dulu aku hidup, baik di kehidupan pertama dan kehidupan kedua, aku sama sekali tidak pernah menganggap mereka penting. Aku hanya perlu berteman dengan orang-orang yang bisa diandalkan dan memiliki kekuatan, karena mereka akan berguna, itulah yang ku pikirkan sejak dulu.
Tapi sekarang aku sudah sadar, bahwa aku telah menyia-nyiakan banyak orang yang penting dan berguna untuk membantuku. Aku terlalu egois karena tidak menganggap keberadaan mereka dan tidak berteman dengan mereka. Padahal mereka memiliki karakter yang unik dan beragam sama seperti Miller, Roy, Bryan, Adams, Boron, dan lain-lainnya.
Hanya karena mereka tidak cukup kuat dalam kategori yang ku tetapkan, aku jadi melupakan sosok mereka dan hanya menganggap mereka secara pasif. Mulai sekarang aku akan menganggap keberadaan mereka dan sepertinya aku memiliki rencana yang berbeda dari sebelumnya. Mungkin cukup jauh berbeda tapi tetap memiliki tujuan yang sama.
"Hei, maaf aku tidak mengenal kalian ... Bisakah kalian memberitahukan nama kalian padaku" ucapku yang ingin mengenal semua orang untuk menjadi temanku.
Kemudian mereka memperkenalkan nama mereka satu persatu dihadapanku dengan tertib. Mereka terlihat sangat senang saat aku menganggap keberadaan mereka. Mereka terus memperkenalkan nama mereka hingga selesai. Kemudian aku mulai bertanya kepada beberapa murid yang baru saja memperkenalkan dirinya.
"Kalian berdua, Rouge dan Gerald, kalian adalah temannya Roy kan?" Ucapku; yang kemudian mereka menganggukkan kepala dengan wajah bingung.
"Aku butuh bantuan kalian untuk menarik Roy ke dalam suasana ini, sangat disayangkan bukan, jika dia tidak berkumpul bersama seperti kita" ucapku sambil menunjukkan jariku ke arah Roy yang sedang duduk sendirian.
Roy yang menyadari bahwa semua orang sedang menatapnya, membuatnya risih dan tidak nyaman. Ia merasa seperti dikucilkan dan didiskriminasi oleh semua murid di kelas. Karena kesalahpahaman itu, Roy segera bangkit dan membanting meja dengan amarah yang menggebu-gebu.
Dia benar-benar berbeda sekali dengan Roy yang sebelumnya, yang terlihat sangat tenang dan dingin. Tidak seperti Roy yang saat ini terlihat sangat arogan dan pemarah, persis sekali seperti Roy yang ku kenal di kehidupan pertamaku. Sebenarnya aku sudah buat kesalahan apa sih padanya?.
"Kenapa kalian menatapku! Apakah kalian ingin ku hajar! Lagi-lagi kau Demand! Telah membuat semua orang ada disisimu, dan sepertinya kau ingin memanfaatkan mereka semua untuk menghabisi ku yang seorang diri!" Ucapnya yang entah bagaimana dia bisa berpikir seperti itu, kesalahpahamannya semakin menjadi-jadi.
Kemudian kedua temannya yang biasanya selalu bersama Roy, yaitu Rouge dan Gerald berjalan menghampirinya.
"Kalian berdua untuk apa datang kepadaku! Kalian sudah berkhianat!" Teriak Roy dengan sangat kesal kepada semua orang.
"Roy tenanglah kami tidak berniat untuk melakukan sesuatu yang buruk padamu" ucap Rouge sambil menepuk pundak Roy.
"Benar, kami semua hanya ingin berteman dengan baik kepada semua orang yang ada di kelas ini" sambung temannya Gerald yang mencoba untuk menenangkan Roy yang amarahnya sudah menggebu-gebu.
"Apa maksud kalian?" Ucap Roy yang bertanya-tanya dengan kebingungan.
Kemudian aku segera bangkit dari kursi ku dan berjalan menghampiri Roy. Aku sedang berdiri di hadapan Roy dan saling bertatap tatapan. Tatapan Roy begitu menyeramkan padaku, dia melotot sampai matanya merah, sedangkan aku hanya menatapnya dengan tenang.
"Roy ... Aku ingin menjadi temanmu" ucapku yang kemudian seluruh murid berpindah dan ikut berkumpul mengerubungi kami berdua.
"Ayolah Roy, berteman saja dengan Demand" ucap salah satu murid.
"Benar, tidak ada salahnya berteman dengan siapapun " sambung yang lain.
Mereka semua mendukungku untuk berteman dengan Roy, hingga semua orang berbicara untuk membantuku berteman denganku. Kemudian Roy yang mendengar suara mereka yang tidak ada habisnya membuat Roy kelelahan dan malas menanggapi mereka hingga akhirnya Roy mau berbicara padaku.
"Baiklah ... Tapi, jangan terlalu dekat-dekat denganku" ucap Roy yang kemudian semua orang bersorak-sorai dengan senang.
Aku ikut senang mendengarnya bahwa aku dan Roy bisa berteman mulai sekarang. Keadaan kelas menjadi sangat berisik hingga akhirnya Roy pergi meninggalkan kelas entah kemana. Kami membiarkan ia pergi begitu saja karena mungkin dia membutuhkan ketenangan dan mendinginkan kepalanya yang panas.
Kalau sudah begini, aku dan seluruh teman-temanku di kelas ini bisa melakukan rencana kami dengan sangat baik. Setelahnya aku akan membicarakan rencanakun kepada mereka semua, untuk membuat kondisi sekolah ini menjadi sekolah pada umumnya. Aku sudah tidak sabar untuk membuat sekolah ini menjadi sekolah yang baik lagi seperti sebelumnya.