Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan
Bab. 4
Bel tanda kelas sudah selesai pun terdengar begitu nyaring. Semua siswa bergegas merapikan barang dan bersiap untuk pulang.
Di saat semua semangat karena mungkin mereka akan segera melakukan hal lain yang mereka sukai sepulang sekolah, tetapi hari ini berbeda dengan Rinda.
Jika biasanya Rinda begitu bersemangat, karena sepulang sekolah seperti ini dia akan mampir terlebih dulu di rumah komik yang tidak jauh dari sekolahnya. Paling tidak Rinda biasa menghabiskan waktu di sana sekita satu jam setengah. Baru setelah itu pulang.
Namun, tiba-tiba saja tadi ibunya mengirim pesan kalau Rinda disuruh untuk segera pulang dan tidak boleh mampir-mampir ke manapun. Sebab di rumah akan ada acara.
"Kenapa lo lesu banget? Biasanya paling suka kalo udah pulang kayak gini," tanya Felisha sedikit heran dengan ekspresi Rinda.
Rinda yang tiba-tiba saja malas untuk melangkahkan kakinya pulang, pun gadis itu menoleh ke arah samping. Di mana Felisha sedang menunggu jawaban dari nya.
"Tiba-tiba aja Ibu nyuruh gue untuk pulang cepet. Nggak boleh mampir-mampir," jawab Rinda dengan suara lemas.
"Lah, emang salahnya di mana, Rinda? Nggak ada salahnya dong kalau Ibu lo itu khawatir sama lo. Daripada lo di biarin dan nggak di anggap lagi, gimana?" cecar Felisha yang heran dengan Rinda.
Helaan napas terdengar dari mulut Rinda. Saat ini mereka tengah menyusuri lorong yang menuju ke arah tempat parkir motor. Karena yang sekolah di sekolah ini banyak dari kalangan berduit, sehingga parkir sepeda motor dan mobil pun dipisah. Agar lebih mudah saat mengambilnya.
"Bukan itu yang gue pikirkan sekarang, Fel. Ini masalahnya Emak gue nggak pernah nyuruh-nyuruh pulang cepet selama ini, kan? Nah, ini gue kek berasa ada yang janggal gitu. Tapi entah apa. Ini yang gue pikirin dari tadi," ungkap Rinda dengan segala kecurigaannya.
"Iya juga sih, ya. Selama ini lo dibebasin. Udah kek bukan anak kandungnya," sahut Felisha membenarkan ucapan Rinda. "Atau jangan-jangan lo mau di usir kali, Rind. Kan lo bukan anak kandungnya. Liat aja muka lo, kagak ada mirip-miripnya sedikit pun sama keluarga lo." imbuh Felisha yang semakin ngelantur.
Rinda yang kesal dengan segala tuduhan Felisha pun memukul lengan gadis yang lebih kecil tubuhnya daripada Rinda.
"Dahlah! Mending gue pulang aja. Daripada sama lo, makin nggak nggak ini pikiran gue," ujar Rinda yang menyambar helm di atas spion sebelah kanan.
Sedangkan Felisha terus tertawa melihat kecemasan dalam diri Rinda mengenai ucapannya.
"Bercanda doang, kali Beb," ucap Felisha namun hanya di balas lambaian tangan oleh Rinda. Karena gadis itu sudah berasa di atas motornya. "Hati-hati!" teriak Felisha ketika Rinda berlalu dari sana.
Sementara itu, di tempat yang berbeda, tampak dua orang paruh baya sedang duduk di ruang tengah rumah mereka. Sepertinya mereka sedang menunggu seseorang.
"Kamu kenapa sih, Ma? Kok gelisah banget keliatannya?" tanya seorang pria paruh baya yang terlihat masih tampan di usianya.
Wanita yang duduk di sampingnya itu menoleh ke arah suaminya dengan raut gusar.
"Gimana aku nggak gelisah, Mas. Orang anak kamu aja belum pulang. Ini kita udah minta dia pulang dari satu jam yang lalu, loh!" balas wanita itu. Tatapannya terus mengarah ke pintu depan dan juga ponsel yang ada di tangannya.
"Bentar lagi Ghani juga pulang, Ma. Kamu tahu sendiri, menjadi anggota osis itu emang ribet. Apalagi ini Ghani jadi ketuanya. Ya ... jelas makin molor pulangnya," ucap pria itu mencoba menenangkan sang istri. Walaupun tidak berhasil.
"Tapi masalahnya kan acaranya ini sebentar lagi, Mas. Kita juga belum mendapat jawaban dari Ghani," ungkap wanita itu dengan nada cemas.
Pria yang ada di sampingnya pun menaruh tablet yang sedari tadi menjadi kesibukannya. Lalu meraih tangan istrinya dengan sangat lembut. Mencium punggung tangan wanita yang menghiasi hidupnya selama dua puluh tahun ini.
"Setuju atau tidak setuju Ghani dalam pernikahan ini, yang jelas perjodohan ini nggak bisa diubah, Ma. Ini tetap akan berlanjut, karena Papa berutang nyawa pada Aga," ucap pria itu menatap lembut sang istri. Membuat istrinya mengangguk mengerti. "Atau ... kalau Ghani tidak setuju, apa Papa aja yang nikahin anaknya Aga itu ya?" goda pria itu dengan sengaja. Membuat wajah istrinya merah padam.
"Kamu sudah tua, Langit Bagaskara!" pekik wanita yang tak lain ialah Ayumna Natakusuma.