Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertarik Padanya?
Setelah puas mengobrol bersama putrinya, Arion bergegas meninggalkan kamar Aara untuk menuju ruang kerjanya. Sementara di kamarnya, Aara sedang belajar membaca dan menulis bersama Amber.
Saat baru saja membuka pintu ruang kerjanya, Arion di kejutkan dengan suara sang Mama, Dayana. Wanita paruh baya itu menyelonong masuk ke ruang kerja putranya. Arion jelas paham, tujuan Dayana hanya akan mengeluhkan sikap Amber dan keberanian wanita itu.
"Ada apa lagi, Ma? Aku harus mengurus beberapa berkas penting," keluh Arion. Ia melihat Mamanya duduk di sofa dengan kedua tangan melipat di depan dada.
"Cari pengasuh itu jangan sembarangan, Arion. Pecat saja wanita itu!" seru Dayana kesal.
"Aku tidak akan pernah melakukannya," jawab Arion tegas. Dayana melotot, Arion menjawab terang-terangan.
"Apa kau tidak lihat tadi? Sikapnya saja seperti itu. Dia tidak bisa menghormati Mama sebagai orang tua di rumah ini."
"Sudahlah, Ma. Berhenti mencari gara-gara. Apapun yang Mama katakan, aku tidak akan pernah memecat Nona Amber!"
"Kenapa, Arion? Apa yang wanita itu lakukan pada kau dan Aara. Sampai kalian tergila-gila padanya," protes Dayana. Ia merasa curiga sekaligus penasaran.
"Dia tidak melakukan apapun. Dia bekerja dengan baik dan tulus, dia mengurus Aara dengan sabar dan penuh kasih sayang. Tidak ada alasan aku dan Aara menolak kehadirannya!"
Dayana menghembuskan napas kasar. Sejak awal, Arion memang sulit di atur dan selalu memilih jalannya sendiri. Sekuat apapun Dayana berusaha menentang keputusan putranya, Arion tetap kuat pada pendiriannya.
"Sebagai orang tua, Mama hanya ingin memberi nasehat. Jangan sampai kau tergoda pada pengasuh anakmu, Arion. Mama khawatir, dia menjadi pengasuh Aara hanya untuk menarik perhatianmu," ujar Dayana dengan nada suara melemah.
"Lalu apa masalahnya jika aku tertarik padanya, Ma? Sekarang aku akan memilih sendiri pasangan hidupku," tegas Arion.
"Jangan bilang jika kalian sudah ...."
"Tidak, jangan berpikiran buruk!" sela Arion.
"Pokoknya, Mama tidak akan setuju jika sampai kau mendapatkan istri baru dari kelas bawah. Malu, Arion. Bagaimana pandangan orang nanti? Apa lagi menantu tidak tahu sopan santun sepertinya? Ih, Mama tidak sudi!"
"Aku akan menentukan pilihanku sendiri, Ma. Apa Mama tidak sadar? Sejak awal aku menuruti perkataan Mama dengan menerima perjodohan dengan wanita yang sama sekali tidak aku kenal. Lalu sekarang apa? Kami berpisah karena pada dasarnya kami tidak pernah saling cinta," ujar Arion mengungkit masa lalunya.
"Mama ingin yang terbaik untukmu, apa Mama salah?"
"Terbaik menurut Mama bukan berarti terbaik menurutku. Jadi mulai sekarang, berhenti mencampuri urusanku, Ma!"
Dayana menghembuskan napas kesal, ia langsung bangkit dari sofa dan keluar dari ruang kerja putranya.
Semakin hari, Arion semakin sulit ia kendalikan. Jika dulu Arion selalu menuruti setiap nasehat dan perkataannya, kini anak laki-lakinya itu lebih sering membantah sejak berpisah dari mantan istrinya.
Merasa kesal dengan sikap Arion, Dayana memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan kembali ke rumahnya sendiri saat itu juga.
Saat mendapatkan laporan dari sopir pribadinya, Arion tidak berusaha mencegah kepergian Dayana. Arion tidak merasa melakukan kesalahan. Terkadang, Dayana memang perlu dibiarkan agar tidak semakin meresahkan.
Arion termenung di ruang kerjanya, ia mengingat kata-kata yang sempat ia ucapkan di depan sang mama.
"Apa benar aku sudah tertarik padanya?" batin Arion. Ia tidak tahu, maksud dari kata tertarik ini sebenarnya menjurus dalam artian seperti apa.
Tertarik dalam hal pesonanya? Kemolekan tubuhnya? Keseksiannya? Kehangatannya? Sekedar tertarik ingin menikmatinya? Atau lebih dari itu?
Arion memejamkan mata, mengingat saat pertama kali mereka bertemu, dan saat pertama kalinya ia merasakan hangat tubuh wanita itu. Kehangatan Amber dan suara khas wanita itu, bagaikan candu bagi Arion. Hal yan lebih memabukkan dari segalon wine!
...🖤🖤🖤...