Seorang pemuda biasa saja yang sama sekali tidak menonjol namun pintar dan bercita cita menjadi dokter, tiba tiba di datangi oleh hantu teman sekelasnya yang cantik, indigo dan terkenal sebagai detektif di sekolahnya dari masa depan. Menurut sang hantu, dirinya akan meninggal 50 hari dari sekarang dan dia minta tolong sang pemuda menjaga dirinya yang masih hidup.
Sang pemuda menjadi bingung karena gadis teman sekelasnya sebenarnya ingin mengusir hantu adik kembar sang pemuda yang selalu duduk di pundaknya. Akhirnya karena dia tidak mau melihat teman sekelasnya meninggal dan dia sendiri juga menaruh hati kepada sang gadis, akhirnya dia memutuskan untuk membantu. Di mulailah petualangan mereka mengungkap dalang di balik kematian sang gadis yang ternyata melibatkan sebuah sindikat besar yang jahat.
Keduanya menjadi pasangan detektif dan asisten yang memecahkan banyak kasus sambil mencari informasi tetang sindikat itu.
Mohon komen dan likenya ya, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
“Ting,” lift terbuka, Tino dan Amelia keluar dari lift dan berjalan di koridor menuju ke kamar tempat terjadinya pembunuhan. Mereka melihat beberapa sekuriti dan beberapa karyawan manajemen berdiri di depan kamar. “Permisi,” Amelia dan Tino dengan pede nya menerobos masuk ke dalam sampai membuat para sekuriti dan karyawan manajemen bingung,
“He..hei, jangn masuk sembarangan,” tegur seorang karyawan yang memakai kemeja.
“Cuma sebentar pak, tenang saja,” ujar Tino yang sudah di dalam.
Tiba tiba hantu Amelia dari masa depan mendekat kepada Tino dan langsung berbisik di telinganya,
“Oi Tin, lihat ke sebelah ranjang,” bisik nya.
Tino menoleh melihat ke sebelah ranjang, dia langsung kaget melihat sosok korban yang berdiri mematung di sisi ranjang seakan akan sedang melihat dirinya sendiri yang sedang terbaring tertusuk pisau di ranjang. Amelia terlihat mendekati hantu korban itu dan menjulurkan tangannya, Tino menoleh melihat Mei dan May,
“Mei, May, tolong bantu Amelia,” ujar Tino.
Mei dan May langsung melayang dan hinggap di pundak Amelia, selagi mereka “berbicara” Tino melangkah masuk ke dalam di ikuti hantu Amelia dari masa depan yang melayang di sebelahnya, dia melihat ke arah meja, masih ada piring piring bekas yang di gunakan korban semalam sesuai dengan cctvnya, terlihat juga pakaian yang di gantung di kursi sesuai dengan yang dia lihat di cctv dan asbak yang penuh dengan puntung rokok di meja.
“Hmm ?” Tino menyadari ada sesuatu yang hilang.
Dia langsung berjalan ke tempat sampah di sebelah ranjang dan melihat ke dalam nya, ternyata tempat sampah itu hanya berisi tissue yang di pakai korban. Kemudian Tino yang masih memakai sarung tangan memegang celana korban yang berada di kursi, dia memeriksa kantung kantungnya dan kemudian kantung kemejanya,
“Aneh,” ujar Tino.
“Apanya aneh ?” tanya hantu Amelia.
“Perasaan di cctv, korban menaruh rokok dan koreknya di meja deh, kok ga ada ya, masa iya pelaku sempet sempetnya ngambil rokok sebungkus dan koreknya,” jawab Tino.
“Oh bener juga ya,”
Tino menoleh sekali ke atas meja, dia baru menyadari kalau posisi piring piring, garpu dan sendok di atas meja sedikit bergeser dari posisi terakhir di cctv, dia mendekat ke meja dan ada beberapa serpihan tembakau di atas meja,
“Hmm masa sih ya,” ujar Tino.
“Kamu nemu apa Tin ?” tanya Amelia dengan Mei dan May duduk di pundaknya tepat di belakang Tino.
“Ntar aja, trus apa kata hantu itu ?” tanya Tino.
“Dia kaget, ketika bangun dia melihat dirinya di ranjang tertusuk pisau, dia tidak sadar dan dia bingung siapa yang membunuhnya, dia ingin kita membantunya agar bisa pergi,” jawab Amelia.
“Kamu tidak tanya maksud stabilo kuning di daftarnya apa ?” tanya Tino.
“Orang orang yang di prioritaskan untuk di tagih dan wanita semalam adalah istri dari salah satu dari daftar kuning itu, dia minta agar suami nya di bantu dan di beri keringangan, sebagai bayaran bagi korban adalah wanita itu rela memberikan tubuhnya di sentuh korban, trus kamu nemu apa ? cerita dong,” jawab Amelia.
“Kamu lihat di cctv tadi kan, korban menaruh rokoknya di sini, sekarang tidak ada dan posisi piring piring di meja bergeser,” tanya Tino.
“Hmm bener juga, ada kemungkinan pelaku ketakutan setelah menusuk korban dan dia terbentur meja ketika turun dari ranjang, dia melepaskan sarung tangan atau kain yang dia pakai untuk memegang pisau dan tidak sengaja memegang rokok ketika dia menaruh tangannya di meja jadi karena takut ketahuan dia ambil rokok dan korek nya, berarti pelakunya bukan orang yang profesional,” ujar Amelia.
“Kok aku mikirnya lain ya, ngeliat asbak penuh itu, aku jadi ingat mama marah marah sama papa kalau ada asbak sampai penuh dan mengambil rokoknya, padahal masih sebungkus penuh dan papa pasrah di ambil rokoknya hahaha....mungkin aja pelakunya cewe yang sebel ama rokok, sori ngelantur,” ujar Tino.
Mendengar ucapan Tino, Amelia berpikir, kemudian dia berlari ke tempat sampah dan memeriksa isinya, setelah itu dia berjalan ke meja di sebelah ranjang dan mengambil map milik korban, dia memeriksa lagi nama nama yang di beri stabilo kuning, Amelia langsung tersenyum, dia membawa daftarnya dan kembali pada Tino,
“Hehe Tin, kamu memang jenius, kita keruang cctv lagi, ada yang ter skip kan tadi,” ujar Amelia.
Keduanya kembali keluar dari kamar dan mengatakan pada sekuriti di depan agar mengantar mereka kembali ke ruang cctv. Seorang sekuriti mengantar keduanya, semetara para karyawan manajemen hotel menjadi semakin bingung,
“Siapa sih mereka ?” tanya seorang karyawan.
“Mereka tamu dari polsek sebelah,” jawab seorang sekuriti.
“Oh begitu, mana polisinya ? kok belum datang juga sih,” ujar sang karyawan.
“Sebentar lagi pak, tadi sudah di telepon berulang kali, kita tunggu saja,” balas sang sekuriti.
Sementara itu, di ruang cctv, Tino dan Amelia yang berwaja merah terlihat menonton adegan ranjang korban dengan wanita yang minta di bantu untuk diberi keringanan. Teryata selagi di atas ranjang, korban meminta wanita itu memakaikan alat kontrasepsi untuk korban dan dia melakukannya, lalu selesai mereka beradegan ranjang, korban dan wanita itu sempat duduk kembali di depan meja dan keduanya merokok, korban memberikan bungkus rokok dan koreknya pada sang wanita yang mengambil sebatang dan menyalakannya. Setelah itu, barulah korban mengantar wanita itu keluar dan rokok nya masih berada di atas meja. Setelah keduanya keluar dari ruang cctv dan kembali ke lift,
“Jadi begitu,” ujar Tino.
“Ya, seperti yang kamu bilang, pelakunya perempuan dan dia mengambil bungkus rokok juga koreknya, bukan karena dia benci rokok seperti mama mu tapi karena dia memegang bungkus rokok itu padahal seharusnya tidak perlu dia ambil pun tidak apa apa karena wajahnya tidak terlihat di cctv karena dia tahu posisi titik buta cctv tapi karena rasa takut setelah membunuh nya muncul, dia berniat menghilangkan bukti, dia mengambilnya, lagipula selain rokok, ada satu lagi yang hilang,” ujar Amelia.
“Apa itu ?” tanya Tino.
“Alat kontrasepsi yang sudah di pakai dan bungkusnya, pramugraha semalam tidak membersihkan tong sampah kan, dia hanya mengganti sprei dan bantal, jadi seharusnya benda itu ada di dalam tong sampah, tapi ketika ku cek ga ada juga tuh di dalam tong sampah hehe,” jawab Amelia.
“Geh...sampe kesitu ya, jadi menurut mu pelakunya cewe yang tidur sama korban semalem itu ya ?” tanya Tino sambil menunjuk ke layar.
“Yup dan dia pegawai hotel ini karena tahu jadwal maintenance dan bebas menggunakan kunci,” jawab Amelia.
“Kalau begitu...bungkus rokoknya dan koreknya berarti di buang di salah satu tong sampah hotel ini,” ujar Tino.
“Tidak, dia tidak membawanya keluar kamar karena tidak bisa sebab dia sedang bekerja dan kalau ketahuan dia membawa rokok dia bisa bermasalah, dia membuangnya ke suatu tempat yang tidak mungkin di curigai orang dan yang pasti bukan kloset hehe,” ujar Amelia.
“Hmmm (berpikir sebentar) oh itu ya hahaha,” ujar Tino.
“Yap benar, sekarang tinggal tanya siapa saja wanita yang bertugas di hotel ini semalam,” ujar Amelia.
“Motifnya apa ya kira kira ?” tanya Tino.
“Ah kalau itu, ini hanya tebakan ku sih, tadi kita lihat kan, setelah wanita itu pergi, korban sempat menelpon sekali, kurasa isi pembicaraan korban itu yang menjadi motifnya,” jawab Amelia.
“Ting,” pintu lift terbuka, ternyata sudah banyak polisi di depan kamar, keduanya langsung berjalan menuju kamar terjadinya pembunuhan sambil tersenyum bersama Mei yang duduk di pundak Tino dan May yang duduk di pundak Amelia. Keduanya menerobos kerumunan, namun sebelum melangkah masuk, “tap,” pundak keduanya di pegang seseorang dari belakang,
“Aduh...kalian mau apa lagi ?” tanya seseorang yang mereka kenal.
“Halo pak Ardi, apa kabar,” ujar keduanya sambil menoleh dan tersenyum.