Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 - Pelanggan Istimewa
"Tapi, Bas. Aku bisa membantumu! Kau tidak perlu menggajiku sekarang. Gaji aku pas barbershop ini sukses! Maaf sudah tertawa. Kau harus tahu, aku selalu percaya kalau sesuatu yang mustahil itu bisa terjadi!" Mila berusaha mempertahankan dirinya. Namun langkahnya kini sudah terdorong keluar barbershop.
"Oh... Jadi menurutmu usaha barbershop untuk sukses itu mustahil?" tanggap Abas.
"Bukan begitu. Maksudku--"
"Pergilah!" potong Abas sembari menutup pintu barbershop.
Mila mendengus kasar. Dia terpaksa beranjak pergi dari barbershop. Dirinya berjalan menjauh sambil sesekali menengok kembali ke arah barbershop.
Pada kenyataannya Mila sudah menyukai Abas sejak SMA. Namun cintanya tak bisa terwujud karena Abas berpacaran dengan Tari. Harapan Mila semakin pupus tatkala mendengar Abas menikahi Tari. Kabar tentang Tari hamil duluan bahkan menyebar luas kala itu.
Mila sempat sakit hati. Dia berusaha melupakan Abas. Perasaan itu sempat hilang selama beberapa tahun. Sampai akhirnya muncul lagi saat Mila sering melihat Abas ada di barbershop.
Awalnya Mila mengabaikan keberadaan Abas. Terlebih dia sudah tahu kalau lelaki tersebut sudah beristri dan punya anak.
Namun ada yang membuat Mila merasa aneh. Bagaimana bisa Abas tampak hidup seperti orang susah, sementara istrinya kaya raya? Mila yakin pasti kehidupan rumah tangga Abas dan Tari tak berjalan baik.
Hari ini Mila nekat menemui Abas di barbershop dengan tujuan ingin mengetahui hubungan tersebut. Tujuannya itu sukses terjawab dengan datangnya Tari.
Kini Mila berjalan sambil tak berhenti tersenyum. Setelah mengetahui Abas telah bercerai, dia merasa bisa memiliki kesempatan untuk dekat dengan pria tersebut. Meski sudah di usir, Mila tak akan menyerah. Ia akan kembali lagi nanti.
...***...
Abas lagi-lagi duduk termenung di depan cermin. Memikirkan dirinya sudah bercerai, sedikit memberikan kekalutan.
Seorang lelaki paruh baya masuk ke dalam barbershop. Lelaki tersebut tampak berjalan pincang. Dia meminta Abas mencukur rambutnya.
"Aku sedang bergegas sekarang. Kulihat hanya barbershopmu yang tidak ada antrian. Jadi aku ke sini," ucap lelaki paruh baya itu. Dia meletakkan sebuah tas karton bermerek ke atas meja.
"Saya akan melakukannya dengan baik dan cepat, Pak!" sahut Abas bersemangat. Dia segera menggunakan senjatanya, yaitu alat cukur.
"Bapak sepertinya tidak asing," komentar Abas saat memperhatikan wajah lelaki paruh baya yang sekarang jadi pelanggannya.
Lelaki paruh baya itu tersenyum. "Aku Irwan Nurantyo," ungkapnya.
"Irwan Nurantyo? Bukankah kau wakil rakyat yang viral itu?" tebak Abas. Meski tampak kolot, bukan berarti dia tidak tahu segala perkembangan berita di internet.
Iwan Nurantyo sendiri dikenal sebagai wakil rakyat yang viral. Dia viral karena rela melepas jabatannya demi membela rakyat. Mengingat rekan-rekan wakil rakyatnya tidak memiliki visi misi yang sama. Sekarang Irwan semakin disukai masyarakat karena kedermawanannya.
"Saya sangat mengagumimu, Pak!" ujar Abas.
"Tidak perlu berlebihan," tanggap Irwan.
"Sungguh, Pak. Saya dan semua orang berharap kau tetap berada di kursimu," sahut Abas.
"Untuk apa mempertahankan sesuatu kalau itu membuat kita merasa sesak. Tak peduli apakah itu jabatan tinggi atau posisi yang menguntungkan," ujar Irwan.
Abas menatap Irwan penuh kekaguman. Kata-kata Irwan barusan sangat sesuai dengan yang dihadapinya sekarang.
Tak lama kemudian, Abas selesai mencukur rambut Irwan. Lelaki paruh baya itu lantas ingin segera pergi.
Atensi Abas fokus pada kaki pincang Irwan. Anehnya dia langsung teringat dengan salah satu resep herbal neneknya. Abas ingat ada ramuan tradisional untuk kaki pincang.
"Pak Irwan!" Abas mencegat kepergian Irwan.
"Iya?" Irwan menanggapi dengan menoleh. Padahal dia nyaris saja membuka pintu keluar.
Irwan sudah mengangakan mulut untuk bicara. Namun dia memilih mengurungkan niatnya karena masih merasa belum percaya diri.
"Nggak apa-apa, Pak. Maaf..." kata Abas.
Irwan tersenyum dan segera beranjak pergi dengan mobilnya. Saat itulah Abas sadar kalau tas karton bermerek Irwan ketinggalan.
Tanpa pikir panjang, Abas ambil tas karton bermerek itu. Lalu dia kejar Irwan. Akan tetapi mobil Irwan terlanjur menjauh.
"Pak!" pekik Abas sambil berlari.
Irwan yang di dalam mobil tentu tak mendengar. Apalagi di mobilnya sedang terputar alunan musik.
Namun Abas tak putus asa. Dia menghentikan ojol yang lewat dan memaksanya untuk mengejar mobil Irwan.
"Kejar mobil itu, Mas!" perintah Abas.
"Eh, apa-apaan ini, Mas! Kalau mau pesan saya, pakai jalur online dulu lah!" protes sang ojol.
ingat entar tambah parah Lo bas....,