Dijebak suami sampah? Di tipu sahabat sendiri? Di buang oleh keluarganya? ya itu semua adalah kehidupan suram Fellora di masa lalu, Tapi ia kini bangkit dengan indentitas baru untuk membalaskan dendam nya.
"Mengapa kita tidak memotongmu menjadi potongan kecil dan memberikannya untuk anjingmu? Hm? Kemudian kita akan lihat seberapa setia anjing lapar yang sebenarnya.
Kamu tidak akan pernah mengerti kehancuran yang kamu lakukan pada seseorang sampai hal yang sama dilakukan padamu."~Fellora
"Gue nggak peduli ayah dari bayi ini,benih yang ditanam di rahim lo ini! Yang pasti gue cuman ingin menjadi ayah untuk bayi ini, meskipun ini bukan darah daging gue,gue akan memperlakukan layaknya anak kandung. Dan gue juga nggak bakalan melarang lo buat deket sama cowok lain! Yang penting gue bisa jadi ayah yang baik buat bayi ini!"
_Farka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Nurapiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
to Australia?
Dalam perjalanan yang sunyi, mobil Farka melaju dengan kecepatan yang stabil. Di tengah keheningan, Fellora tak sengaja melirik ke samping dan melihat foto hasil USG bayi laki-lakinya yang terpampang di dashboard mobil. Tatapan penuh harapan dan kebahagiaan menyelimuti wajahnya.
Tiba-tiba, Farka, sang suami, memecah keheningan dengan pura-pura batuk.
"Ekhem"
Suaranya bergema di dalam mobil, menciptakan getaran kecil yang mengisi ruang udara.
Fellora memalingkan wajahnya, menatap Farka dengan pandangan penuh perhatian.
"Ada apa, sayang?" tanyanya, suaranya penuh dengan kelembutan dan rasa ingin tahu.
Farka, dengan tatapan yang fokus menatap jalan di hadapannya, menyahut dengan tegas, "Sayang, setelah kamu melahirkan nanti kita pergi ke Australia sebentar ya!"
Fellora terkejut mendengar rencana tak terduga dari suaminya.
"Kenapa Australia?" gumamnya, mencoba memahami maksud di balik kata-kata Farka.
Farka menjawab,
"Ya anggap saja itu awal kehidupan kita dengan identitas baru kamu disana, sekalian aku juga harus ngembangin perusahaan disana nanti"jelasnya.
Fellora menggigit bibirnya, memikirkan proposal menarik yang diajukan oleh Farka. Ia mengangguk perlahan, memberikan isyarat bahwa dia tertarik mendengar lebih lanjut.
Namun, sebelum menjawab sepenuhnya, Fellora mengacungkan satu jari tangannya, menandakan bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.
"Yaudah.. tapi aku ada syaratnya!," ucap Fellora dengan suara tegas
"Syaratnya apa zeyeng??" tanya Farka dengan penuh rasa ingin tahu.
Fellora mengambil nafas dalam-dalam, siap untuk menjelaskan dengan detail.
"Sayang, selama dua bulan menjelang kelahiran, kamu harus tetap berada di dalam rumah kecuali jika aku yang mengizinkanmu keluar. Dan, jangan pernah jauh-jauh dari aku! Paham?" ucap Fellora sambil bersandar di kursi mobil, menatap suaminya yang fokus mengemudi.
Farka terkekeh geli mendengar syarat-syarat itu. Ia mengira Fellora akan mengungkapkan sesuatu yang sangat penting.
"Ahaha!!" tertawa Farka, memecah keheningan di dalam mobil.
Fellora mengernyitkan dahinya, heran dengan tawa suaminya.
"Kenapa ketawa?" tanyanya.
"Eh, tidak apa-apa, sayang! Ya sudah, itu syarat yang mudah...dilakukan," jawab Farka sambil tersenyum.
Fellora menggelengkan kepalanya, sedikit kesal dengan reaksi Farka. "Baiklah, kalau begitu," ucapnya singkat.
Sesampainya di salah satu mall, pasangan suami istri itu berjalan menyusuri lorong pusat perlengkapan bayi. Suasana di dalam mall terasa riuh dengan suara anak-anak yang riang bermain dan suara lagu-lagu anak yang mengalun di latar belakang.
Farka yang penuh antusiasme melihat-lihat baju-baju bayi yang terpajang di rak. Matanya segera tertuju pada satu baju bayi yang terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Tanpa ragu, Farka langsung mengambil baju tersebut dan memasukkannya ke dalam troli belanja.
"Nah, ini lucu banget! Dan ini juga!" ucap Farka dengan semangat, berbicara sendiri sambil terus memilih pakaian bayi yang menarik perhatiannya.
Sementara itu, Fellora yang lebih fokus pada pemilihan barang yang lebih penting hanya bisa terdiam melihat suaminya yang begitu asyik dengan pilihan-pilihannya sendiri.
"Sayang," kata Fellora dengan nada sedikit khawatir, menunjuk ke tangan Farka yang sedang mengambil mainan mobil-mobilan,
"Apa itu perlu banget dibeli?"Farka, tanpa berpikir panjang, dengan polos menjawab,
"Ya, tentu saja perlu! Nanti kan debaynya juga bakalan main!"
Fellora menggelengkan kepala dengan sedikit kesal.
"Sayang.. ngga usah lah! Nanti aja belinya, bayi baru lahir juga nggak bakalan langsung bisa main! Apalagi kita bakalan pergi ke luar negeri!"
Farka merasa sedikit kecewa, matanya memancarkan keinginan yang kuat saat ia meminta untuk membeli barang itu.
"Ayolah...Buat aku koleksi aja ya! Boleh ya!" Farka merengek dengan tatapan melas, sambil menggoyangkan tangan milik Fellora.
Fellora menatap Farka dengan heran. "Ya.. emangnya kamu nggak pernah dibeliin itu sebelumnya?" tanya Fellora.
Farka menggelengkan kepalanya dengan mengerucutkan bibirnya"Mana pernah aku dibeliin beginian? Aku baru lagi aja udah dibawa ke catwalk sama mami" jawabnya polos.
Jawaban Farka membuat Fellora tertawa terbahak-bahak. Rasa geli yang melanda membuat air mata tawa tak terbendung.
"Yaudah, terserah kamu saja lah!" Fellora berbicara dengan lesu, sambil mengusap air mata tawanya yang keluar.
Farka mengangguk setuju, lalu memasukkan barang yang ia inginkan ke dalam troli.Tak lupa, mereka juga memesan crib bayi serta kereta dorongnya.
🍃
Tepatnya di boutique Zelora, Quilera sibuk memilih-milih gaun untuk pernikahannya bersama Ryzard. Sementara itu, Ryzard sedang mencari stelan pernikahan yang cocok untuk dirinya. Setelah menemukan pakaian yang sesuai, Ryzard langsung membayar dan memasukkan hasil belanjaannya ke dalam bagasi mobilnya.
Namun, Ryzard tidak langsung memulai mobilnya. Ia malah terdiam sejenak, sambil memegang keningnya dan memijatnya dengan lembut.
"Pengeluaran untuk baju pernikahan saja sudah begitu mahal! Dulu, saat menikah dengan Casandra, aku tidak mengeluarkan banyak uang seperti ini," gumam Ryzard dalam hatinya.
Sementara itu, Quillera sibuk mencari inspirasi dekorasi pernikahan di ponselnya.
"Sayang, dekorasi ini sangat bagus! Aku suka," ucap Quillera sambil menunjukkan foto dekorasi yang ada di ponselnya kepada Ryzard.Namun,Ryzard hanya menoleh sebentar, lalu mulai menjalankan mobilnya tidak menggubris perkataan calon istrinya sama sekali.
🍃
Hari semakin menjelang senja ketika Yunezza dan suaminya duduk dengan tegang di ruang tunggu bandara. Mereka menantikan sosok yang begitu ditunggu-tunggu.
Tiba-tiba, sebuah eskalator dari dalamnya muncul seorang pria. Ia melangkah dengan percaya diri, dengan gaya rambut Dandy style,Seutas headphone menghiasi telinganya, memberikan kesan modern dan stylish. Dalam balutan sweater abu-abu yang serasi dengan celana dan sepatunya, ia tampak begitu memesona.
Lelaki itu seperti pangeran dalam dongeng, dengan wajah yang memikat hati dan kulit yang tampak sempurna. Ia melangkah dengan langkah yang atletis, mendorong koper berukuran sedang saat ia tiba di lantai bawah.
Yunezza, yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, melihat anak angkatnya yang begitu ia rindukan. Reiga Reziandra Alvarado, nama lengkapnya terdengar begitu indah di telinga. Tanpa ragu sedikit pun, Yunezza bergegas dari tempat duduknya, berlari mendekati Reiga dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan melekat di wajahnya.
Pria berusia 22 tahun itu, dengan tinggi badan yang mencapai 183 cm, berdiri tegak di hadapan Yunezza.
Yunezza, dengan tatapan lembut dan tangan yang gemetar sedikit, meraih Reiga dan memeluknya dengan erat. Reiga, yang terkejut oleh tindakan tiba-tiba Yunezza, merespons dengan ragu-ragu. Namun, begitu dia merasakan kehangatan dalam pelukan Yunezza, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak membalas pelukan itu.
Dalam diam Yunezza, yang dulunya tidak pernah menunjukkan kasih sayang kepada Reiga sebagai anak angkat, sekarang merasa menyesal. Dia menyadari bahwa dalam hidup ini, tidak ada siapa-siapa lagi selain suaminya dan anak angkatnya.
Reagar, yang melihat kedekatan mereka, berdiri di belakang dengan penuh kehangatan. Dia mengusap lembut bahu Reiga, memberikan dukungan tanpa kata-kata.
"Selamat datang, Rei! Kamu sudah tumbuh besar!" kata Reagar dengan suara yang penuh kebanggaan.
Reiga melepaskan pelukannya dengan lembut, lalu menatap tajam kedua orang separuh baya di hadapannya.
"Dimana Kak Casandra?" tanyanya dengan suara yang penuh ingin tahu
Yunezza menggumamkan kata-kata dengan sedih, matanya terlihat berkaca-kaca. Ia menundukkan kepalanya, merasakan beban berat yang ada di dalam dirinya.
"Sudahlah, biar kita ceritakan semuanya di rumah nanti," kata Reagar dengan suara yang hangat, mencoba menenangkan Yunezza agar tidak menangis di tempat umum.
Reiga menganggukkan kepala dengan berat hati, menuruti permintaan ayahnya. Mereka berjalan pergi meninggalkan bandara, namun hatinya masih dilanda rasa bingung.
...Bersambung...