Sequel Belenggu Cinta Pria Bayaran.
Dikhianati sang kekasih dan melihat dengan mata kepalanya sendiri wanita yang dia cintai tengah bercinta dengan pria yang tak lain sahabatnya sendiri membuat Mikhail Abercio merasa gagal menjadi laki-laki. Sakit, dendam dan kekacauan dalam batinnya membuat pribadi Mikhail Abercio berubah 180 derajat bahkan sang Mama sudah angkat tangan.
Hingga, semua berubah ketika takdir mempertemukannya dengan gadis belia yang merupakan mahasiswi magang di kantornya. Valenzia Arthaneda, gadis cantik yang baru merasakan sakitnya menjadi dewasa tak punya pilihan lain ketika Mikhail menuntutnya ganti rugi hanya karena hal sepele.
"1 Miliar atau tidur denganku? Kau punya waktu dua hari untuk berpikir." -Mikhail Abercio
----
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 - Seperti Simpanan.
"Hah?!!"
Keduanya sama-sama terkejut, ketukan pintu dari luar berhasil membuat Mikhail kini terbangun. Bukan karena takut ada seseorang yang akan mengetahui keberadaannya, akan tetapi Mikhail terkejut lantaran Zia yang panik dan terlihat bingung hendak bagaimana.
"Siapa?" tanya Mikhail penasaran, baru juga hendak tertidur gangguan seperti itu sudah datang dan mengacaukan moodnya.
"Sayang, kamu di dalam?"
Tidak salah lagi, yang datang benar-benar Zidan dan jelas saja ini adalah ancaman. Valenzia menggigit jemarinya sembari menarik tangan Mikhail untuk beranjak segera.
"Ck, kenapa? Buka pintunya, pacarmu?"
Bukannya memberi solusi, Mikhail justru membuatnya posisinya semakin terancam. Akan semarah apa Zidan jika dia mengetahui ada pria bersamanya saat ini.
"Aduh!! Mati aku, Zidan kenapa sekarang datangnya?" Zia bingung sendiri menghadapi situasi.
"Jadi benar pacarmu?" tanya Mikhail sekali lagi, pertanyaan sebelumnya belum Zia jawab dan hatinya mendadak dongkol.
"Bapak sembunyi dulu di sini, jangan kemana-mana dan jangan bersuara kalau saya belum bukain!!" titahnya sembari menarik paksa Mikhail yang masih menatapnya penuh tanya.
"What? Are you crazy, Zia?"
Tidak ada jalan lain, Zia terpaksa memilih kamar mandi untuk menyembunyikan Mikhail. Persis seperti seorang wanita yang tengah berselingkuh, Valenzia ketar-ketir kala ketukan pintu dan panggilan dari Zidan kembali terulang.
"Mohon maaf sekali, tapi kali ini saya mohon Anda ikuti kata-kata saya."
"Hei, tunggu ... Zia!"
Mikhail berusaha bertahan karena dia merasa tidak ada yang harus ditutup-tutupi. Pria itu berdecak kesal kala Zia mendorong begitu kuat hingga dirinya benar-benar terperosok ke dalam kamar mandi yang cukup sempit itu.
"Jangan keluar, saya mohon banget!!" pintanya serius dan Mikhail mengangguk kemudian, dia memilih patuh dan pasrah menginjak lantar kamar mandi yang sedikit lembab itu.
"Zia tunggu, kenapa harus sembunyi di sini?"
"Anda sudah cukup dewasa untuk memahami keadaan," jawab Zia dengan wajah paniknya.
Ketika hendak menutup pintunya, dia melupakan satu hal. Jas Mikhail masih berada di atas tempat ridur dan buru-buru Valenzia meraih benda itu dan memberikannya pada Mikhail. Kemudian menutup pintu kamar mandi sedikit keras menyisakan wajah bingung Mikhail di dalam sana.
"Ays!! Kasar sekali," omelnya dalam keheningan dan menatap datar pintu itu.
Pria itu menggigit bibir dan menempelkan telinganya di daun pintu. Iya, kali ini dia benar-benar tengah menjalani peran layaknya lelaki simpanan. Keningnya berkerut dan sefokus itu berusaha mendengar pembicaraan mereka.
Sementara di luar sana Zidan masih menunggu kekasihnya membukakan pintu. Pakaiannya bahkan belum berganti, Zidan memang benar-benar mendatanginya dari tempat magang dengan membawa roti bakar kesukaan Zia di tangannya.
"Tumben lama, Zia!!" teriak Zidan sekali lagi.
Ceklek
Akhirnya, wajah itu dia tatap juga. Zidan sudah dibuat hampir gila semalam kala mendengar kabar dari Erika kekasihnya tidak pulang-pulang. Berbagai dugaan dan terkaan memasuki pikiran keduanya, syukurlah kini Zia dia lihat dalam keadaan baik-baik saja.
"Kenapa lama? Tidur ya?" Zidan bertanya sehalus itu.
"Eh enggak, aku tadi cuci muka ... maaf ya buat kamu nunggu, cepet masuk."
Bukan tanpa alasan dia menarik Zidan secepat itu, akan tetapi sepatu Mikhail di sana dia takutkan akan disadari Zidan jika terlalu lama.
"Kamu baik-baik saja kan? Perasaanku sedikit tak nyaman, Zi."
Zidan mengungkapkan kegundahan hatinya. Pria itu menatap sang kekasih begitu dalam. Memerhatikan tubuh wanitanya yang memang terlihat kurus, sejak dahulu memang begitu sebenarnya.
"Hm baik-baik saja kok ... kamu nggak mau?" tanya Zia menawarkan roti bakar yang tadi dibawakan Zidan untuknya.
"Enggak, kamu aja."
Kekasihnya sekhawatir itu dan dia terlihat memang baik-baik saja. Zidan menghela napas lega, mungkin perasaan itu muncul akibat kekhawatiran berlebihnya tadi malam.
-
.
.
.
"Kapan selesainya?"
Sudah hampir satu jam, dan Mikhail masih bertahan di dalam kamar mandi. Sesak mulai dia rasakan, tidak nyaman jelas saja sejak tadi. Meski di sana terdapat ventilasi tetap saja dia merasa tersiksa di ruang sempit itu.
Segala posisi sudah dia coba, duduk, berdiri, bersandar bahkan hampir saja dia ingin berbaring. Bosan sekali rasanya, akan tetapi hati kecilnya benar-benar tunduk dan takut untuk keluar padahal dirinya bukan selingkuhan.
"Kapan kau pulang, Bangshat!! Lama sekali," gumam Mikhail seraya memukul angin.
Gelak tawa mereka terdengar nyata di telinga Mikhail, dan tentu saja hatinya kesal sekali. Ingin rasanya dia keluar dan mengacaukan pertemuan mereka.
Satu menit, dua menit, tiga menit hingga kini kesabarannya hampir habis barulah pintu itu terbuka dan tampaklah wajah Zia dengan tatapan penuh kekhawatiran di sana.
"Lama ya, Pak?"
"Haruskan aku menjawab pertanyaan konyolmu itu?!" sentak Mikhail kemudian berlalu keluar, kepalanya terasa sakit dan dia butuh pasokan oksigen dari ruangan yang lebih luas.
"Kamu sengaja membuatku hampir kehabisan napas di sana?"
Mikhail duduk dan bersandar di tepian tempat tidur. Jujur saja dia cukup lelah, tatapan tajam itu dia layangkan. Zia mendekat dengan secuil ketakutan dalam benaknya, karena dari wajah Mikhail memang terlihat jelas jika dia tersiksa.
"Maaf, Pak ... saya tidak mungkin mengusir pacar saya, dia akan lebih curiga nanti."
"Katakan saja kalian masih ingin bercumbu," sela Mikhail tanpa menatap lawan bicaranya, berbicara dengan nada dingin dan dia terlihat berbeda.
Valenzia enggan menimpali ucapan Mikhail, suasana hati pria itu belum baik-baik saja. Tampak jelas dari cara dia merogoh ponsel dan mengecek sesuatu di sana, kasar sekali.
Cukup lama dia biarkan Mikhail berdiam diri tanpa mengucapkan apa-apa, sementara dia kini menata beberapa buku di meja belajar Erika. Mencari kesibukan agar tak terasa canggung.
"Aku pergi," ucapnya tiba-tiba sudah berdiri di samping Valenzia, entah kapan pria itu bergerak hingga Zia sama sekali tidak sadar.
"Hm, hati-hati," jawabnya sopan sembari mendongak karena memang jika berbicara hendaklah menatap lawan bicaranya.
Mikhail mengangguk dan sejurus kemudian meraih tengkuk Valenzia tanpa aba-aba. Pria itu menunduk dan meraup bibir ranum Zia begitu lembutnya, wanita itu belum terbiasa dengan perlakuan begini jelas saja berdegub kencang.
Ini bukan ciuman biasa, Mikhail tidak mungkin rela jika merasakannya sekilas sebelum benar-benar berpisah. Dia memperdalam ciumannya dan menggigit bibir itu hingga membuat Zia merasakan sedikit sakit.
"Hukuman, kamu membuatku hampir kehabisan napas karena menunggu," ucapnya mengusap bibir Valenzia yang kini basah dengan jemarinya.
"Bapak jangan modus ya." Sedikit gugup dia mengatakannya namun batinnya menginginkan hal itu dari Mikhail.
"Hahah! Jngan suka begadang, kantung matamu jelas sekali, Zia," ucapnya kemudian setelah sempat tertawa sumbang.
Mikhail mengelus pipi Zia lembut, tatapannya seteduh ini dan membuat Mikhail terlihat seperti dua pria yang berbeda. Sementara Zia, dia masih diam saja dan tidak merespon ucapan Mikhail, dia masih gugup dan tidak bisa bersifat biasa saja.
Tbc
Author bawa rekomendasi lagi pagi hari ini, mampir ya ke cerita temen aku🤗