Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Bryan masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai bawah. Pria dengan postur tubuh tinggi dan atletis itu terlihat stylish. Dengan memakai pakaian serba hitam, Bryan tampak gagah. Otot-otot lengannya terlihat sempurna. Bryan sengaja turun lewat lift supaya tidak di lihat anggota keluarganya yang lain, terutama Flora sang Kakak. Kebetulan malam ini Flora dan Daniel sedang ada di rumah utama. Bryan sangat malas kalau harus berurusan dengan Kakaknya yang terkadang kelewat kepo itu.
Niat hati ingin menghindari anggota keluarganya agar tidak di tanya-tanya, Bryan malah bertemu Kakaknya di depan pintu lift. Rupanya sang Kakak ingin naik ke lantai atas bersama Daniel. Padahal tadi semua orang sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Kamu mau kemana Dek.?" Flora menatap penasaran. Jiwa keponya meletup-letup, pasalnya Bryan sangat jarang keluar malam, apalagi dengan cara mengendap-endap tanpa pamit pada orang rumah. Bagaimana Flora tidak curiga.
"Kumpul sama temen, mau bahas bisnis." Jawab Bryan seraya keluar dari lift.
"Kumpul sama temen atau ketemu cewek.?" Goda Flora. "Bener kan ketemu cewek.? Soalnya kamu jarang keluyuran malem. Mana rapi, wanginya juga kecium dari jarak sepuluh meter." Flora pura-pura mengendus-endus, padahal aroma parfum Bryan langsung tercium sejak pintu lift terbuka. Bisa di bayangkan sebanyak apa Bryan menyemprotkan parfum mahal ke tubuhnya.
"Cewek dari mana.! Jangan bikin gosip." Ketus Bryan. Dia hendak pergi, tapi Flora terus menyerocos menggodanya.
"Sayang, apa kamu percaya kalau Bryan ketemu temen cowoknya.?" Tanya Flora pada suaminya. Nada bicaranya seolah sedang meledek Bryan.
”Aku nggak pernah serapi dan sewangi ini kalau cuma kumpul sama cowok." Jawab Daniel. Flora tersenyum puas mendengar jawaban suaminya yang seperti berada di pihaknya.
Sementara itu, Bryan melirik sebal pada Kakak iparnya. "Kak Daniel jangan jadi provokator.!" Sewot Bryan. "Istri dan suami sama saja, Sama-sama menjengkelkan.!" Cibirnya kemudian bergegas pergi. Bryan malas menanggapi pertanyaan-pertanyaan Kakaknya. Kalau tidak buru-buru pergi, Flora bisa semakin menjadi meledeknya. Emak-emak 2 anak itu terlalu kepo dengan urusan orang. Meski orang itu adalah adiknya.
"Sayang, Bryan mencurigakan kan.? Jangan-jangan dia sudah punya pacar." Ucap Flora seraya menatap punggung lebar adiknya yang kian menjauh.
"Kamu mau aku ikutin Bryan.?" Tawar Daniel. Flora berfikir sejenak, dia bingung membiarkan Daniel mengikuti Bryan atau membiarkannya saja.
"Menurut Mas gimana.?" Tanya Flora meminta pendapat.
...******...
Di tempat lain, Bryan sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di rumah 3 lantai yang tidak terlalu besar, jika di bandingkan dengan rumah megahnya.
Mobil mewah Bryan menepi di depan rumah tersebut. Pria itu merogoh ponsel dari saku celananya, kemudian mengetikkan pesan pada Annelise.
Di dalam kamar, Annelise langsung mengambil ponselnya yang bergetar. Dia membuka chat dari Bryan.
'Cepat keluar.! Aku sudah di depan rumah.'
Annelise mendengus kesal membaca pesan ketus dari atasannya. Dia menyempatkan membalas pesan dari Bryan saat masih memoles makeup tipis.
'Sebentar Pak.'
Balas Annelise. Baru saja meletakkan ponsel, dia kembali mendapat pesan dari Bryan.
'Sekarang Annelise.!'
"Ya ampun, pria ini benar-benar menjengkelkan.!" Annelise menggerutu kesal dengan sikap Bryan yang sangat pemaksa dan tidak sabaran.
'5 menit lagi. Sekarang bukan jam kerja Pak, jadi nggak harus tepat waktu.'
Setelah mengirimkan balasan itu, Annelise meletakkan kembali ponselnya di atas meja rias, kemudian melanjutkan makeupnya yang sempat tertunda gara-gara membalas chat dari Bryan.
'Kesabaran ku cukup buruk untuk menunggu.!!'
Annelise melirik ponselnya yang kembali bergetar, dia mengabaikan pesan Bryan karna masih sibuk mempercantik wajahnya agar terlihat segar. Walaupun Annelise terpaksa bertemu Bryan, rasanya tidak mungkin Annelise tampil apa adanya. Sedangkan Annelise sangat paham selera Bryan dalam berpakaian. Sekarang saja sudah ada bayangan di kepala Annelise tentang style Bryan. Bosnya itu sudah pasti sangat keren dengan semua barang branded yang melekat di tubuh atletisnya. Kalau Annelise tidak berusaha mengimbangi penampilannya, dia dan Bryan akan terlihat seperti langit dan bumi di mata orang-orang. Annelise tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri.
'Annelise.!'
Chat dari Bryan kembali masuk. Annelise berdecak kesal, tapi tetap mengabaikannya sampai dia selesai make up.
Annelise lantas membalas Chat Bryan sembari berjalan keluar dari kamar.
'Saya keluar sekarang.'
...******...
Raut wajah Bryan tampak menyeramkan dengan mata melotot tajam. Sejauh ini hanya Annelise yang berani membuatnya menunggu.
"Berani sekali menyuruhku menunggu.!" Ketus Bryan ketika Annelise masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam.
Annelise menghela nafas. "Kalau nggak bisa nunggu, kenapa tadi Pak Bryan nggak pulang saja." Jawab Annelise.
Bola mata Bryan semakin melotot di buatnya. Pria itu tidak membalas perkataan Annelise, dia segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukan dengan kecepatan tinggi.
Annelise menatap Bryan tak percaya. Dia berpegangan pada pinggirkan kursi karna takut.
"Pak Bryan.!! Tolong pelankan kecepatannya." Pinta Annelise. Wajah segar Annelise yang baru di make up, kini mulai berubah pucat. Terkadang Annelise memejamkan matanya.
"Tenang saja, kamu nggak akan pindah alam cuma gara-gara mobil ini melaju kencang." Jawab Bryan tanpa menatap Annelise. Seandainya Bryan lihat bagaimana raut wajah Annelise saat ini, mungkin Bryan akan langsung menepikan mobilnya.
"Kedua orang tuaku meninggal karna kecelakaan mobil.!!" Seru Annelise tanpa berani membuka matanya lagi. Dia trauma pada mobil yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Mendengar ucapan Annelise, Bryan langsung menurunkan kecepatan. Pria itu melirik Annelise yang masih memejamkan mata. Bryan baru tau kalau wajah Annelise berubah pucat.
"Sudah aku pelankan." Ucap Bryan. Annelise akhirnya memberanikan diri membuka matanya, dia bernafas lega karna mobilnya hanya melaju dengan kecepatan sedang.
Annelise lantas membuang pandangan ke luar jendela. Ingatannya tertarik ke belakang, teringat pada kejadian tragis yang merenggut nyawa kedua orangtuanya.
Mata Annelise berkaca-kaca, dia hampir menangis namun menahannya. Tidak mungkin dia berani menangis di depan Bryan. Lagipula selama ini Annelise juga tidak pernah menjual kesedihannya di depan orang lain. Dia bersikap tegar di depan semua orang, namun sangat rapuh ketika sedang sendiri dan ingat kedua orang tuanya.
Lamunan Annelise buyar ketika mobil yang dia tumpangi berbelok ke Mall terbesar di pusat kota. Dia tidak menduga Bryan akan mengajaknya ke tempat ramai seperti ini. Annelise pikir hanya akan makan malam di restoran dan di ajak ke tempat sepi. Sebab Bryan menginginkan kontak fisik. Jadi tidak mungkin dilakukan di tempat ramai.
"Kita makan dulu sebelum nonton." Kata Bryan setelah sama-sama turun dari mobil.
"Nonton.?" Ulang Annelise. Dia cukup terkejut karna di ajak nonton. Ini sih mirip gaya pacarannya anak ABG. Pergi makan malam dan nonton.
"Hmm." Bryan hanya berdehem, dia tiba-tiba mendekat ke arah Annelise dan meraih tangannya untuk di gandeng. Annelise membulatkan matanya, tapi dia ingat dengan surat perjanjian yang sudah di tandatangani. Alhasil Annelise hanya diam saja ketika Bryan menggandengnya sampai di restoran yang ada di dalam Mall.
Mungkin semua orang melihat Bryan dan Annelise akan mengira kalau dua sejoli itu benar-benar memiliki hubungan spesial.
...*****...
Yang mau lihat outfitnya Bryan, cuss liat di IG author (Clarissa icha)