Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Perjanjian Terakhir
Setelah nemuin foto misterius di perpustakaan, Lila dan Rina nggak bisa lagi pura-pura tenang. Mereka tau ada sesuatu yang lebih besar di balik gedung tua itu, sesuatu yang ngikutin mereka, dan makin hari makin nyata. Meskipun mereka masih shock, mereka nggak punya pilihan selain ngelanjutin investigasi ini, walaupun setiap langkah terasa makin berbahaya.
Malam itu, di kos Lila, mereka duduk berdua sambil ngelihatin dokumen-dokumen yang mereka temuin. Rina yang biasanya ceria, sekarang lebih banyak diem, sedangkan Lila ngerasa otaknya berputar nggak karuan, mencoba nyambungin setiap potongan informasi yang mereka punya.
“Jadi, gimana sekarang?” Rina akhirnya ngomong, suaranya rendah.
“Kita harus nemuin orang yang tau soal gedung itu,” jawab Lila sambil ngecek ponselnya. “Gue udah kirim pesan ke beberapa orang yang mungkin tau, tapi belum ada jawaban.”
“Lo yakin ini keputusan yang tepat?” Rina nanya lagi, matanya penuh keraguan.
Lila menghela napas panjang. “Gue nggak yakin. Tapi kita nggak bisa diem aja, Rin. Kita udah terlalu jauh buat mundur sekarang.”
Malam makin larut, tapi suasana di kamar kos Lila nggak kalah tegang. Tiba-tiba, ponsel Lila bergetar lagi. Kali ini, ada pesan baru dari nomor misterius yang sebelumnya ngirim ancaman.
"Kalian semakin dekat. Tapi ingat, ada harga yang harus dibayar."
Lila nunjukin pesan itu ke Rina. Rina yang tadinya udah mulai ngantuk, langsung terbelalak.
“Gue benci banget sama orang ini. Siapa sih dia?!” Rina kesel, nadanya naik.
Lila diem, mukanya serius. “Ini bukan orang biasa, Rin. Kayaknya... ini sesuatu yang lebih dari sekedar ancaman iseng.”
“Kalo gitu, lo mau apa?” Rina nanya dengan suara pelan, matanya mulai terlihat takut lagi.
“Kita harus tetep jalan. Kita harus siap buat hadapin apapun yang bakal terjadi,” jawab Lila, walaupun dalam hatinya dia nggak yakin bisa ngatasin semua ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari berikutnya, Lila dan Rina memutuskan buat balik ke gedung tua itu, kali ini dengan persiapan lebih matang. Mereka bawa senter, kamera, dan juga beberapa alat lain yang mungkin bisa ngebantu mereka di sana. Nggak ada yang tau apa yang bakal mereka temuin, tapi mereka sadar, jawaban dari teror yang terus ngikutin mereka ada di gedung itu.
Mereka tiba di depan gedung tua menjelang sore. Matahari mulai tenggelam, bikin bayangan gedung itu semakin mencekam. Aura aneh yang selalu mereka rasain waktu ngeliput di sini kembali terasa. Udara di sekitar gedung lebih dingin, bahkan lebih sunyi dari sebelumnya.
“Kita beneran mau masuk lagi ke sini?” Rina nanya, jelas dari nadanya dia takut setengah mati.
“Kita harus, Rin,” jawab Lila, mencoba menenangkan diri sendiri juga.
Mereka ngelangkah masuk dengan hati-hati, senter di tangan mereka menerangi lorong-lorong gelap yang dipenuhi debu. Suara langkah kaki mereka bergema di dalam gedung yang terasa seperti kosong tapi penuh. Rasa takut mulai menyeruak di hati mereka lagi, tapi kali ini, mereka nggak boleh mundur.
“Kita mulai dari tempat yang dulu,” kata Lila pelan.
Mereka jalan menuju ruangan tempat mereka pertama kali liat bayangan hitam itu. Setiap langkah terasa makin berat, suasana makin suram. Dan saat mereka sampai di depan ruangan itu, pintunya tiba-tiba kebuka sendiri, dengan suara berdecit yang bikin bulu kuduk merinding.
“Mampus, Lil. Ini nggak normal,” bisik Rina sambil mundur sedikit.
Lila berusaha tetap tenang, walaupun jantungnya berdetak kencang. “Kita udah sejauh ini. Ayo masuk.”
Dengan langkah pelan, mereka masuk ke dalam ruangan itu. Ruangan yang dulu terasa asing, sekarang malah terasa semakin janggal. Dinding-dinding yang penuh debu, langit-langit yang retak, semuanya terasa kayak ngandung sesuatu yang nggak kasat mata.
Di tengah ruangan, mereka ngeliat sesuatu yang nggak mereka sadari sebelumnya. Ada tanda-tanda aneh di lantai, kayak simbol-simbol yang nggak jelas artinya. Simbol-simbol itu seperti diukir dengan sangat hati-hati, tapi juga penuh makna gelap.
“Apa ini?” Rina bertanya, suaranya gemetar.
Lila jongkok, ngelihatin simbol-simbol itu dengan seksama. “Kayaknya... ini semacam ritual. Mungkin dulu gedung ini dipake buat sesuatu yang nggak bener.”
Tiba-tiba, udara di dalam ruangan berubah. Terasa lebih dingin, lebih berat, dan lebih mencekam. Lampu senter mereka mulai berkedip-kedip, dan dari sudut ruangan, mereka bisa denger suara langkah kaki pelan. Tapi nggak ada siapa-siapa di sana.
“Lil, gue rasa kita harus cabut,” Rina mulai panik, suaranya bergetar.
Tapi sebelum mereka sempet ngambil langkah, pintu ruangan itu menutup dengan keras. Suara dentuman pintu bikin mereka berdua lompat kaget. Dan saat mereka mau bergerak, bayangan hitam yang pernah mereka lihat muncul lagi. Kali ini, bayangan itu lebih jelas, lebih nyata.
Bayangan itu berdiri di ujung ruangan, tinggi, dengan bentuk yang sulit diidentifikasi. Matanya yang kosong menatap mereka, dan perlahan, bayangan itu mulai bergerak mendekat.
“Lila, kita harus keluar sekarang!” Rina berteriak.
Tapi Lila nggak bisa bergerak. Kakinya seperti tertahan di tempat, matanya nggak bisa lepas dari sosok bayangan itu. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang menariknya ke dalam kegelapan.
Bayangan itu terus mendekat, langkahnya pelan tapi pasti. Dan saat jaraknya hanya beberapa meter dari mereka, sosok itu berhenti. Udara di sekitar mereka terasa semakin dingin, dan tiba-tiba, sosok itu menghilang begitu saja. Tanpa suara, tanpa jejak.
Lila dan Rina berdiri terpaku, napas mereka terengah-engah. Mereka nggak percaya dengan apa yang baru aja terjadi.
“Gila, Lil. Gue nggak tahan lagi. Kita harus keluar dari sini sekarang!” Rina panik, menarik lengan Lila.
Mereka berdua lari keluar gedung, napas mereka tersengal-sengal. Tapi walaupun mereka udah di luar, perasaan takut itu nggak hilang. Mereka tau, ini belum selesai.
“Ini lebih besar dari yang kita kira, Rin. Ada sesuatu di sini yang nggak bisa kita lawan,” kata Lila sambil mengatur napas.
Rina ngangguk. “Tapi kita nggak bisa diem aja. Kita harus cari cara buat ngakhirin ini semua.”
Dan dengan itu, mereka tau bahwa pertempuran sebenarnya baru aja dimulai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
aduhh pertempuran bagaimana yah guys
jadi bikin takut nihhhh!! 😱