NovelToon NovelToon
Takhta Terakhir Endalast Ganfera

Takhta Terakhir Endalast Ganfera

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nabilla Apriditha

— END 30 BAB —

Endalast Ganfera duduk di depan cermin besar di kamarnya, memandangi bayangannya sendiri. Usianya baru menginjak 15 tahun, tetapi di balik mata dan rambut merahnya, ada kedewasaan yang tumbuh terlalu cepat. Malam ini adalah ulang tahunnya, dan istana penuh dengan sorak-sorai perayaan.

Endalast tersenyum, tetapi matanya masih mengamati kerumunan. Di sudut ruangan, dia melihat pamannya, Lurian. Ada sesuatu dalam sikap dan tatapan Lurian yang membuat Endalast tidak nyaman. Lurian selalu tampak ambisius, dan ada desas-desus tentang ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Thalion.

Lurian berpaling dan berbicara dengan bangsawan lain, meninggalkan Endalast dengan perasaan tidak enak. Dia mencoba menikmati perayaan, tetapi kecemasan terus mengganggunya. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari luar, oh tidak apa yang akan terjadi??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabilla Apriditha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25: Fakta Unik Tak Terduga

.......

.......

.......

...——————————...

Di istana Ganfera, persiapan untuk perjalanan Endalast ke Verqeon sedang berlangsung dengan penuh semangat. Para pelayan sibuk mengemas barang-barang dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. 

Endalast, dengan senyumnya yang semakin sering terlihat akhir-akhir ini, tengah merencanakan setiap detail perjalanan. Dia telah memutuskan untuk membawa Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron bersamanya. 

Kegembiraan Endalast terasa di seluruh istana, terutama saat dia menerima dan membaca surat-surat dari Jatra dengan antusias. Namun, di balik suasana yang ceria ini, keempat teman dekat Endalast mulai merasakan kekhawatiran. 

Mereka memperhatikan betapa seringnya Endalast tersenyum setiap kali menerima surat dari Jatra dan bagaimana dia segera membaca surat itu, seolah-olah itu adalah prioritas utama meskipun di tengah kesibukan.

Suatu sore, ketika Endalast sibuk di ruangannya, Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron berkumpul di salah satu sudut istana untuk berbicara diam-diam. Mereka saling bertukar pandang dengan raut wajah yang serius.

"Apakah kalian memperhatikan perubahan pada Endalast akhir-akhir ini?" tanya Sir Arlon, memulai percakapan.

Sir Cedric mengangguk. "Ya, dia selalu tampak lebih bahagia, dan setiap kali menerima surat dari Jatra, dia langsung membacanya dengan penuh semangat."

Sir Alven, yang lebih tenang, menambahkan, "Aku juga memperhatikan hal itu. Tetapi, apa yang sebenarnya kita bicarakan di sini? Tidak mungkin ada sesuatu yang tidak benar, bukan?"

Jenderal Eron, yang biasanya tegas dan lugas, tampak sedikit ragu. "Aku juga tidak ingin berpikir buruk, tetapi perubahannya sangat mencolok. Apakah mungkin... apakah mungkin Endalast menyukai Jatra? Maksudku, lebih dari sekadar teman?"

Keempatnya terdiam sejenak, merenungkan kemungkinan itu. Mereka tahu bahwa persahabatan antara Endalast dan Jatra sangat erat, tetapi apakah mungkin ada perasaan yang lebih dalam di balik semua itu?

Sir Arlon, yang paling bijaksana di antara mereka, akhirnya berbicara. "Jika itu benar, kita harus memastikan bahwa Endalast tidak melakukan sesuatu yang bisa membahayakan dirinya atau kerajaannya. Meskipun Jatra adalah pria baik, dunia ini tidak selalu menerima hubungan seperti itu dengan mudah."

Sir Cedric mengangguk setuju. "Kita harus melindungi Endalast, baik dari dunia luar maupun dari dirinya sendiri. Jika ada perasaan yang tidak semestinya, kita harus membantu dia mengatasinya."

Sir Alven, yang lebih tenang, mencoba mencari sisi positif. "Tapi mungkin kita hanya berlebihan. Mungkin mereka hanya memiliki ikatan persahabatan yang sangat kuat. Kita harus bicara dengan Endalast secara hati-hati."

Jenderal Eron menghela napas. "Aku setuju. Kita harus menemukan cara untuk berbicara dengan Endalast tanpa membuatnya merasa terpojok atau malu."

Dengan rencana itu, mereka sepakat untuk berbicara dengan Endalast setelah persiapan perjalanan selesai. Mereka berharap bisa mendapatkan klarifikasi langsung dari rajanya dan, jika perlu, memberikan dukungan yang diperlukan.

Saat malam tiba, Endalast sedang memeriksa daftar barang-barang yang akan dibawa dalam perjalanan. Ketukan lembut di pintu ruangannya membuatnya menoleh.

"Masuk," katanya dengan suara ramah.

Pintu terbuka, dan Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron masuk ke dalam. Endalast tersenyum melihat mereka. "Ada apa, teman-teman? Apakah ada yang perlu kita diskusikan?"

Sir Arlon mengambil langkah maju dan berbicara mewakili mereka. "Endalast, ada sesuatu yang ingin kami bicarakan denganmu. Ini tentang hubunganmu dengan Pangeran Jatra."

Endalast mengerutkan kening, sedikit terkejut. "Apa maksudmu?"

Sir Cedric melanjutkan, "Kami telah memperhatikan bahwa kau tampak sangat bahagia setiap kali menerima surat dari Jatra. Kami hanya ingin memastikan bahwa tidak ada perasaan yang lebih dalam yang mungkin tidak semestinya."

Endalast terdiam sejenak, merenungkan kata-kata mereka. Akhirnya, dia tersenyum tipis. "Aku mengerti kekhawatiran kalian. Jatra adalah teman yang sangat baik, dan aku sangat menghargai persahabatan kami. Tapi, percayalah, perasaanku terhadap Jatra murni persahabatan. Tidak lebih dari itu."

Sir Alven, yang merasa lega, berkata, "Kami hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, Endalast. Kami semua peduli padamu."

Endalast mengangguk, tersentuh oleh perhatian teman-temannya. "Terima kasih. Aku menghargai kekhawatiran kalian. Persahabatan dengan Jatra sangat berharga bagiku, dan aku tidak ingin ada kesalahpahaman."

Jenderal Eron menambahkan, "Kami akan selalu mendukungmu, apapun yang terjadi."

Dengan percakapan itu, keempat temannya merasa lega dan lebih tenang. Mereka tahu bahwa Endalast memiliki pemahaman yang jelas tentang hubungannya dengan Jatra dan bahwa persahabatan mereka adalah sesuatu yang positif.

Di tengah kesunyian ruangan, Endalast mulai memikirkan hubungannya dengan Jatra. Apakah benar dia hanya melihat Jatra sebagai teman? Mengapa setiap kali Jatra tersenyum, hatinya terasa lebih ringan? Mengapa setiap kali mereka bertemu, Endalast merasa damai? Pertanyaan-pertanyaan ini mulai berputar di pikirannya, membuatnya merasa gelisah.

Endalast berjalan ke arah jendela, melihat ke luar dengan tatapan kosong. Dia mengingat kembali momen-momen yang telah mereka lalui bersama. Senyum Jatra yang selalu membuatnya tersenyum, tatapan mata Jatra yang dalam dan penuh perhatian, dan suara lembutnya yang selalu menenangkan.

Endalast tidak bisa mengabaikan perasaan hangat yang selalu muncul setiap kali dia bersama Jatra. Sebuah ingatan khusus tiba-tiba muncul di benaknya, saat mereka berjalan bersama di taman istana. Jatra, dengan sikapnya yang ceria, bercerita tentang masa kecilnya. Tanpa disadari, Jatra tersandung dan hampir terjatuh. 

Secara refleks, Endalast menangkapnya, memegang erat tubuh Jatra yang rapuh. Momen itu hanya berlangsung beberapa detik, tapi terasa begitu lama bagi Endalast. Sentuhan itu, meskipun singkat, meninggalkan bekas yang mendalam.

Endalast memejamkan mata, mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu bahwa perasaan ini tidak normal, atau setidaknya, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh dunia di sekitarnya. 

Dia adalah seorang pangeran, pewaris takhta Ganfera, dan memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kerajaannya. Bagaimana mungkin dia memiliki perasaan seperti ini pada seorang laki-laki, sahabatnya sendiri?

Namun, semakin dia mencoba menolak perasaannya, semakin kuat perasaan itu muncul. Dia teringat senyum Jatra yang selalu bisa membuat harinya lebih cerah. Dia teringat tatapan lembut Jatra yang selalu bisa menenangkan hatinya yang gelisah. 

Dan dia teringat momen-momen dimana Jatra yang sembrono hampir terjatuh, dan dia selalu ada di sana untuk menangkapnya, seperti sebuah refleks yang tak bisa dia kendalikan.

Endalast merasa kebingungan. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan ini, tapi dia juga tidak tahu bagaimana harus menghadapinya. Apakah dia benar-benar menyukai Jatra? Ataukah ini hanya ilusi dari pikirannya yang kelelahan? Dia tidak tahu jawabannya, dan itu membuatnya semakin gelisah.

Malam itu, Endalast memutuskan untuk menulis surat kepada Jatra. Dia berharap dengan menulis, dia bisa memahami perasaannya dengan lebih baik. Dalam suratnya, dia berusaha menuliskan apa yang dia rasakan, meskipun sulit.

"Jatra yang terhormat,

Aku harap surat ini menemukanmu dalam keadaan baik. Aku merasa perlu menulis kepadamu karena ada banyak hal yang ingin kusampaikan, hal-hal yang mungkin belum pernah kita bicarakan sebelumnya.

Kau tahu, selama ini aku selalu merasa damai setiap kali bersamamu. Senyummu selalu bisa membuat hariku lebih cerah, dan tatapan lembutmu selalu bisa menenangkan hatiku yang gelisah. Aku selalu merasa nyaman berada di dekatmu, seolah-olah dunia ini hanya milik kita berdua.

Namun, belakangan ini, aku mulai merasa kebingungan dengan perasaanku sendiri. Setiap kali aku melihatmu, ada perasaan hangat yang muncul di hatiku, perasaan yang sulit untuk kujelaskan. Aku tidak tahu apakah ini hanya ilusi dari pikiranku yang kelelahan, ataukah ini adalah sesuatu yang lebih dalam.

Aku tahu bahwa dunia ini mungkin tidak selalu menerima hubungan seperti ini dengan mudah, dan itu membuatku merasa takut. Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan perasaanku. Aku berharap kau bisa memahami apa yang aku rasakan, dan jika mungkin, memberikan sedikit pencerahan.

Dengan hormat,

Endalast"

Endalast menatap surat yang telah dia tulis, merasa sedikit lega setelah menuangkan perasaannya ke dalam kata-kata. Dia memutuskan untuk mengirimkan surat itu keesokan harinya, berharap bisa mendapatkan jawaban yang dia butuhkan. 

Namun pagi hari Endalast membatalkan niatnya, dia takut hal ini akan membuat hubungan pertemanan hancur, akhirnya Endalast membakar suratnya dan meninggalkannya.

"Terkadang aku berpikir bahwa Jatra seorang wanita." Ucap Endalast penuh harap.

...——————————...

Hari keberangkatan akhirnya tiba, dan persiapan untuk perjalanan ke Verqeon telah selesai. Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron bergabung dengan Endalast dalam perjalanan ini. Mereka semua merasa lebih tenang dan siap untuk mendukung Endalast dalam segala hal.

Perjalanan mereka ke Verqeon berlangsung lancar, dan mereka tiba di kerajaan itu dengan sambutan hangat dari Raja Reon dan Jatra. Upacara penyambutan diadakan dengan megah, menunjukkan betapa pentingnya kunjungan ini bagi kedua kerajaan.

Setelah upacara, Endalast dan Jatra memiliki kesempatan untuk berbicara secara pribadi. Mereka duduk di taman istana, dikelilingi oleh bunga-bunga yang indah dan suara gemericik air mancur.

"Aku senang kau bisa datang lagi, Endalast," kata Jatra dengan senyum lebar.

Endalast membalas senyuman itu. "Aku juga senang bisa kembali. Persahabatan kita sangat berharga bagiku."

Mereka berbicara tentang banyak hal, dari perkembangan di masing-masing kerajaan hingga rencana masa depan. Persahabatan mereka semakin erat, dan mereka berdua merasa bahwa kunjungan ini adalah langkah penting dalam memperkuat hubungan diplomatik dan pribadi.

Selama beberapa hari berikutnya, Endalast dan teman-temannya menikmati waktu mereka di Verqeon. Mereka berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, termasuk pertemuan diplomatik, pelatihan militer, dan acara sosial. Setiap momen dihabiskan dengan penuh kebersamaan dan kerja sama.

Pada hari terakhir kunjungan, sebelum mereka kembali ke Ganfera, Raja Reon mengadakan perjamuan perpisahan. Suasana di ruang makan istana penuh dengan kegembiraan dan rasa syukur. Para tamu menikmati hidangan lezat dan berbincang dengan hangat.

Di tengah perjamuan, Raja Reon berdiri dan memberikan pidato. "Endalast, kami sangat berterima kasih atas kunjunganmu. Hubungan antara kerajaan kita telah menjadi lebih kuat dan lebih erat berkat persahabatanmu dengan Jatra. Kami berharap kerjasama ini terus berlanjut dan membawa manfaat bagi kedua kerajaan kita."

Endalast berdiri dan memberikan salam hormat. "Yang Mulia, aku juga merasa sangat terhormat bisa berada di sini. Persahabatan dan kerjasama antara kita adalah fondasi yang kokoh untuk masa depan yang lebih baik. Aku berterima kasih atas semua kebaikan dan keramahan kalian."

Setelah pidato, suasana kembali ceria. Endalast dan Jatra berbicara dengan penuh semangat, merencanakan kunjungan-kunjungan berikutnya dan proyek-proyek kerjasama yang akan mereka jalankan.

Ketika malam semakin larut, perjamuan berakhir. Endalast dan teman-temannya berpamitan kepada Raja Reon dan Jatra. Dengan hati yang penuh rasa syukur dan semangat baru, mereka bersiap untuk perjalanan pulang ke Ganfera.

Perjalanan pulang membawa Endalast dan teman-temannya melewati pemandangan indah yang sama yang mereka nikmati saat datang. Mereka merasa lebih dekat dan lebih terikat satu sama lain setelah kunjungan ini.

Setibanya di Ganfera, Endalast kembali fokus pada tugas-tugasnya sebagai raja. Dia merasa lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melanjutkan misinya membangun perdamaian dan kemajuan bagi kerajaannya.

Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron juga merasa lebih yakin dan siap mendukung Endalast dalam setiap langkahnya. Mereka tahu bahwa dengan persahabatan dan kerjasama yang erat, tidak ada tantangan yang terlalu besar untuk dihadapi.

Hari-hari berlalu, dan Ganfera terus berkembang di bawah kepemimpinan Endalast. Persahabatan dengan Jatra dan dukungan dari teman-temannya menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi Endalast.

Dengan semangat yang tak tergoyahkan, mereka bersama-sama membangun masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan bagi semua.

Selama beberapa hari kunjungan Endalast di Verqeon, Jatra menjadi semakin sering mencari alasan untuk terus bersama Endalast. Mereka menghabiskan waktu bersama dalam berbagai kegiatan, mulai dari pelatihan militer hingga kunjungan ke berbagai tempat di kerajaan.

Keakraban mereka semakin terlihat, dan hal ini tidak luput dari perhatian Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron. Teman-teman Endalast mulai merasa khawatir dan curiga.

Mereka memperhatikan bagaimana Jatra selalu berusaha untuk berada di dekat Endalast, bahkan ketika tidak ada kegiatan resmi yang mengharuskan mereka bersama. Kekhawatiran mereka semakin bertambah ketika melihat betapa bahagianya Endalast setiap kali berada di dekat Jatra.

Pada suatu malam, ketika Endalast sedang beristirahat, keempat teman dekatnya memutuskan untuk berbicara secara langsung dengan Jatra.

Mereka ingin memastikan apa yang sebenarnya terjadi antara Jatra dan Endalast, dan apakah dugaan mereka benar bahwa Jatra memiliki perasaan khusus terhadap Endalast.

Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron mengundang Jatra ke sebuah ruangan di istana untuk berbicara. Mereka merasa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian dan melindungi Endalast dari kemungkinan yang tidak diinginkan.

Jatra tiba di ruangan itu dengan sedikit cemas, namun tetap berusaha tenang. Dia melihat keempat pria itu menatapnya dengan serius. Sir Arlon membuka percakapan dengan nada tegas namun sopan.

"Jatra, kami menghargai persahabatanmu dengan Endalast, tetapi ada sesuatu yang perlu kami tanyakan," kata Sir Arlon. "Kami telah memperhatikan bahwa kau sering mencari alasan untuk bersama Endalast. Apakah kau memiliki perasaan khusus terhadapnya?"

Jatra terdiam sejenak, melihat ke wajah mereka satu per satu. Akhirnya, dia menghela napas panjang dan mengangguk perlahan. "Ya, aku memang memiliki perasaan khusus terhadap Endalast, namun kalian perlu tahu bahwa aku.."

Keempat pria itu tampak terkejut, meskipun mereka sudah menduga jawabannya. Namun, mereka tidak siap untuk apa yang akan terjadi selanjutnya. Jatra, yang sejak awal selalu mengikat rambutnya dengan sejenis kain di kepalanya, mulai melepaskannya.

Dalam sekejap, Jatra berubah menjadi seorang wanita cantik. Rambutnya yang panjang berwarna putih berkilau terurai indah, dan dia juga melepaskan korset yang selama ini menyiksanya. Dengan napas lega, Jatra berdiri di depan mereka sebagai dirinya yang sebenarnya.

HAH? KAU SEORANG WANITA?

Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron benar-benar tidak menyangka apa yang baru saja mereka saksikan. Mereka terdiam, terkejut, dan bingung. Pada saat yang sama, pintu ruangan terbuka, dan Endalast masuk karena mendengar suara ramai.

Endalast berhenti di ambang pintu, terkejut melihat pemandangan di depannya. Ruangan itu menjadi hening total, semua orang terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Endalast melihat ke arah Jatra, yang sekarang berdiri sebagai seorang wanita. Matanya melebar, dan dia berjalan perlahan mendekati Jatra. "Jatra apa itu kamu?"

Jatra menatap Endalast dengan mata penuh harap. "Endalast, aku sebenarnya adalah seorang wanita. Aku menyamar sebagai pria untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabku sebagai pewaris tahta. Tetapi, perasaanku padamu adalah nyata dan tulus."

Endalast terdiam, mencerna semua informasi ini. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berbicara. "Jatra, aku... aku tidak tahu harus berkata apa. Ini semua begitu tiba-tiba."

Sir Cedric, yang biasanya tenang, mencoba menenangkan situasi. "Tuanku, ini adalah kejutan bagi kita semua. Tetapi, yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita akan melanjutkan dari sini."

Sir Arlon menambahkan, "Endalast, kami hanya ingin melindungimu. Kami tidak tahu bahwa Jatra adalah seorang wanita, dan kami ingin memastikan bahwa perasaannya terhadapmu tidak akan membahayakanmu atau kerajaannya."

Jatra, yang sekarang lebih tenang setelah mengungkapkan identitas aslinya, berbicara dengan suara tegas namun penuh harap. "Endalast, aku mengerti jika kau merasa bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Tetapi, perasaanku padamu adalah nyata. Aku hanya ingin kau tahu itu."

Endalast mengangguk perlahan, masih mencoba mencerna semua ini. "Jatra, aku menghargai kejujuranmu. Kita akan perlu waktu untuk memahami semua ini dan memutuskan apa yang terbaik untuk kita dan kerajaan kita."

Keempat temannya mengangguk setuju. Mereka semua menyadari bahwa ini adalah situasi yang rumit dan membutuhkan pemikiran yang matang. Mereka semua berjanji untuk mendukung Endalast dalam setiap langkah yang dia ambil.

Malam itu menjadi titik balik dalam hubungan antara Endalast dan Jatra. Mereka berdua tahu bahwa mereka harus berdiskusi lebih lanjut tentang masa depan mereka dan bagaimana hal ini akan mempengaruhi kerajaan mereka.

Namun, satu hal yang pasti, mereka memiliki dukungan penuh dari teman-teman mereka yang setia. Beberapa hari berikutnya dihabiskan dengan diskusi yang mendalam antara Endalast dan Jatra.

Mereka berbicara tentang masa lalu Jatra, bagaimana dia harus menyamar sebagai pria untuk melindungi posisinya sebagai pewaris tahta, dan bagaimana perasaannya terhadap Endalast berkembang.

Endalast dan yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati. Dia memahami beban yang telah Jatra tanggung selama ini dan mengagumi keberanian serta keteguhannya. Meskipun situasinya rumit, Endalast merasa ada kejelasan dalam hatinya tentang perasaannya terhadap Jatra.

Akhirnya, mereka berdua mencapai kesepakatan. Mereka akan terus memperkuat persahabatan dan kerjasama antara kerajaan mereka, sementara mereka juga mengeksplorasi perasaan mereka secara pribadi.

Mereka setuju untuk melakukannya dengan penuh kehati-hatian, agar tidak menimbulkan kegaduhan atau kerugian bagi kedua kerajaan.

Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron juga merasa lega dengan keputusan ini. Mereka semua berjanji untuk mendukung Endalast dan Jatra, memastikan bahwa mereka dapat menjalani hubungan ini dengan bijaksana dan hati-hati.

Ketika saatnya tiba bagi Endalast untuk kembali ke Ganfera, Jatra mengantarnya bersama Raja Reon dan para pejabat kerajaan lainnya. Suasana perpisahan penuh dengan rasa syukur dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Endalast memberikan pelukan hangat kepada Jatra, merasa lebih dekat dengan temannya ini daripada sebelumnya. "Jatra, terima kasih atas semua yang kau bagikan denganku. Aku berjanji akan selalu mendukungmu, apa pun yang terjadi."

Jatra tersenyum, matanya berbinar dengan rasa syukur. "Endalast, aku juga akan selalu mendukungmu. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kedua kerajaan kita."

Dengan perpisahan yang penuh dengan harapan dan komitmen, Endalast kembali ke Ganfera. Dia merasa lebih kuat dan lebih yakin dalam menjalani perannya sebagai raja, dengan dukungan dari teman-temannya dan persahabatan yang semakin erat dengan Jatra.

Setibanya di Ganfera, Endalast langsung kembali ke tugas-tugas kerajaannya. Namun, kali ini dia merasa ada semangat baru dalam dirinya. Dia tahu bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada.

Dia memiliki teman-teman setia yang selalu siap mendukungnya, serta persahabatan yang berharga dengan Jatra yang memberikan kekuatan tambahan.

Sir Arlon, Sir Cedric, Sir Alven, dan Jenderal Eron juga merasa lebih tenang dan siap untuk mendukung Endalast dalam setiap langkahnya.

Mereka tahu bahwa situasi ini tidak mudah, tetapi mereka percaya bahwa dengan kebijaksanaan dan kehati-hatian, mereka dapat mengatasi semua tantangan yang ada.

Hari-hari berlalu, dan Ganfera terus berkembang di bawah kepemimpinan Endalast. Dia bekerja dengan tekun untuk menciptakan perdamaian dan kemajuan bagi kerajaannya, sambil tetap menjaga hubungan baik dengan Verqeon dan memperkuat persahabatan dengan Jatra.

Setiap kali menerima surat dari Jatra, Endalast merasa semangatnya semakin berkobar. Dia tahu bahwa persahabatan dan dukungan dari Jatra adalah sumber kekuatan yang tak ternilai harganya.

Mereka terus berkomunikasi dan berbagi pandangan, saling mendukung dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada.

Sementara itu, Jatra juga merasakan dukungan yang luar biasa dari Endalast. Dia merasa lebih kuat dan lebih yakin dalam menjalani perannya sebagai pewaris tahta Verqeon.

Dengan dukungan dari Endalast dan teman-teman yang setia, dia tahu bahwa dia dapat menghadapi semua tantangan dengan keberanian dan keteguhan hati.

Dalam setiap pertemuan diplomatik dan acara resmi, Endalast dan Jatra selalu menunjukkan sikap profesional dan penuh kehormatan. Namun, di balik semua itu, mereka tahu bahwa mereka memiliki ikatan yang kuat dan persahabatan yang tak tergoyahkan.

1
Carletta
keren
RenJana
lagi lagi
Lyon
next episode
Candramawa
up
NymEnjurA
lagi lagi
Ewanasa
up up
Alde.naro
next update
Sta v ros
keren bener
! Nykemoe
cakep up up
Kaelanero
bagus banget
AnGeorge
cakep
Nykelius
bagus top
Milesandre``
lagi thor
Thea Swesia
up kakak
Zho Wenxio
kece up
Shane Argantara
bagus
☕️ . . Maureen
bagus banget ceritanya
Kiara Serena
bagus pol
Veverly
cakep
Nezzy Meisya
waw keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!