NovelToon NovelToon
Hubungan Tak Seiman

Hubungan Tak Seiman

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Ketika cinta hadir di antara dua hati yang berbeda keyakinan, ia mengajarkan kita untuk saling memahami, bukan memaksakan. Cinta sejati bukan tentang menyeragamkan, tetapi tentang saling merangkul perbedaan. Jika cinta itu tulus, ia akan menemukan caranya sendiri, meski keyakinan kita tak selalu sejalan. Pada akhirnya, cinta mengajarkan bahwa kasih sayang dan pengertian lebih kuat daripada perbedaan yang ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Club malam

Di sebuah malam yang sunyi, Tama bersiap untuk melaksanakan sholat. Hatinya terasa berat, pikirannya dipenuhi oleh berbagai dilema. Di satu sisi, dia merasakan tekanan dari ayahnya, Arman, yang ingin menjodohkannya dengan Nisa, anak dari teman lama keluarganya. Namun di sisi lain, hatinya selalu kembali kepada Freya. Ada sesuatu tentang Freya yang tak bisa dia lepaskan, meskipun mereka kini terpisah.

Usai mengangkat takbir dan memulai sholat, Tama mencoba menenangkan dirinya. Setiap gerakan terasa ringan, namun pikirannya tetap penuh dengan pertanyaan dan kebingungan. Ketika dia bersujud, Tama merasakan air mata perlahan mengalir dari sudut matanya. Dalam hatinya, dia berdoa dengan sungguh-sungguh.

"Ya Allah, hamba-Mu memohon petunjuk. Hamba-Mu tersesat dalam keputusan ini. Jika Freya adalah jalan yang benar untuk hamba, mudahkanlah segala urusan kami. Namun jika Nisa adalah pilihan-Mu, berikanlah kekuatan kepada hamba untuk menerima takdir-Mu dengan lapang hati. Hamba tidak ingin menyakiti siapa pun, terlebih lagi Freya. Berikanlah hamba jalan keluar yang terbaik, ya Allah."

Tama menyebut nama Freya dalam doanya, hatinya penuh harap agar segala masalah yang dia hadapi dapat segera menemukan jalan terang. Tama tidak ingin menikah dengan Nisa hanya karena tekanan keluarganya. Dia ingin cinta dan keputusannya didasari oleh ketulusan, bukan paksaan.

Saat dia menyelesaikan doanya, ada ketenangan yang perlahan menyelimuti hati Tama. Meski belum tahu jawaban dari doanya, dia merasa ada kekuatan baru untuk menghadapi hari-hari berikutnya.

Setelah menyelesaikan sholat, Tama masih duduk di atas sajadah, mencoba merenungi perasaannya. Namun, ketenangan yang baru saja ia rasakan seketika terganggu oleh suara ketukan pintu dari ruang tamu. Dari kejauhan, ia mendengar ayahnya, Arman, berbicara dengan suara yang akrab di telinganya, itu suara Danu dan Jeffry, dua teman dekatnya.

Tama menghela napas panjang. Dia tahu Danu dan Jeffry sering mengajaknya pergi keluar untuk melepas penat, terutama saat mereka melihat Tama semakin murung belakangan ini. Benar saja, tak lama kemudian, Danu masuk ke ruang tamu dan melambaikan tangan dengan senyum lebar.

"Tama, ayo ikut kita keluar! Jeffry sudah nunggu di luar. Kita jalan-jalan cari udara segar, sekalian ngobrol-ngobrol," ajak Danu sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.

Tama tersenyum tipis, tapi ia menggeleng pelan. "Maaf, Dan, Jeff, aku lagi nggak mood buat keluar. Ada banyak hal yang harus aku pikirkan."

Danu menatap Tama dengan pandangan penuh perhatian, sementara Jeffry yang masih berdiri di luar pintu hanya mengangkat bahu sambil tersenyum. "Yaelah, Tam, malah makin suntuk kalau kamu diam di rumah terus," kata Danu, mencoba meyakinkan.

Sebelum Tama bisa menjawab, Arman muncul dari belakang dan ikut dalam percakapan mereka. "Tama, keluar aja sama teman-temanmu. Cari udara segar. Kamu terlalu banyak di rumah akhir-akhir ini," kata Arman dengan nada tegas, seperti memberikan perintah.

Tama terdiam sejenak, menatap ayahnya dengan ragu. Meski hatinya masih berat, dia tahu bahwa Arman jarang memintanya untuk melakukan sesuatu tanpa alasan yang kuat. Mungkin, dia memang butuh waktu untuk beristirahat sejenak dari semua pikiran yang membebaninya.

Akhirnya, Tama mengangguk dengan enggan. "Oke deh, aku ikut," katanya sambil berdiri.

Danu dan Jeffry tersenyum puas, sementara Arman mengangguk pelan dari kejauhan. Mereka pun keluar dari rumah, meninggalkan suasana yang selama ini terasa begitu menekan bagi Tama.

Tama, Danu, dan Jeffry tiba di sebuah club malam yang penuh dengan lampu-lampu neon berwarna cerah dan musik DJ yang menggema di setiap sudut ruangan. Tama merasa canggung begitu mereka masuk, karena suasana ini sangat jauh dari gaya hidupnya. Biasanya, ia lebih suka tempat yang tenang untuk merenung, namun malam ini, ia memutuskan untuk melepaskan penat dan mencoba sesuatu yang berbeda.

Danu yang paling antusias. Ia langsung memesan beberapa minuman beralkohol dan dengan senyuman lebarnya, memberikan satu gelas pada Tama. "Ayo, Tam! Kamu perlu ini, biar lebih rileks," kata Danu sambil menepuk punggungnya.

Tama awalnya ragu. Minuman beralkohol bukan sesuatu yang biasa ia konsumsi. Dia mengangkat gelasnya dan menyesap minuman itu. Rasanya pahit dan panas di tenggorokan, tapi Tama tetap meneguknya hingga habis.

Musik DJ yang keras membuat kepala Tama berdenyut pada awalnya. Dentuman bass yang begitu kuat terasa mengguncang tubuhnya, membuatnya sedikit tidak nyaman. Tapi, semakin lama, entah karena pengaruh minuman atau karena ia memaksa dirinya untuk menikmati malam itu, Tama mulai terbiasa dengan irama musik yang berputar-putar di sekelilingnya. Kakinya mulai mengikuti irama, dan tanpa sadar, ia mulai merasa lebih santai.

Danu dan Jeffry, menyadari Tama mulai terbuka, terus menyodorkan gelas demi gelas minuman beralkohol ke arahnya. "Ayo, Tama! Kita rayakan malam ini, lupakan sejenak semua masalah!" kata Jeffry sambil tertawa riang. Tama, yang pada awalnya masih ingin menjaga batas, mulai kehilangan kendali. Setiap kali gelas itu datang, ia meneguknya tanpa berpikir panjang.

"Tambah, Tama!" seru Jeffry menuangkan minuman ke gelas kosong milik Tama.

Di sisi lain, Danu dan Jeffry hanya tersenyum lebar, menikmati momen ini tanpa benar-benar menyadari dampaknya pada Tama. Mereka mengira bahwa mereka hanya membantu Tama melepaskan stres, tetapi Tama sudah melewati batas, dia mabuk berat. Saat itu, semua hal yang selama ini membuatnya tertekan, sejenak lenyap bersama alunan musik dan minuman yang terus mengalir. Namun, di balik semua itu, Tama mulai kehilangan kendali atas dirinya.

***

Freya sedang duduk di ruang kerjanya ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Tama muncul di layar. Freya sedikit terkejut, mengingat Tama jarang meneleponnya sejak mereka jarang berkomunikasi. Tapi, karena penasaran, Freya segera mengangkat telepon tersebut.

“Halo? Tama?” suara Freya terdengar lembut, namun penuh dengan kekhawatiran.

Di ujung sana, suara Tama terdengar kacau. Ia mulai meracau, berbicara tidak jelas, dengan nada yang menunjukkan bahwa dia tidak dalam kondisi sadar.

“Freya ... Freya ... aku ... aku di sini ... di club ... aku butuh kamu ... Jemput aku ... please,” kata Tama dengan suara yang terputus-putus dan tidak jelas.

Freya seketika merasakan kekhawatiran semakin meningkat. Dia tahu ini bukan gaya Tama. Suara Tama yang terdengar mabuk membuatnya sadar bahwa situasinya serius. "Tama, kamu di mana? Club yang mana?" tanya Freya dengan nada tegas, berusaha memastikan tempat Tama berada.

Tama hanya tertawa kecil, dan berusaha menjawab. "Aku ... aku di club ... di club yang Danu bawa aku... aku nggak tau ... tolong, Freya ... jemput aku ... aku nggak mau di sini ..."

Mendengar Tama begitu kacau, Freya langsung mengambil jaket dan kunci mobilnya. Dia tahu dia tidak bisa membiarkan Tama dalam kondisi seperti itu, dan tanpa pikir panjang, dia bersiap untuk pergi menjemputnya.

“Aku akan cari kamu, Tama. Bertahan di sana, oke?” kata Freya sebelum menutup telepon.

Dengan perasaan campur aduk antara khawatir dan sedikit marah, Freya bergegas keluar rumah. Satu hal yang jelas baginya, Tama butuh pertolongan, dan Freya tidak akan meninggalkannya dalam situasi ini. Meskipun mereka mungkin memiliki banyak masalah yang belum terselesaikan, Freya masih peduli pada Tama. Malam ini, dialah yang akan menyelamatkannya dari keadaan yang mungkin akan disesali Tama di kemudian hari.

To be continued....

1
Kas Gpl
terlalu sulit untuk tidak perduliin freya
Kas Gpl
beratkan tama,,,,,
Kas Gpl
paling susah kalo sudah menyangkut keyakinan
Kas Gpl
kyknya buat tama cinta pandangan pertama ya
Kas Gpl
wah mantan gelo itu si rey
Kas Gpl
ada apa dengan freya
Kas Gpl
lanjut, penasaran
Kas Gpl
baru mulai baca, liat dr fb semoga ceritanya menarik
IG: faustinretta: thank you kak❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!