Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 34
...boleh dong klik like dan love nya. apa lagi ngasih vote Ama hadiahnya. ...
...othor bakalan seneng banget deh! ...
Devan pulang ketika hari mulai larut. Bahkan sebagian orang rumah sudah tertidur. Baru saja pria itu sampai teras. Pintu utama langsung terbuka.
Seraut wajah manis, terpampang. Semua rasa lelah dan kalut dalam tubuh Devan hilang seketika. Aira berjalan menghampiri dengan senyum terukir. Tercetak jelas wajah menahan kantuk di sana.
Aira mengamit tangan sang suami dan menciumnya dengan takzim.
"Mas, mau makan dulu atau mandi?" Tanya lembut suara yang Devan rindukan sejak tadi.
"Aku mau makan kamu, Sayang," jawab Devan dengan suara berat.
Deg!
Pipi gadis itu langsung merona. Malu. Wajah Aira pun tertunduk. Devan mengangkat dagu istrinya.
Terlihat jelas di sana rona yang membias wajah ayu istrinya.
Devan mengecup lembut bibir manis yang selama ini jadi candunya. Hanya sebentar. Karena pria itu sangat yakin sekali jika, ia mencium lebih lama. Devan tak akan sanggup menahan gairahnya.
"Aku mau makan kamu. Sayang. Kamu sedang merah," ujar Devan menggoda.
Lagi-lagi Aira tertunduk malu. Entah mengapa. Rasa takut, kecewa dan sedih kini menghilang. Kini berganti dengan deguban kencang secara mendadak. Bahkan seluru bulu kuduknya ikut meremang jika berdekatan dengan suaminya itu.
"Ayo, kita masuk, Mas," ajak Aira sambil melingkarkan tangan ke lengan Devan dengan berani.
Devan sangat menyukai sikap berani yang ditunjukan sang istri. Hatinya begitu lega ketika tidak ada lagi ketakutan dari gadis itu padanya.
Namun setelah menutup pintu dan menguncinya. Aira tersadar. Ia buru-buru melepas gandengannya.
"Maaf," cicitnya pelan.
Devan mengernyit heran. "Kenapa?"
Kini giliran Devan mengaitkan tangan Aira ke lengannya.
"Tidak apa-apa, Sayang. Aku sangat menyukainya," ujarnya sambil mencium lembut pucuk kepala Aira.
Aira tersenyum. Ia mengeratkan rangkulannya pada lengan Devan. Sesekali Devan mencium lembut punggung tangan Aira.
Sampai di kamar. Aira langsung menyiapkan air mandi untuk suaminya. Membantu melepaskan semua pakaiannya. Setelah Devan masuk ke dalam kamar mandi. Aira membawa pakaian kotor Devan ke bawah.
Dipanaskannya makanan untuk Devan. Di tatanya dalam piring dan diletakkan di atas nampan kemudian membawanya ke kamar.
Sampai di kamar. Devan telah selesai mandi. Aira tertegun melihat tubuh tegap sang suami. Kulit kecoklatan itu begitu seksi dengan tetesan air yang membekas. Belum lagi rambut Devan yang basah dan tampak acak-acakan karena habis dikeringkan oleh handuk.
Devan menatap istrinya yang termangu. Sebersit senyum terukir di wajahnya. Dengan berhati-hati ia mengambil nampan dari tangan Aira. Aira terkejut bukan main. Gadis itu langsung memalingkan muka karena ternyata Devan hanya memakai handuk yang menutupi bagian bawahnya.
"Kenapa berpaling, Sayang?" Tanya Devan. Wajahnya mendekati telinga Aira.
"Apakah kau membayangkan sesuatu?" Bisik ya menggoda.
Blush ...
Wajah Aira memerah bak kepiting rebus karena malu.
"Apaan sih Mas. Aira nggak mikirin apa-apa kok!" Ujarnya sedikit kikuk.
Devan terbahak. Entah mengapa hatinya sangat senang melihat segala tingkah yang diperlihatkan padanya.
Devan menaruh nampan di atas meja dekat sofa. Berjalan ke walking closed dan memilih baju kaos. Devan membuka handuknya begitu saja. Aira menahan napas melihat itu. Tapi, ternyata Devan telah mengenakan boxer, Aira pun bernapas lega.
Mendengar dengkusan keras dari Aira. Lagi-lagi Devan tersenyum usil.
"Kenapa kau buang napas sekadar itu, Sayang?" Tanya Devan menyeringai mendekati Aira.
Gadis itu tergagap. Ia sedikit bingung akan pertanyaan suaminya. Devan tiba-tiba memeluknya. Pria itu membelai wajah Aira. Sedangkan sang gadis hanya terdiam terpaku, masih bingung.
Netra Devan menelisik wajah ayu dalam dekapannya. Paras putih dan halus, lengkungan alis hitam dan tebal dan rapi. Sepasang mata besar beriris coklat tua dihiasi bulu mata lentik. Hidung Aira yang mancung dan kecil. Serta bibir sedikit tebal dan berwarna merah muda alami.
Glek ... Devan menelan salivanya. Intinya tiba-tiba mengeras. Aira yang merasa sesuatu mengganjal perutnya berusaha melepas pelukan Devan.
"Biarkan seperti ini dulu," pinta Devan sambil mengerang.
Aira terdiam. Ia tak berani bergerak. Devan mampu menenangkan hasratnya. Sebuah ciuman cepat mendarat di bibir pria itu.
Devan tersentak hingga melepaskan pelukannya. Aira yang terbebas, buru-buru menjauh dari tubuh sang suami. Wajahnya tertunduk malu.
"Mas ... makan dulu, nanti keburu dingin," ujarnya sambil berjalan tergesa menuju sofa.
Devan yang masih tertegun akan kecupan manis sang istri, hanya menatap penuh rasa terkejut Aira.
"Mas!" Devan menoleh.
"Ayo, makan. Nanti keburu dingin!" Devan tersenyum melihat wajah Aira yang sedikit merengut memaksanya.
Devan mendatangi gadis itu. Duduk di sisi sang istri yang melayaninya. Ketika Aira memberikan piring berisi nasi beserta lauk pada Devan. Pria itu menolak. Aira menatapnya dengan wajah sendu.
"Siapin," pinta Devan dengan manja.
Aira tersenyum geli mendengarnya. Sedikit terkikik, ia menyuapi Devan. Pria berwajah tampan dengan tatapan dingin itu, seperti anak penurut dihadapan Aira.
Sepanjang Aira menyuapi Devan, tak hentinya gadis itu tersenyum menahan geli.
Belum habis suapan. Tiba-tiba Devan mengambil sendok dari tangan Aira. Aira menatap pria yang menjadi suaminya dengan heran.
Mengerti akan tatapan Aira yang penuh dengan tanya. Pria itu menjawab dengan enteng.
"Sekarang giliran kamu, yang aku suapin."
Devan menyorong sendok berisi nasi dan lauk. Tadinya, Aira sedikit menolak. Tapi, Devan memaksa. Akhirnya mau tak mau, Aira memakan suapan nasi dari suaminya, hingga habis.
"Kan, jadi Aira yang makan. Mas Devan kenapa makannya sedikit?" Tanya Aira agak sedih, "apa masakan Aira nggak enak ya?"
Devan yang menatap wajah sendu sang istri yang menunduk, langsung mengangkat dagu Aira.
Sontak netra Aira menatap sebuah rasa cinta di mata Devan. Aira tertegun debgn sorot mata suaminya.
"Masakanmu sangat enak. Bahkan lebih enak dari masakan koki bintang lima sekalipun," jawab Devan lembut.
"Aku sengaja, berbagi nasi sepiring berdua itu karena ...," Devan menggantung jawabannya.
Mata Aira langsung menunjukkan penasaran akan jawaban Devan. Pria itu terkikik geli melihat perubahan ekspresi dari mata istrinya.
Devan mengecup bibir Aira. Lama ia membenamkan bibirnya di sana. Ingin sekali ia memagut manisnya. Tapi, Devan takut tak mampu menahan hasratnya.
Devan menyudahi kecupannya. Ia mengambil piring yang telah disusun di atas nampan. Ketika ia hendak berdiri dan membawanya. Tiba-tiba Aira menghentikan aktivitasnya.
"Jangan. Biar Aira saja!"
"Sudah. Diamlah!" Ujar Devan kemudian berdiri dan membawa nampan itu keluar.
Sepeninggalan Devan, hati Aira berdegup kencang. Gadis itu meraba dadanya. Devan kembali, melihat Aira yang meletakkan tangannya di dada, tersenyum.
Pria itu melakukan hal sama dengan kelakuan sang istri. Merasakan debaran yang dari tadi menyerang jantungnya.
Klik!
Aira mendengar pintu yang terkunci. Melihat pria yang berjalan menghampiri. Sebuah tangan mengamit jemarinya lembut.
Devan mendaratkan kecupan di kening Aira.
"Yuk kita bobok!" Titahnya lembut.
Aira berdiri mengikuti Devan dengan tangan masih dalam genggaman pria yang menjadi suaminya itu.
Mereka berdua merebahkan diri di atas ranjang berukuran king size. Menutupi tubuh mereka dengan selimut. Devan langsung memeluk erat tubuh Aira.
Tubuh yang telah lama ia abaikan. Untuk kedua kalinya, pria itu tidur bersama satu ranjang dengan istrinya begitu intim.
Wajah mereka begitu dekat. Napas mereka saling menderu dan mata saling tatap.
"Hmmm ... tidurlah, Sayang. Jangan sampai aku memakanmu!" Titah Devan dengan suara berat.
Aira yang mengerti perlahan menutup matanya. Dalam sekejap, gadis itu sudah berada dalam mimpi.
Devan menatap mata Aira yang menutup. Terasa hembusan napas yang teratur, bertanda gadis itu telah nyaman dalam tidurnya.
Perlahan, bibir Devan mengecupi wajah Aira.
"Sayang ... maafkan aku jika sebelumnya sangat menyakiti dirimu. Sungguh, aku belum merindukan tatapan memujamu," ujar Devan lirih.
Devan membelai pipi Aira. Teringat tangannya yang menampar keras pipi halus itu. Lagi-lagi ia mengecupnya. Tiba-tiba air matanya menetes. Terbit seribu penyesalan di hati.
'Aku berjanji, Sayang. Akan membuatmu memujaku lagi," janji Devan bermonolog dalam hati.
Pria itu mengeratkan pelukannya. Dalam sekejap, ia pun menyusul Aira dalam mimpi.
Bersambung.
Next?
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya