LUNE WALLACE -- soorang wanita cantik yang mengalami koma selama hampir 5 tahun lamanya.
Dia merasa diberikan kesempatan untuk hidup kembali karena ingin mencari cinta dalam hidupnya hingga akhirnya bertemu LOUIS VUITTON KINGSFORD.
(Alur mundur)
Instagram author : @zarin violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
LL 14
"Kau tak boleh main basket dulu sampai kakimu benar benar sembuh! Setidaknya sebulan kau harus benar benar istirahat," Anthony mengucapkan ultimatumnya pada anak bungsunya yang cukup badung itu.
"Dad, ini hanya luka kecil, dan aku harus ikut pertandingan tiga hari lagi" jawab Lune yang masih keras kepala.
"Tidak!! Itu perintah dari daddy yang tak boleh kau langgar. Jika kau melanggarnya maka kau tak boleh main bola basket lagi," ucap Anthony.
"Dad ... Mengapa daddy seperti itu padaku? Daddy tak pernah melarang Lana tapi mengapa selalu melarangku?" sahut Lune.
"Perlakuan daddy pada kalian sama dan apa yang daddy perintahkan padamu semata mata hanya untuk kebaikanmu," ucap Anthony.
"No, tidak sama karena daddy mengizinkan Lana kuliah di Amerika sedangkan aku tak diizinkan," sahut Lune.
"LUNE!!" teriak Anthony yang membuat Lune berbalik pergi keluar dari rumahnya.
"LUNE!!" teriak Anthony lagi dan Lourdes menahan tangannya ketika Anthony ingin menyusul Lune keluar.
"Sudahlah, sebentar lagi marahnya akan selesai. Itu hanya sementara saja seperti biasanya," ucap Lourdes menenangkan.
"Dia sudah berani membantah dan meneriakiku sekarang," sahut Anthony yang masih emosi.
"Jiwa mudanya sedang bergejolak. Pahami dia. Hanya kita yang bis memahaminya," jawab Lourdes.
*
*
Lune mengambil bola basketnya di beranda dan keluar dari halaman rumahnya. Dia berjalan menuju lapangan basket di dekat komplek perumahannya yang sebenarnya jaraknya lumayan agak jauh.
Tapi karena rasa kesanya itu, dia tak terlalu peduli dengan rasa sakit di kakinya.
Cuaca mendung tampak terlihat di atas langit dan hujan gerimis pun mulai mengguyur bumi.
Lune masih berjalan ke lapangan basket itu karena hanya dengan cara itulah dia bisa meluapkan emosinya.
Setibanya di sana, Lune langsung main basket sendirian. Hujan mulai terlihat deras dan Lune tak peduli hal itu.
Dia tetap bermain tanpa mempedulikan tubuhnya yang sudah basah kuyup dan luka di kakinya yang mulai perih.
"Ya, bagi daddy hanya Lana yang terbaik. Dia berprestasi dan selalu membanggakan daddy. Aku tak pernah ada apa apanya dibanding dia," gumam Lune sambil menangis.
Sebenarnya Lune sangat menyayangi sang kakak. Tapi perlakuan Anthony pada kedua putrinya dipandang tak adil oleh Lune.
Meskipun begitu ia tak pernah membenci Lana dan tetap berpikir bahwa kedua orang tuanya sangat menyayanginya meskipun ada sedikit keraguan di hatinya.
*
Louis yang baru saja mengantarkan Wren ke rumahnya tampak melihat ke arah Lune yang main basket di tengah hujan.
Mobil Louis melewati lapangan itu dan dia berusaha tak berhenti tapi kakinya menginjak rem mobil.
"Untuk apa aku berhenti?" gumam Louis.
"Ck," decak Louis dan melihat ke arah Lune akhirnya.
Pria itu membunyikan klaksonnya dan Lune menoleh ke arahnya.
Lalu Lune kembali bermain basket lagi dan tak menggubrisnya.
"Aarrrgghhh ... Mengapa aku tak bisa pergi? Menyebalkan," geram Louis pada dirinya sendiri.
Lalu Louis mengambil payung di belakang dan keluar dari mobilnya.
Pria itu mendatangi Lune dan Lune mengambil bolanya.
"Ada apa?? Kau tersesat dan ingin mencari jalan pulang?" tanya Lune yang selalu menyebalkan.
"Ini hujan, mengapa kau di sini?" ucap Louis.
"Hei, itu terserah aku. Kau bukan ayahku," sahut Lune.
"Ah ya, waktu itu kau meremehkanku, bukan? Bagaimana jika sekarang kita bertanding? Satu lawan satu," ucap Lune dan membuang payung Louis hingga membuat pria itu basah terkena hujan.