Trauma karena perceraian membuat Clara jadi menutup hati pada siapapun. Tak mau lagi merasakan cinta, ataupun terlibat hubungan asmara.
Namun kehidupan Clara mulai berubah sejak kedatangan bos baru di kantornya. Pria yang lebih muda 7 tahun darinya itu, ingin memiliki Clara dengan cara apapun.
Aaron tak segan-segan menggunakan cara licik untuk menjerat Clara. Sampai-sampai si janda tak mampu lepas dari mantra cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Drrtt Drrtt!
"Jack."
Drrtt Drrtt!
"Woi, Jack!"
Drrtt Drrtt!
"Jack!!" teriak Aaron lebih kencang.
"I-ya! Tuan!!" jawab Jack tersadar dari lamunannya.
Asistennya itu mengerjap mata, dengan raut wajah ling lung.
"Lihat ponselmu itu, dari tadi bergetar, mengganggu sekali..!!" keluh Aaron yang tengah sibuk memilah data proyek, libur dua hari membuat pekerjaannya tertumpuk
"Ma-maafkan saya, ijin pamit keluar dulu bos, mau terima telepon." seru Jack terbata-bata.
"Hhmm, yah..., tapi jangan lama-lama, kerjaan kita lagi banyak banget." cebik Aaron kesal, ia penasaran siapa yang menelepon asistennya terus-terusan.
Jack berjalan terburu-buru. Selama berjalan melewati lorong ponselnya terus bergetar, mungkin kalau dihitung, Jack sudah ditelepon ratusan kali sejak pagi hingga siang.
Cekrek.
Pintu ruangan pantry ditutup, Jack memilih tempat yang sunyi kalau sedang jam bekerja.
"Ha-halo." ucap Jack pada si penelepon.
"Aaron! Kenapa kamu susah sekali aku hubungi! Berani sekali kamu mengabaikan ku!"
Suara pekikan seorang wanita dari seberang sana, sangking kerasnya suara itu, Jack sampai harus menjauhkan ponselnya dari indera pendengaran.
"Bukankah aku sudah mengatakan padamu, kalau aku sedang ada meeting dan akan terlambat datang menjemputmu untuk makan malam nanti." seru Jack pada si penelepon.
"Tapi aku kangen kamu!, Masa kamu gak kangen sama aku sih! Memang salah mau dengar suaramu walaupun cuma 10 menit saja!" rengek Bella dengan suara ala-ala wanita manjawati.
Glek!
Suara imut yang baru saja Jack dengar, membuat hatinya berdebar-debar. Bella memang wanita yang dominan dan suka memerintah, namun mulutnya yang suka berbicara blak-blakan, menaklukkan hati Jack si pria kaku dan kikuk.
"I-ya, aku juga kangen kamu kok." cicit Jack dengan wajah malu-malu.
"Aku juga cayang...."
Jack terbawa suasana, keduanya jadi keasikan mengobrol, Bella si wanita yang dijodohkan oleh boss-nya. Masih mengira kalau Jack adalah Aaron, anak konglomerat yang di jodohkan oleh ibunya. Jack sendiri pun belum berani mengungkapkan kebenaran soal dirinya.
Tut.
Baru saja Jack menutup percakapan dengan kata-kata cinta dan sayang pada Bella. Wajahnya langsung berseri-seri bahagia, senang bisa dicintai oleh wanita secantik Bella yang juga anak konglomerat, punya masa depan cerah.
Tapi Jack sadar, kalau ia sudah membohongi wanita muda itu, sekaligus membohongi bosnya juga. Memikirkan itu, air wajahnya berubah suram.
"Aaaggh! Sial kenapa keadaanku jadi kacau begini! Harusnya aku jujur saja saat itu, aku harus bilang apa pada di bos, bahaya kalau dia sampai tahu soal Bella!" Jack bergumam sendiri, ia memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.
Sebulan yang lalu, Aaron sempat menugasi Jack untuk menggantikan dirinya menemui Bella, wanita pilihan sang nyonya besar. Aaron yang sedari awal tidak mau dijodohkan menyuruh Jack bersikap cuek dan ketus kepada gadis yang bernama Bella, supaya gadis itu mundur dan membatalkan perjodohan.
Tapi siapa sangka, sikap Jack tak tega bersikap cuek dan ketus pada wanita secantik dan semanis Bella. Jack malah bersikap sopan dan salting saat berhadapan dengan Bella.
Sikap kaku dan kikuk yang Jack perlihatkan pada Bella, justru malah menarik hati perempuan muda yang manja itu. Bella sangat suka pada Jack, pria jangkung berpenampilan cupu, namun sebenarnya memiliki wajahnya tampan dan mempesona.
.
.
Cekrek.
Pintu ruangan Aaron ditutup, Jack baru saja kembali dari pantry.
"Kamu menelepon siapa sih! Lama sekali, lihat! Waktumu lewat dari 20 menit!" protes Aaron pada Jack.
"Ma-maaf boss, tadi itu..." Jack agak ragu mengatakan yang sebenarnya.
"Pacar! Oh, kamu sekarang sudah punya pacar ya bro?" kekeh Aaron menebak.
"Bu-bukan kok!! Sa-saya masih jomblo dan perjaka." Jack langsung panik, wajahnya bersemu merah.
Ucapan Jack membuat Aaron tertawa terbahak-bahak.
"Astaga, kamu tak perlu malu-malu, bro. Bagus kalau kamu juga punya pacar, kita bisa saling bertukar cerita soal pacar kita masing-masing bukan." Aaron menyeringai.
"Ti-tidak bos!! Yang tadi menelepon itu nenek saya, beliau minta dibelikan daging untuk masak makan malam!" ujar Jack berbohong.
"Hemm, masa sih." Aaron tak percaya, ia menelisik ekspresi asistennya, dari tadi Jack tidak berani menatap matanya, jelas sekali ia sedang berbohong.
"Hahh.., ya sudah kalau kamu tidak mau jujur, tolong panggilkan Clara bilang padanya aku kangen sama dia." perintah Aaron pada asistennya.
"Yang benar saja bos!?" Jack tidak bodoh, mana mungkin ia berkata demikian di depan karyawan banyak.
"Hahahaha, muka lu serius amat sih, bro." ledek Aaron.
Ledekan Aaron, membuat Jack berdengus kesal.
"Tolong panggil kekasihku, suruh dia masuk dan bawakan data-data yang ku minta." ucapnya kali ini tidak bercanda.
"Baik." Jack langsung keluar ruangan untuk memanggil Clara.
.
.
Tak berselang lama, Clara masuk dan membawa beberapa dokumen.
"Sayang, ayo duduk sini." ucap Aaron menarik pinggang Clara agar duduk berdekatan diatas sofa.
"Iihhss, ayang, kamu gak malu, asistenmu sedang melihat kita." bisik Clara, ia enggan bermesraan kalau ada yang sedang melihat.
Sontak Aaron langsung menatap sinis pada Asistennya dan memberikan kode agar Jack tak menggangu nya.
"Hahh...."Jack menghela nafas kasar, dengan wajah bete ia keluar ruangan meninggalkan si boss dan kekasihnya.
"Siapa juga yang mau liatin mereka bermesraan."
Cekrek.
Pintu ruangan di tutup.
Aaron langsung merebahkan kepalanya diatas pangkuan sang kekasih. Ia juga memeluk pinggang Clara, bergaya layaknya seperti anak kecil yang sedang manja kepada ibunya.
"Ehh??" Clara bingung, karena tadinya ia diminta masuk untuk membawakan data-data, namun malah terjebak dalam posisi seperti ini.
"Sayang, tolong elus-elus kepalaku juga." mohon Aaron dengan mode manja.
"Hmm.., o-oke." Clara menurut saja, menyentuh lembut rambut Aaron yang halus, lalu mengusap.
Dua puluh menit kemudian.
"Zzz....Zzz." Aaron mendengkur tidur
"Tunggu!! Jadi maksudnya? Aku dipanggil kesini hanya untuk dijadikan bantal!!" seru Clara, baru menyadari kalau dirinya sedang dimanfaatkan.
Seketika wajahnya berubah bete, pekerjaannya di kantor sedang menumpuk karena sempat sakit dan cuti dua hari kemarin. Tapi Aaron malah memanggilnya untuk hal yang tak penting.
"Aaron bangun!! Aku harus kembali bekerja!!" ucapnya dengan nada ketus.
"Hmm, jangan sayang, aku masih butuh kamu." ucapnya, memeluk erat pinggangnya Clara.
"Aku gak mau kerjaan ku jadi makin numpuk gara-gara kamu." Clara menatap Aaron dengan sinis.
Glek!!
Merasa getir dengan tatapan sinis Clara, Aaron melepaskan pelukannya dan bangun, terduduk dengan wajah bete.
"Jangan bertingkah seperti anak kecil, kamu juga harus ingat Yang. Kamu itu anak pemilik perusahaan, suatu saat akan menempati posisi penting di perusahaan."
Perkataan Clara barusan, ada benarnya juga, dan itu membuat Aaron jadi berpikir keras. Gara-gara keegoisannya, Aaron sudah menumpuk banyak pekerja yang tertunda baik untuk Jack dan Clara yang bekerja sebagai bawahannya
"Eemm, yah kamu benar, aku harus cepat menempati posisi sebagai CEO perusahaan ini, akan kubuat perusahaan ini jadi milikku sepenuhnya!" seru Aaron dengan semangat menggebu.
"Semoga berhasil." Clara tertawa kecil, bukan meledek, ia jarang sekali melihat Aaron nampak bersemangat saat kerja.
"Kalau aku jadi CEO, kamu tidak perlu lagi bekerja dan hidup di apartemen yang kecil, cukup menjadi ibu rumah tangga yang baik, untuk mengurus anak-anak kita kelak."
Glek!
Clara terkejut mendengarnya, ucapan barusan itu, jadi terdengar seperti ajakan menikah.
"Pokoknya, persiapkan dirimu sayang, setelah aku resmi menjadi seorang CEO, kita akan menikah." Aaron menggenggam tangan Clara erat.
"Ehmm, yah..., kalau kamu berhasil jadi CEO." jawab Clara tergugup, dalam hatinya ia masih merasa ragu pada keseriusan Aaron, namun Clara enggan untuk menolak ajakan menikah dari brondongnya saat ini, Clara tak mau membuat semangat Aaron luntur seketika kalau ia menolaknya sekarang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
kaget sih dgn kelanjutan kisah arron,sebenarnya apa dan siapa sih arron,msh tekateki nih 🤔🤔