Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka Mendalam
Alarich tak pikir panjang dia melangkahkan kakinya cepat menuju mobil "Cepat Bas dan hubungi dokter Kayla cepat."
Bastian melajukan mobilnya dengan cepat. Dia sambil menghubungi dokter Kayla memakai earphone-nya. Jalanan yang biasa dari kantor ke rumah 40 menit tapi demi Aleesya hanya 20 menit saja. Bastian sudah seperti pembalap melaju kan mobilnya.
Alarich loncat dari mobilnya dan berlari ke dalam rumah. Terlihat beberapa pelayan berdiri dan ketakutan juga mbok Inem dan mbok Siti yang mencoba menenangkan Aleesya.
"Aleesya...ini aku sayang. Buka matamu Aleesya!" Alarich bahkan membentak Aleesya. Tapi Aleesya masih mengigau Alarich menggendong istrinya di ikuti mbok Inem dan Kenny juga.
"Siti cepat buatkan teh hangat dan ambil kompresan cepat." Mbok Inem membuka kan pintu kamar tuannya. Alarich membaringkan istrinya dan menyelimutinya. Aleesya sudah agak tenang meskipun masih mengigau. "Ada apa ini mbok?" Tanya Alarich dengan tatapan tajamnya.
Mbok Inem dan Kenny menceritakan semuanya pada tuannya itu. Alarich sangat murka sekali. "Panggil Bastian." Titah Alarich. Bastian masuk dengan berlari ke kamar tuannya setelah memarkirkan mobilnya.
"Tarik semua saham yang ada di perusahaan Lukman, sekarang!" Sentak Alarich.
Bastian langsung pergi dari sana, dia langsung mengerjakan tugas dari bossnya. Mbok Inem dan Kenny kaget mereka kompak mengusap dadanya. "BRENGSEK Mira berani macam-macam denganku!"
"Maafin Alee tante, Alle janji enggak akan makan di meja lagi, Alee janji enggak akan tidur di kasur lagi. Jangan kurung Alee tante hiks hiks hiks...!"
Mbok Siti datang membawa teh dan kompresan. "Aden maaf, ini teh nya, biar si mbok yang mengompres non Aleesya."
"Kalian keluar dulu, biar Aleesya aku yang urus." Suara Alarich melemah dia pun mengambil kompresan yang ada ditangan si mbok. Dia mengompres istrinya yang sudah pucat dan berkeringat dingin. Yang lainnya keluar dari kamar.
Alarich juga mengganti baju Aleesya dengan piyama yang longgar.
-
-
"Yuhuuu assalamualaikum pada kenapa ini mukanya tegang?" Ucap mamah Winda yang baru sampai kerumah dan melihat para pelayan tengah berbisik dan menunduk Papah Arya juga baru masuk kerumah itu.
"Ada apa Kenny?" Tanya papah Arya. Melihat Kenny sedikit tegang juga. Kenny menghela nafas lalu menceritakan kejadian yang di alami Aleesya barusan.
Mamah Winda dan papah Arya terkejut. Mereka langsung ke atas menemui anak dan menantunya itu sebelumnya dokter Kayla sudah sampai duluan di kamar Alarich dan Aleesya.
-
-
TOK TOK TOK
"Aden... Dokter Kayla sudah datang."
Alarich tak bersuara dia berjalan ke pintu membuka kan pintu kamarnya dan mempersilahkan Dokter Kayla memeriksa istrinya. "Gimana istri saya?"
Belum juga dokter Kayla menjawab pintu kamar Alarich sudah di dobrak oleh mamah Winda dan papah Arya.
BRAK
"Aleesya ... Astaga anakku, kamu kenapa nak?" Tanya mamah Winda beliau langsung menghampiri menantunya. Dia mengusap ngusap kepala menantunya.
"Begini ...nona Aleesya mengalami trauma yang mendalam. Dia harus segera di bawa ke psikolog. Saya akan jadwalkan besok. Akan bahaya jika terlambat bisa...menyebabkan ke matian. Apalagi dia sedang hamil muda." Ucap dokter Kayla.
"Dan maaf sebelumnya, apa tidak sebaiknya Aleesya di visum? Ini tangan Aleesya, dia pernah mencoba bu nuh diri dan ini Aleesya juga pernah mendapat kekerasan di tubuhnya."
Dokter Kayla memperlihatkan pergelangan Aleesya ada bekas luka sa yatan dan juga photo punggung Aleesya yang penuh luka ke orangtua Alarich.
Papah Arya dan mamah Winda menutup mulutnya mereka saling pandang dada mereka naik turun. Ternyata menantunya mengalami penderitaan yang berat.
"Ya Allah, nak. Hiks hikss hikss... Nania seandainya kamu masih hidup, anakmu tidak akan seperti ini." Tangis mamah Winda pecah, pak Arya memeluk istrinya itu.
Alarich menunduk dia berlinang air mata. Dia juga tak kuasa menahan tangisnya. Dia memeluk istrinya yang masih pingsan dan mengigau itu. Dokter Kayla memberi suntikan obat penenang untuk Aleesya.
"Saya akan mengabari Bastian besok tuan Alarich. Permisi." Dokter Kayla pamit dari sana. Mamah Winda masih di pinggir menantunya dia mengelus ngelus kepala menantunya yang hangat.
"Aleesya...apa yang sudah kamu alami nak? Kenapa kita baru di pertemukan sekarang? Maafkan mamah nak, seandainya dulu mamah tahu kamu ada di tangan Lukman, mamah pasti akan membawa kamu, nak." Lirih mamah Winda.
Mamah Winda berdiri dia sudah mengambil tasnya. Dia bersiap akan pergi. "Mau kemana mah?" Tanya Alarich. "Mamah mau menemui perempuan gi la itu." Mamah Winda keluar dengan penuh amarah. Disusul oleh papah Arya.
"Kamu disini, jaga Aleesya."
Papah Arya dan mamah Winda pergi di temani Kenny dan Jordan pengawal pribadi mereka kerumah Lukman dan Mira. Sementara Alarich tetap setia menemani istrinya.
-
-
-
Cukup lama Aleesya tertidur dia bangun juga akhirnya. Dia melenguh perutnya terasa berat seperti ada yang menindihnya. Dia melirik ke sampingnya ternyata suaminya yang ketiduran di sampingnya.
Aleesya menyingkirkan tangan suaminya perlahan dia mencoba duduk kepalanya terasa pusing sekali. Dia juga merasa mual, lalu dia setengah berlari ke kamar mandi.
HUEEEK HUEEEK HUEEEK
Aleesya memuntahkan isi perutnya di kamar mandi. Dia berpegangan ke wastafel. Alarich yang menyadari istrinya tidak ada disampingnya ia pun segera menyusul istrinya ketika mendengar ada yang muntah.
"Sayang astaga...!" Alarich memijat tengkuk istrinya. Dia merasa jika Aleesya sepertinya demam. Badan Aleesya sangat panas. "Mas jangan kesini aku lagi muntah... Oweeekkk...!" Aleesya muntah muntah lagi hingga matanya berair dan badannya bergetar.
Alarich langsung membawa istrinya kedalam setelah dia membersihkan badan istrinya di kamar mandi tadi dan mengganti lagi baju istrinya. Tadi baju istrinya terkena sedikit muntahan.
Alarich menggendong istrinya berbaring ke tempat tidur. Dia menyelimuti istrinya. "Sayang... Besok kita ke psikolog yah, aku mau kamu sembuh dari masa lalumu. Mau yah?" Tanya Alarich dengan hati hati.
"Mau mas. Tapi mas...mas kenapa enggak jijik tadi? Harusnya mas jangan masuk tadi." Lirih Aleesya dia meneteskan air matanya lagi.
"Kenapa harus jijik hmm? Kamu istriku, kalau aku udah tua kamu juga akan mengurusku juga kan?"
Aleesya mengangguk pelan "Mas adalah imamku, kewajiban ku melayani dan mengurus suamiku."
"Mas ingin kamu sembuh, mas akan menemani kamu berobat mulai besok. Dokter Kayla sudah mengatur jadwalnya."
siapa alarich itu ..