Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Honeymoon
Karena perkataan Leon, membuat Hana berpikir keras karena semalam tidak ingat apa yang terjadi, mungkin kah semalam mereka benar-benar melakukannya.
"Barusan kau ingin mengumpat pagi-pagi didepanku?" Leon membenarkan.
"Itu hanya perasaan mu saja" Hana melihat baju nya ternyata ada dilantai, ia pun juga tidak tahu bagaimana bajunya bisa berada disana.
Leon hanya tersenyum kecil sambil memejamkan matanya, tangannya terulur memegang perut rata Hana, bahkan mengelusnya serta memainkan tangannya disana.
"Pagi-pagi kau sudah memeriksa lemakku?" Cicit Hana melihat Leon. Leon hanya tersenyum mendekat kan wajahnya dan lagi mengecup lengan Hana, hidungnya pun ditempelkan disana.
"Kita harus bangun, jam berapa sekarang" ujar Hana yang meraih ponselnya dinakas untuk melihat jam nya. Sedangkan tangan Leon masih melingkar dipinggang Hana. Setelah memeriksa Hana merebahkan tubuhnya lagi.
"Sudah jam 8.40 kau tidak ingin bangun?" Ujar Hana yang melihat Leon.
"5 menit lagi" jawab Leon.
Tapi Hana tidak ingin menunggu 5 menit lagi, Hana pun bangun kakinya meraih baju yang ia tanggalkan dilantai, lalu memakainya sambil membelakangi Leon yang selalu memandangnya.
"Apa benar, kau tidak ingat apapun semalam?" Singgung Leon dengan suara seraknya.
"Kalau ingat pasti itu hal yang membuat bahagia yang akan teringat terus, tapi..diingatan ku tidak ada apapun" terang Hana yang merapihkan rambutnya.
"Semalam kau kecewa karena aku tidak menyentuhmu?" Tanya Leon tiba-tiba.
Hana senyum kecil dan menoleh ke Leon.
"Kalau begitu, semalam tidak terjadi apapun kan. Sudah kuduga" senyum Hana.
Leon ikut tersenyum tak percaya, ia mengerti maksudnya.
"Kau memancingku untuk mengatakan itu, dasar.. wanita licik, dari mana kau belajar itu" Leon termakan jebakan karena kecantikan Hana.
"Itu pertahanan diri" terang Hana.
"Aku terbangun karena kau mengeluh panas, dan kau melepaskan bajumu begitu saja" terang Leon yang bercerita semalam.
"Baiklah, ayo bangun" ujar Hana yang bangkit menuju kamar mandi.
...
Setelah satu jam lamanya bersiap-siap, Leon menuruni tangga diikuti oleh Hana dibelakangnya.
Kakek serta keluarga lain menunggu dibawah, jangan lupakan Jey yang menatap Leon dengan tidak suka.
"Sehabis bulan madu ini, aku boleh membawa nya ke Italia" bukan izin melainkan rencana Leon begitu.
"Tapi ada syaratnya" tutur kakek nya.
"Hahh..apa?" Balas Leon dengan malas.
"Menikah, tentu saja aku hanya minta satu. Bawa pulang aku cicit baru. Itu saja" singkat padat permintaan kakeknya lalu berjalan masuk ke dalam ruangan nya.
"Itu.." Hana menghentikan bicaranya karena bingung harus jawab apa.
"Kakek sangat terburu-buru apa sudah menyiapkan wasiat?" Tutur Leon yang tidak akan mungkin memiliki anak dari Hana.
Hana berdiri didepan Jey dengan senyum.
"Kak Jey, terimakasih atas semuanya. Aku akan ikut dengan pria ini" senyum Hana melihat ke arah Jey.
"Baiklah, kau masih simpan nomor ku kan, kapanpun kau merasa kesepian aku ada 24 jam untuk menjawab telfon mu" terang Jey yang menatap Hana.
Leon memutar bola matanya, baginya sangat berlebihan mendengarnya.
Tak menjawab Hana hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu Jey memeluk erat tubuh Hana membuatnya sedikit terkejut kemudian ia pun juga menepuk punggung besar Jey.
"Bukan main" ucap Leon yang menekan pundak Jey hingga ia melepaskan pelukannya dengan Hana.
"Ayo" Leon meraih tangan Hana dan membawa nya ke mobil.
Diperjalanan menuju bandara, Hana melihat ke arah luar jendela.
"Kak Jey?? Cih" decih Leon.
"Hm?" Hana menoleh apa maksudnya.
"Lain kali aku tidak ingin mendengar kau memanggil Jey dengan sebutan Kak" ujar Leon yang protes.
"Kenapa? Aku dari dulu memanggilnya begitu" aneh Hana.
"Lalu bagaimana dengan ku? Kau panggil aku apa? Suamimu sendiri?" Tanya Leon bahkan sampai melihat Hana yang duduk disampingnya.
"Leon? Atau .. Pak..tidak Tuan?" Kikuk Hana yang bingung memanggil nama Leon.
"Tuan?" Lirik Leon, tak percaya dia memanggilnya begitu.
"Kalau begitu, sayang?" Senyum Hana setelah menyebut kata itu dengan suara lembutnya.
Leon ikut tersenyum bahkan memperlihatkan gummy smile nya, ia malu sendiri mendengarnya.
"Sayang kau suka panggilan itu?" Tanya lagi Hana menggoda nya. Leon hanya diam memikirkan cara bagaimana membalasnya.
...
Sesampainya dibandara sudah terparkir jet pribadi, membuat Hana terpana melihatnya.
"Ini ...punya siapa??" Tanya Hana terpukau.
"Punya kakek meminjam kan nya untuk kita, sangat effort untuk menantu nya" ucap Leon yang masuk lebih dulu ke dalam jet pribadi.
Melihat ini saja jelas kalau dirinya memang tidak pantas bersanding, karena ia tidak punya apapun yang berharga selain nyawa nya. Hana pun ikut masuk ke dalam membuat ia terkagum lagi.
"Duduklah disini" Leon menyuruh Hana duduk dekat jendela, ia pun hanya menurut. Melihat ke arah luar jendela.
Saat jet nya sudah berada diatas awan, Hana hanya melihat ke luar jendela pemandangan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
"Kau belum sarapan" tutur Leon yang menaruh piring berisi makanan, dirinya lah yang menyiapkan makanan nya untuk Hana.
"Waaa.. apa pramugari disini yang memasaknya?" Tanya Hana.
"Aku koki nya, aku melarang pramugari ikut, aku bisa melakukannya sendiri" tutur Leon dengan gelas wine ditangan nya.
Senyum Hana kapan lagi menikmati makanan yang dimasak oleh Leon. Yang langsung menyuap makanan tersebut.
"Perjalanan memakan 5 jam lamanya" ungkap Leon yang memeriksa jam nya.
"Tak apa, aku akan ikut kemana pun" angguk Hana yang tidak keberatan.
...
5 jam lamanya Hana berada di atas awan, dari membaca buku, mendengar musik, bahkan menonton film sudah dilakukan.
"Hahh ... Aku mulai ngantuk" lenguh Hana ditempat duduknya.
"Pergilah ke belakang ada kasur" ujar Leon tanpa melihat ke Hana sambil sibuk dengan tablet nya.
"Sangat lengkap ternyata" puji Hana yang membuka pengaman dikursinya.
Lalu berjala perlahan ke belakang, namun karena adanya turbulensi kecil membuat jet nya bergetar beberapa detik.
Drrrruuuggg
"Oh" lenguh Hana yang tidak bisa seimbang berjalan.
Bruk
Hana jatuh dipangkuan Leon dengan posisi miring, kedua tangan nya memegang kursi Leon bagian atas.
Leon melihat wajah Hana pipinya memerah dengan mata sipitnya sangat dekat bahkan nafas nya pun mengenai wajahnya.
"Aku bilang kasur nya dibelakang, ingin ku temani?" Sambil menatap Hana tangannya menaruh tabletnya.
"Tidak!" Geleng Hana yang berusaha bangkit sambil memegang pundak Leon, namun tangan Leon menahannya jadi Hana tidak bisa bangun.
"Lepaskan" jengkel Hana melihat Leon. Tak ingin Leon menahannya, Hana punya pemikiran lain.
Wajah Hana mendekat, dan memiringkan wajahnya sampai bibirnya menyentuh bibir Leon. Meski hanya beberapa detik Hana sukses membuat Leon terdiam.
Hana segera bangkit dan pergi ke belakang, setelah Hana pergi Leon tersenyum kecil sambil melihat keluar jendela.
Lalu tak lama Leon juga bangkit.
"Hana..kau memancingku? Membangunkan singa yang tertidur" sahut Leon sambil menuju kamar belakang jet tersebut.