Kisah seorang gadis pembenci geng motor yang tiba-tiba ditolong oleh ketua geng motor terkenal akibat dikejar para preman.
Tak hanya tentang dunia anak jalanan, si gadis tersebut pun selain terjebak friendzone di masa lalu, kini juga tertimbun hubungan HTS (Hanya Teman Saja).
Katanya sih mereka dijodohkan, tetapi entah bagaimana kelanjutannya. Maka dari itu, ikuti terus kisah mereka. Akankah mereka berjodoh atau akan tetap bertahan pada lingkaran HTRS (Hubungan Tanpa Rasa Suka).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Nabrak cowok
Usai keluar dari kamar, Zidan dan Salsha berjalan ke ruang tamu untuk menemui orang tua Zidan. Namun, pada saat sampai di ruang tamu, Salsha tidak melihat kakaknya. Ia pun menoleh ke mana-mana mencari keberadaan kakaknya. Sesekali ia juga mengecek ponselnya, apakah ada notifikasi dari kakaknya.
"Tante, kakak aku mana ya?" tanya Salsha celingukan.
Risa tersenyum, "Kakak kamu tadi langsung pulang, katanya ada urusan sama temen lamanya." jawab wanita berhijab panjang.
Salsha mengernyit bingung, ia mulai kesal pada Haikal. Dan siap-siap untuk memberi pelajaran kepada kakaknya yang pasti sengaja meninggalkan dirinya di rumah Zidan.
"Terus Haikal juga bilang, kalau kamu mau pulang harus diantar sama Zidan. Jadi—" Belum selesai Reza berbicara, Salsha dengan sedikit lancangnya memotong.
"Ah, maaf, Om. Bukan maksud gimana-gimana ya, tapi Salsha pulang sendiri gak papa kok. Lagian Salsha emang udah berani dari kecil, jadi gak perlu dianterin." jawab Salsha tersenyum.
Zidan sendiri yang merasa diperbincangkan tiba-tiba menanyakan sesuatu pada ayahnya. "Kunci mobilnya mana, Yah?"
Reza yang duduk di sofa mendongak, "oh, iya di kamar ayah."
Salsha diam-diam mendengus kesal.
"Cewek kok pulang sendiri, kalau ada apa-apa di jalan gimana coba. Orang pertama kenal aja dikejar preman mau nangis," kata Zidan berlalu menuju kamar ayahnya.
"Dih, tukang ngadu." gumam Salsha kesal dan terdengar oleh kedua orang tua Zidan.
Risa dan Reza menahan rasa ingin tertawa, mereka sama-sama merasa cocok dengan kehadiran Salsha di kehidupan putranya.
Sesudah mendapat kunci mobilnya, Zidan berjalan sambil memakai jaket baseball warna hitam putih. Dengan celana panjang berwarna mocca.
"Zidan pamit anterin anak ribet dulu ya Bun, Yah," ucap lelaki itu.
"Anak ribet, lo tuh yang ribet!" ketus Salsha lirih.
Selesai salim, Zidan dengan sengaja menggandeng tangan Salsha. Membuat perempuan itu semakin kesal.
"Hati-hati, jangan ngebut." Nasihat Reza.
"Kalau kecelakaan nanti dia nangis sebulan." sahut Zidan dengan entengnya.
"Ih! Kalau ngomong dijaga bisa gak sih?!" ketus Salsha sembari berusaha melepas gandengan tangannya.
Zidan tersenyum. "Tuh kan, kalau khawatir itu ngaku, jangan marah-marah terus."
Semakin Zidan meledek maka Salsha semakin marah. Tapi, sungguh perempuan itu tidak pernah menyangka karakter asli dari Zidan adalah lelaki yang menyebalkan. Salahkah jika dirinya menyukai seseorang menyebalkan?
"Lo bener-bener ya—"
"Loh, Mas? Udah sembuh? Bukannya tadi sore abis kecelakaan ya?" tanya seorang warga laki-laki.
Zidan menoleh ke arah warga tersebut. Ia lelaki itu melempar senyuman. "Iya, Mas, alhamdulillah udah agak baikan."
Salsha hanya diam menyimak. Sambil menahan rasa kesal yang terus ingin ia hempaskan ke Zidan.
"Saya takut, Mas, denger kabar mendadak. Katanya Zidan kecelakaan di jalan ditabrak mobil sampai tergeletak di aspal." jelas sang warga tetangga rumahnya Zidan.
Menunduk seraya membatin dalam hati. Aduh, udah gue hati-hati buat gak ada yang bilang gue ditabrak, eh malah ada yang bilang. Mana di depan dia lagi, mampus ini kalau dia ngamuk lagi. Sekarang juga lagi marah ke gue.
"Memangnya parah banget ya, Mas?" tanya Salsha ikut nimbrung.
Sang laki-laki menoleh ke arah Salsha kemudian mengangguk. "Iya, Mbak. Buktinya dia sampai tergeletak gak sadarkan diri. Tadi sore niatnya saya mau ikut warga tolongin dia abis dapet laporan dari warga sekitar lokasi kejadian, tapi ada kerjaan yang gak bisa saya tinggal, jadi saya minta maaf ya Mas Zidan."
Zidan lagi-lagi tersenyum memaklumi, "gak papa, Mas. Lagian kita ketemu di sini aja aku udah bersyukur banget kok, alhamdulilah masih diberi kesempatan untuk hidup." kata Zidan lalu menggandeng tangan Salsha kembali.
"Terus dia dibawa rumah sakit gak?" Salsha ingin terus menanyakan soal kronologi Zidan kecelakaan.
Tetapi, Zidan malah menjawabnya lebih dulu. Tentunya demi mempersingkat waktu yang sudah hampir larut malam ini.
"Enggak ke rumah sakit, Salsha. Aku gak mau kesana pas dibawa ambulans, males aja ngapain kesana orang cuma ditabrak sedikit."
Salsha mendengus kesal. Dan pada akhirnya seorang warga tadi pun memutuskan untuk pamit pergi ke rumah.
"Lo jangan banyak omong bisa gak sih?!"
"Bisa. Kalau gue udah gak ada di dunia ini lagi."
"Gue lama-lama bisa benci tau gak sama lo!"
"Yang penting gue gak nyakitin kan? Cowok ganteng gini mau disia-siakan, rugi lah."
"Ih, lo tuh ngeselin!"
"Lo juga ngeselin, kayak emak-emak pembeli sayuran pagi-pagi."
••••••••
Suasana di cafe GEAN sedang cukup ramai, di sana ternyata ada Meisya dan Cindy yang membeli kopi di warung Babeh Jaki.
Meisya serta Cindy tengah mengobrol sambil berjalan membawa kopi kesukaan mereka baru-baru ini. Saking asiknya membahas hal random, mereka sampai menabrak dua lelaki hingga membuat baju dua lelaki tersebut basah.
"Aduh, eh? Basah ... Cin, gimana nih?" tanya Meisya menoleh ke Cindy tanpa melihat siapa yang ditabraknya.
Cindy pun menunduk karena merasa diperhatikan oleh dua lelaki itu.
"Gue juga gak tau, Mei. Gue juga nabrak, mana basah juga itu ..." jawab Cindy sudah ketakutan.
"Lain kali kalau jalan jangan sambil ngobrol ya, biar gak jadi masalah sama orang lain. Dan kalau mau minum itu duduk, bukan jalan sambil minum apalagi sama ngobrol." ucap Erlangga, orang yang ditabrak Meisya.
Sekarang Meisya memejamkan matanya sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk menatap wajah lelaki di depannya.
"Maaf ya? Gue gak sengaja, gue tau merek hoodie lo ini mahal harganya. Tapi ..." Belum sempat Meisya menjelaskan, Erlangga langsung memotongnya.
"Tapi lo gak usah ngerasa salah banget, mereknya doang yang mahal, kalau gue udah kakek-kakek juga gak akan kepakai kan? Jangan terlalu ngerasa rendah ketika lo ketemu atau berbuat salah ke orang yang kaya. Apalagi kalau lo ketemu gue sama temen-temen gue, bukannya lo direndahin malah lo berdua diratuin sama kita." jelas Erlangga tersenyum.
Meisya dan Cindy saling menatap satu sama lain. Mereka tidak mengerti apa yang Erlangga maksud.
"Dan lo Cin, kalau mau telpon gue itu bilang apa adanya, gak usah pura-pura kepencet." ujar Eza yang bertabrakan dengan Cindy.
Cindy mendongak tak menyangka. "Lo tau dari siapa?" Eza menanggapinya dengan senyuman.
"Lo kenal Guntur kan? Dia tetangga gue, dia sering liat lo mau nelpon gue tapi pura-pura kepencet."
Sekarang Cindy yang merasa terpojok. Perempuan berjiwa pramuka itu menunduk sambil menggigit bibir bawahnya.
Di sisi lain Meisya masih berhadapan dengan Erlangga. Lelaki bertubuh tinggi dan berkulit putih terus memperhatikan Meisya. "Jangan ngeliatin Meisya terus, dia punya trauma dikasarin sama mantan pacarnya. Yang dulunya anak tukang ngegame, kalau lo natap dia buat bikin dia takut mending lo pergi dari hadapan Meisya." ucap Cindy memperingati Erlangga.
Sang lelaki yang diperingati seketika menatap Meisya sudah terisak menangis. "Gue juga main game, tapi gue gak bilang kasar. Gue bisa kasar cuma ke cowok aja, itu pun gak kasar ke orang tua." jawab Erlangga.
"Menurut gue lo berdua salah sih kalau selalu berprasangka buruk ke anak-anak Andaran. Karena anak-anak Andaran itu udah terbentuk dari dulu, sebelumnya mohon maaf nih, awal gue gabung Andaran itu udah jadi satu sama anggota Geoxsa. Anggota pimpinan dari kakak temen lo berdua, Salshabilla Chalysta Putri." sahut Eza menjelaskan.
Cindy dan Meisya mendongak kompak. Erlangga menarik tangan Meisya yang bengong. Sementara Eza juga menggandeng tangan Cindy.
"Erlangga juga kasar awalnya, dia emosional. Tapi begitu kenal Zidan, dia berubah jadi sebaik sekarang. Bahkan dia selalu menghargai dan menghormati perempuan." ujar Eza.
Meisya duduk di samping Erlangga di kursi pelanggan depan cafe GEAN. Sedangkan Cindy bersebelahan dengan Eza.
"Eza emang suka sama kesenian, apalagi kesenian kuda lumping, tapi dia gak pernah mendem atau ikutan kesurupan." sahut Erlangga pada Cindy.