Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan mertua
Entah apa yang ada dipikiran Bayu. Dia langsung berlari ke luar rumah dan memanggil semua warga membuat Laras syok.
Sang adik tak menyangka sang kakak bisa setega itu untuk mempermalukan Jefri juga Dania yang langsung buru-buru memunguti pakaiannya.
Hanya saja, naas. Belum sempat mereka menggunakan pakaian. Bayu sudah membawa warga masuk ke dalam rumah dan melihat Jefri sama Dania sedang mengambil pakaian di lantai.
“Astagfirullah, Pak Jefri. Benar-benar memalukan! Saya kira Bapak orang yang sangat menyayangi anak dan istri, tahunya Bapak begitu tega mengkhianati cinta Ibu Laras yang tulus dan baik itu. Sungguh, menjijikan!” pekik seorang warga pria mewakilkan semuanya.
“Ya Allah, Bu Laras. Yang sabar ya, Bu. Wanita seperti dia tidak pantas mendapat gelar sebagai seorang istri terbaik. Udah ayo, Bapak-bapak, Ibu-ibu semuanya kita arak saja mereka keliling kampung. Anggaplah ini sebagai contoh warga supaya tidak melakukan perzinahan di kampung kita. Bawa mereka!” teriak ibu-ibu mewakilkan isi hati Bayu yang telah tersenyum kecil.
“Cepat bawa dia dari rumah saya, Pak, Bu. Saya tidak sudi melihat pezinah seperti mereka!” seru Bayu membuat Laras sedikit iba.
“Ka-kak, sudah, Kak. Sudah! Kakak jangan jadi provokator mereka. Mau bagaimanapun Jefri masih suamiku. Laras nggak mau kalau sampai—”
Laras menghentikan ucapannya ketika semua warga sudah masuk ke dalam kamar dan menyeret paksa Jefri juga Dania yang tidak mengenakan apa pun.
“Aarghhh … Lepaskan, saya. Lepaskan! Saya mohon jangan perlakukan saya seperti ini. Saya rela bayar kalian semua asalkan lepaskan saya, lepas!”
Dania mencoba melepaskan diri dari genggaman ibu-ibu. Hanya saja tidak ada satu pun yang ingin mendengar perkataannya.
“Stop! Saya mohon dengarkan saya dulu. Saya tid—”
“Alaahh … Mana ada hari gini maling ngaku maling, Pak. Penjara tidak akan sanggup menampung semua manusia pembohong seperti Pak Jefri. Cepat keluar!”
Seorang bapak-bapak langsung menyeret Jefri, lalu melemparnya di luar rumah Laras bersama dengan Dania.
Banyak warga merasa jijik melihat kelakuan dua sejoli yang sangat tidak tahu diri, sehingga mereka merekam tubuh polos yang hanya ditutupi oleh tangan.
Tak hanya itu, sebagian juga ada yang melakukan live di sosial media dan hanya dalam hitungan 1 menit penonton sudah sampai ratusan ribu dengan komentar yang sangat buruk menyikapi kejadian itu.
“Dasar bia*dap kalian semua!” teriak Jefri berhasil membuat Bayu yang merangkul Laras tersenyum lebar melihat mereka menjadi tontonan gratis banyak orang.
“Ka-kalian lihat saja. A-aku akan balas penghinaan ini!” sambung Jefri.
Sebuah ancaman itu tidak pernah membuat Bayu takut terhadap Jefri. Pria itu malah semakin bersemangat untuk segera melawan mantan adik iparnya di meja hijau.
“Saya tunggu pembalasannya! Sekarang pergilah, nikmati hasil dari perbuatan kalian yang sangat menjijikan! Ayo, Bapak-bapak, Ibu-ibu cepat arak dia. Kasih tahu seluruh kampung kalau pria yang selama ini dianggap baik, bukanlah pria yang bertanggung jawab. Anaknya ada di rumah sakit berjuang untuk hidup, di sini ayahnya enak-enakan berbuat mes*m. Dasar peng**ut!”
“Satu lagi, jangan lupa salam sama ibumu. Bilang sama dia, lain kali didik anaknya jadi orang yang berguna bukan membuat malu nama baik keluarga. Saya tunggu kalian di pengadilan nanti. Aku akan pastikan kalian semua tidak akan pernah menang melawan adikku. Tunggu balasan Tuhan, Jefri! Bawa mereka pergi Pak, Bu. Buat mereka malu semalu-malunya supaya sadar dan dibukakan matanya kalau apa yang dilakukan itu sebuah perzinahan, bukan kebahagiaan!”
Bayu berteriak membuat semua warga sudah gemas. Laras hanya bisa memegang tangan sang kakak dengan sedikit gemetar.
Laras memang sudah muak dengan perlakuan Jefri, tetapi dia masih punya hati yang baik untuk tidak melakukan hal ini. Namun apa daya, semua warga sudah menarik Jefri juga Dania untuk berkeliling kampung.
Dania digiring oleh ibu-ibu berjalan mengelilingi kampung hanya dengan bermodalkan kedua tangan dia untuk menutupi buah dada juga mahkotanya.
Sementara Jefri pun mengikuti bapak-bapak sambil menutupi aset besar di bawah sana yang sudah menggantung.
Rasa dendam, marah, hingga tak terima membuat Dania juga Jefri tidak terima dengan semua ini. Suatu saat mereka janji akan membalaskan perlakuan yang sama, bahkan jauh lebih menyakitkan dua kali lipat kepada Laras juga Bayu.
Melihat Jefri dan Dania pergi, Laras memukul dada Bayu hingga berhisteris karena apa yang dilakukan sudah sangat kelewatan. Apalagi jauh lebih jahat dari apa yang mereka lakukan terhadapnya.
Bayu berusaha menenangkan sang adik dan memberikan pengertian supaya tidak lagi memperdulikan apa pun tentang mereka.
Sang kakak memeluk Laras mencoba menenangkan hatinya yang pasti sangat sakit. Namun jika bukan seperti ini Bayu tidak akan bisa tidur nyenyak. Jika Jefri bisa merendahkan harga diri adiknya maka dia juga bisa lebih dari itu dan terbukti bukan.
Tuhan berpihak pada mereka untuk memergoki Jefri dan Dania sedang memadu kasih di rumah peninggalan keluarga.
Baru juga Jefri dan Dania berjalan 5 meter, tiba-tiba Tuti datang menghentikan dengan cara menghadang mereka karena mendapatkan informasi mengenai semua itu dari temannya yang merupakan tetangga Laras.
“Hentikan, semua ini, hentikan!” pekik Tuti langsung memeluk Dania juga Jefri yang merasa sangat malu.
Bagaimana tidak. Mereka berdua diarak tanpa busana yang sudah pasti jutaan hingga ribuan orang telah melihat menyaksikan sampai menghinanya.
“Apa-apaan ini, hahh? Kalian ini semua dibutakan oleh Laras. Anak saya tidak selingkuh. Dia dan Dania sudah bertunangan itu atas izin dari Laras sendiri. Jadi kalau kalian mau mempermalukan anak saya kembali, saya akan tuntut semua warga kampung ini dengan pencemaran nama baik!”
Degh!
Semua warga terdiam. Mereka saling lihat-lihatkan setelah mendengar perkataan Tuti yang sangat murka menyaksikan anak tersayang diarak bagaikan hewan.
Bayu yang melihat kedatangan Tuti segera mendekatinya, diikuti oleh Laras yang harus selalu mengontrol sang kakak dari perbuatan yang nantinya akan membuat mereka susah.
Maklum saja keluarga Jefri cukup berada, jadi mereka bisa dengan mudahnya melakukan apa pun selagi uang berbicara.
“Kenapa kalian berhenti, hahh? Kalian takut dengan nenek lampir itu, iya! Kalian salah besar jika percaya dengan wanita tua itu yang sangat licik. Asal kalian tahu, dialah dalang dibalik retaknya hubungan Laras dan Jefri. Seandainya wanita tua itu tidak terus mendesak anaknya ataupun menyiksa mental menantunya sudah pasti Laras akan hidup bahagia bersama suami juga anak-anaknya, bukan menderita seperti di neraka!”
“Lihatlah, dia! Usianya doang yang tua, tapi pikirannya tidak ada sama sekali. Sebagai orang tua seharusnya bisa menjadi penengah yang baik untuk anak-anaknya, bukan malah jadi kompor yang semakin memperpanas keadaan. 7 tahun Laras berumah tangga dengan Jefri, tetapi sikap mertuanya seperti menguasai anaknya seolah-olah telah mencuci pikiran Jefri,” Pekik Bayu tak kalah lantangnya.
“Lebih parahnya lagi Laras tidak pernah sama sekali mengizinkan Jefri untuk bertunangan, catat itu! Pertunangan diadakan secara diam-diam oleh nenek peyot itu demi mendapatkan menantu yang sempurna, nyatanya? Menantunya hanyalah wanita murahan yang suka menggoda, cihh!”
Bayu meludah di tanah saking tidak bisa mengontrol emosinya ketika melihat Tuti yang masih memfitnah Laras begitu kejamnya.
Kemarahan Tuti yang sudah di puncak, membuat dia murka. Wanita tua itu bukan membalas perkataan Bayu, malah berlari hingga mendorong keras Laras sampai terjatuh ke aspak dalam keadaan duduk.
“Laras!” teriak Bayu yang langsung menolong sang adik.
“Awshh … Pe-perutku, Kak. Pe-perutku arrghh … Sa-sakit banget hiks ….”
Laras menangis memegangi perutnya dalam keadaan duduk. Semua orang merasa kasihan melihat wanita itu diperlakukan kasar oleh Tuti.
“Mam*pus! Itu balasan untuk menantu durhaka pada mertuanya. Cihhh!”
Tuti kembali meludah sama persis seperti Bayu tadi. Jefri dan Dania tersenyum senang menyaksikan keadaan Laras penuh kesakitan.
Bagi mereka ini adalah balasan setimpal ketika Jefri dan Dania diperlakukan buruk, sedangkan Laras mendapatkan hukuman dari apa yang sudah dilakukan.
“Ayo, Sayang. Kita pulang!” titah Tuti diikuti oleh Jefri juga Dania yang masuk ke dalam mobil taksi pesanannya dan menutupi tubuh mereka menggunakan selimut yang dibawa dari rumah.
Mata Bayu benar-benar penuh dendam melihat kondisi adiknya, apalagi melihat cairan merah mulai merembes dari sela-sela kedua kaki Laras.
“Ka-kak, sa-sakit ….” Laras jatuh pingsan tepat di tangan Bayu saking tidak kuatnya menahan rasa sakit yang sangat luar biasa.
“Bertahanlah, Dek. Bertahan!” Bayu langsung menggendong Laras sekuat tenaga, lalu membawanya ke rumah sakit yang sama di mana Langit berada.
Tak lupa sepanjang perjalanan Bayu menelepon Kiara yang tidak diangkat, lalu beralih ke Aiman. Tak lama pria itu mengangkatnya, kemudian syok ketika tahu keadaan Laras tidak baik-baik saja.
Aiman langsung mengikuti instruksi dari Bayu untuk mempersiapkan semuanya supaya Laras segera ditangani ketika sampai di rumah sakit.
Sepanjang perjalanan Bayu hanya bisa melihat cairan merah itu semakin banyak. Dia menangis merasa bersalah karena sudah lalai dalam menjaganya, sehingga nenek lampir itu berhasil melukainya.
*****
Bersambung.