Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Aisyah membawa dua kotak yang berisi binatang berbisa. Setelah menyuntik kan sesuatu ke tubuh Pria yang terkena Kalajengking, ia pun akan memulai kembali interogasi nya.
"Jadi, siapa selanjutnya? Kamu, atau kamu? Siapa orang beruntung itu?"
"Wanita gi-la. Kau telah salah menangkap orang."
"Aku tidak peduli. Aku hanya mau kalian jujur. Siapa orang yang menyuruh kalian, membakar gudang milik Pak Aslan."
"Kamu tidak membakar nya. Mengapa kau terus saja menuduh kami?"
"Hey Para Pria, dengarkan aku. Wanita itu biasanya, kalau bertanya pada kalian, ia sudah tahu jawaban nya. Hanya saja, ia cuma ingin melihat. Apakah kalian, para Pria ini akan jujur pada nya."
"Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan."
"Baiklah."
Aisyah pun memperlihatkan apa yang ada di dua kotak tersebut. Kotak pertama berisi kelabang besar berwarna kehijauan. Dan kotak kedua, ular kobra sedang meliuk-liukkan badan nya.
"Ayo, kalian mau pilih yang mana?"
Aisyah pun mulai mengundi satu persatu. Ia pun mengambil kelabang itu, dan menyuruh teman nya untuk memasukkan kelabang itu ke dalam celana nya.
"Tidak. Aku mohon jangan. Aku belum menikah."
"Memang nya kenapa kalau kau belum menikah? Apa kau takut, si dia tidak akan bisa beraksi lagi?" Tanya Aisyah sambil tertawa kecil.
Pria itu hanya mengangguk. Di antara semua nya, hanya dia lah yang paling muda. Ia juga merupakan karyawan baru di sana.
Entah apa yang terjadi padanya, sehingga ia mau melakukan perbuatan tercela seperti itu. Harus nya ia pikir-pikir lagi jika ingin berbuat kerusakan.
"Kau benar, binatang ini bahkan bisa membuat angry bird milik mu lumpuh. Bahkan untuk buang air kecil, kau akan kesulitan. Bagaimana? Mau mengakui dosa mu, atau angry bird mu ku buat loyo?"
Pria itu menutup mata nya. Air mata meleleh dari ujung kelopak mata nya. Ia bingung harus bagaimana.
Apakah akan jujur, atau berbohong. Ia bahkan tidak di berikan pilihan yang baik. Kedua nya bukan pilihan yang mudah bagi nya.
" Hey anak muda. Awas saja jika kau kau bicara. Kau tahu bukan,"
Pria yang ada di sebelah nya tiba-tiba bicara dan mengancam nya. Aisyah sangat kesal saat melihat mendengar hal itu. Padahal sedikit lagi, Pria muda itu akan jujur.
"Berani sekali kau mengganggu ku. Jadi, sebagai hukuman nya, kau mendapatkan double ya."
Aisyah langsung mengambil kobra tadi dan menyuruh teman nya untuk memasukkan kobra beserta kelabang itu ke dalam sangar burung angry bird.
Pria yang tadi nya sombong itu, menggelepar-gelepar layak nya ikan di darat. Mulut nya di lakban agar ia tidak bisa berteriak kencang. Bisa sakit telinga Aisyah mendengarnya.
"Bagaimana anak muda? Mau kah kau jujur padaku? Tenang saja. Hidup mu akan aku jamin."
"Benarkah? Kau tidak berbohong, Nona?"
"Aww,,, jangan panggil aku Nona. Jangan coba merayuku, aku sudah ada yang punya."
"Aku akan jujur asalkan kau melindungi ku dan keluargaku."
"Oke. Kau tenang saja. Semua nya akan aman dan terkendali."
Karena tidak ingin angry bird nya kenapa-kenapa, Pria itu akhirnya jujur. Ia juga mengatakan siapa yang menyuruh mereka.
Awal nya ia tidak mau melakukan hal tersebut. Namun, ia di paksa. Jika ia tidak mau, mereka akan menjadikan nya tersangka utama.
Pria muda yang masih polos itu, terpaksa ikut. Ia bahkan di paksa untuk minum-minum. Padahal, itu baru pertama kali ia melihat hal seperti itu.
Saksi dan bukti telah di kantong oleh Aisyah. Ia tinggal pergi ke kantor polisi bersama suami nya nanti.
Bahkan bukti transferan dan rekaman suara milik Jarwo, telah ada di tangan nya. Pria muda itu sangatlah pintar. Ia memiliki bukti sendiri yang ia serahkan pada Aisyah.
Setelah semua nya selesai. Teman-teman Aisyah kembali menyuntik mereka lagi. Mereka di Buang di depan rumah sakit kecuali Pria muda yang menjadi saksi.
Pria itu di bawa ke suatu tempat untuk di jaga, agar tidak terjadi apa-apa dengan diri nya. Ia adalah saksi yang akan melawan Jarwo di persidangan nanti.
"Kau mau kemana?"
"Ada hal lain yang harus aku lakukan sekarang."
"Apa kau tidak akan pernah kembali pada kami?"
"Hey, aku teman kalian. Dan akan selama nya seperti itu. Aku pergi dulu. Sebentar lagi subuh."
"Subuh?"
"Ya. Bye."
Aisyah pergi dengan sepeda motor milik nya. Ia pun tersenyum sendiri saat mengatakan subuh. Benar saja. Teman-teman nya, mana pernah mendengar hal-hal seperti itu.
Aisyah pun tahu shalat saat ia mulai mengenal Aslan. Walaupun ia sudah tahu bagaimana gerakan shalat. Namun, seperti ada saja yang terlupakan.
Tidak lama berkendara, akhirnya ia tiba di halaman belakang rumah nya. Setelah menyembunyikan sepeda motor itu, Aisyah pun masuk dengan mengendap-ngendap.
Seperti nya, memang suami dan anak nya masih belum bangun juga. Ia pun mandi dan berganti pakaian yang biasa ia gunakan di rumah itu.
Saat ia keluar dari dalam kamar mandi, tiba-tiba saja Aslan sudah berdiri di depan pintu. Aslan menatap wajah Aisyah lama dan lekat. Ia bahkan tidak mengedipkan kedua matanya.
"Istriku, sekarang kita ada di mana? Bukan kah rumah kita ada di tepi pantai? Mengapa aku tidak mendengar suara ombak.."
Aisyah bingung. Apa suami nya ini masih tidak sadarkan diri dari tidur nya? Ataukah karena ia terlalu terpukul, sehingga membuat nya berhalusinasi.
" Sayang, rumah kita di sini. Bukan di tepi pantai."
" Tidak istriku, rumah kita di tepi pantai. Kau bahkan sedang hamil sekarang. Apa berat badan mi bertambah lagi?"
Mata Aisyah membulat sempurna. Apa yang telah terjadi dengan suaminya itu. Mengapa suami nya mengatakan hal yang tidak ia mengerti.
" Sayang, ayo tidur lagi. Ini masih malam. "
" Tidak, ini sudah pagi. Aku mau,,,, "
Tiba-tiba ucapan nya terhenti. Aslan tidak tahu mau mengatakan apa. Lalu ia memegang kepala nya yang terasa sangat menusuk.
Ia pun membenturkan kepala nya ke dinding. Hingga cairan merah segar keluar dari hidung nya. Aisyah sangat khawatir. Apakah suami nya memiliki penyakit yang aneh.
Selama ini, ia tidak melihat hal aneh itu. Aslan bahkan seperti orang yang sehat dan normal pada umum nya.
"Sayang, apa yang kau lakukan."
"Kepala ku sakit. Kepala ku sangat sakit istri ku. Aku juga mendengar banyak suara-suara yang memanggil ku."
"Mungkin kamu terlalu banyak beban pikiran. Istirahat lah lagi. Aku akan menyiapkan sarapan." Ucap Aisyah sambil menyelimuti suami nya itu.
Ia sungguh kasihan melihat suami nya. Pasti karena gudang yang terbakar itu, suaminya menjadi seperti ini.