Zhang Wei, seorang pelayan rendahan berusia 15 tahun, terusir dari salah satu keluarga besar di Kekaisaran Qin. Dalam usahanya bertahan hidup sebagai pemburu spiritual beast, ia menemukan sebuah pedang tua yang ternyata menyimpan roh seorang kultivator legendaris bernama Lian Xuhuan.
Dengan kekuatan dan pengetahuan mendalam tentang kultivasi, Lian Xuhuan menawarkan bimbingan kepada Zhang Wei untuk menjadi pendekar hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan yang Hati-Hati
Setelah menyelesaikan urusannya di tempat pelelangan, Zhang Wei meninggalkan gedung megah itu dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia merasa puas karena pil tingkat 3 yang ia serahkan mendapatkan pengakuan dari manajer pelelangan. Namun, di sisi lain, ia tetap berhati-hati, seperti yang terus-menerus diingatkan oleh masternya, Lian Xuhuan.
"Anak bodoh, ingat ini," suara Lian Xuhuan terdengar di benaknya. "Dunia ini penuh dengan harimau dan serigala. Pil tingkat 3 dengan kemurnian tinggi seperti itu tidak mungkin tidak menarik perhatian. Kau harus menyembunyikan kekuatanmu dengan baik, terutama saat berada di tengah para ahli di pelelangan nanti."
Zhang Wei mengangguk dalam hati. "Aku mengerti, Master. Jadi apa yang harus aku lakukan?"
Sesampainya di penginapan, Zhang Wei langsung menuju kamarnya. Ia menutup pintu dengan rapat, memastikan tidak ada seorang pun yang bisa mengganggu. Begitu ia duduk bersila di atas tempat tidur, Lian Xuhuan mulai berbicara.
"Sebelum aku mengajarkanmu teknik penyembunyian kultivasi, kau harus meningkatkan kultivasimu terlebih dahulu. Meskipun kau sudah berada di ranah Martial Grandmaster, banyak ahli di pelelangan nanti yang kemungkinan besar setara atau bahkan lebih kuat darimu. Aku ingin kau lebih stabil dan kokoh dalam tahapmu saat ini."
Zhang Wei mengangguk patuh. Ia mengeluarkan beberapa inti spiritual beast tingkat 2 dari kantong penyimpanan ruangannya dan mulai menyerap energi spiritual dari inti tersebut. Proses ini berlangsung selama beberapa jam, di mana energi spiritual murni mengalir ke tubuhnya, memperkuat fondasi kultivasinya.
Setelah energi dari inti terakhir terserap sepenuhnya, Zhang Wei membuka matanya perlahan. “Master, aku sudah menyelesaikan tahap ini. Lalu, bagaimana cara menyembunyikan kultivasiku?”
Lian Xuhuan tertawa kecil. “Bagus, kau tidak terlalu lambat kali ini. Sekarang, dengarkan baik-baik. Teknik penyembunyian kultivasi ini dikenal sebagai Teknik Aura Gelap. Ini adalah metode untuk menekan dan menyamarkan auramu sehingga bahkan para ahli di atas ranahmu tidak akan bisa mendeteksi kekuatan aslimu dengan mudah."
"Teknik ini sulit?" tanya Zhang Wei penasaran.
“Tidak sulit jika kau fokus, tapi akan memakan banyak energi mental. Dengarkan baik-baik langkah-langkahnya,” ujar Lian Xuhuan.
Zhang Wei mendengarkan setiap instruksi dari masternya dengan saksama. Teknik ini melibatkan penyesuaian aliran energi qi dalam tubuhnya, menutup sebagian besar titik akupunktur yang memancarkan aura, dan memusatkan energi ke inti dantiannya. Lian Xuhuan menjelaskan bahwa teknik ini membutuhkan kontrol penuh atas jiwa dan qi, sesuatu yang berhasil dikuasai Zhang Wei berkat pelatihannya selama ini.
Zhang Wei mencoba menerapkan instruksi tersebut. Setelah beberapa kali gagal, ia akhirnya berhasil menyembunyikan auranya. Dari luar, ia tampak seperti kultivator biasa di ranah Martial Warrior.
Lian Xuhuan mengangguk puas dalam pikirannya. "Bagus. Dengan ini, kau tidak akan menarik perhatian yang tidak diinginkan. Tapi ingat, jangan ceroboh. Jika seseorang mencurigaimu, teknik ini tidak akan melindungimu sepenuhnya. Jangan pernah lengah."
Zhang Wei menghela napas lega. “Mengerti, Master. Lalu, apa lagi yang harus kupersiapkan?”
Lian Xuhuan terdiam sejenak sebelum melanjutkan dengan nada serius. “Ketika pelelangan berlangsung, aku akan menyembunyikan keberadaanku sepenuhnya. Meskipun aku adalah roh, aura keberadaanku tetap bisa dirasakan oleh ahli-ahli di ranah tinggi, terutama jika mereka berasal dari sekte besar. Aku tidak ingin menarik perhatian siapa pun.”
Zhang Wei terkejut. “Jadi, Master tidak akan membantuku selama pelelangan nanti?”
“Benar. Tapi jangan khawatir, aku yakin kau bisa mengurus dirimu sendiri. Aku hanya akan memantau dari jauh dan muncul jika keadaan benar-benar darurat. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah tetap tenang dan jangan membuat keributan.”
Zhang Wei mengangguk, meskipun ia sedikit gugup dengan gagasan harus mengandalkan dirinya sendiri sepenuhnya. Namun, ia tahu masternya memiliki alasan kuat untuk mengambil tindakan ini.
"Baiklah, Master. Aku akan berhati-hati."
"Bagus," jawab Lian Xuhuan dengan nada puas. "Sekarang, istirahatlah. Dalam beberapa hari ke depan, kita akan menghadapi tantangan baru. Pastikan kau siap."
Zhang Wei menuruti saran masternya, merebahkan tubuhnya di atas kasur. Meskipun pikirannya dipenuhi oleh berbagai kemungkinan yang akan terjadi selama pelelangan, ia memaksa dirinya untuk rileks.
Dengan persiapan yang matang dan teknik penyembunyian kultivasi yang baru ia pelajari, Zhang Wei merasa lebih percaya diri. Namun, ia tahu bahwa pelelangan ini hanyalah permulaan dari perjalanan panjangnya di dunia yang penuh ambisi dan intrik.
...****************...
Hari perjamuan yang dinantikan akhirnya tiba. Zhang Wei merasa canggung saat membayangkan menghadiri acara formal seperti itu. Ia tidak terbiasa dengan hal-hal mewah, mengingat hidupnya sebelumnya penuh kesederhanaan dan perjuangan.
Namun, Lian Xuhuan tidak membiarkannya menghadiri perjamuan dalam keadaan seadanya.
“Dengar, murid bodoh,” kata Lian Xuhuan dengan nada tegas. “Kau mungkin sudah menyembunyikan kultivasi, tetapi penampilanmu masih seperti petani desa. Jika kau terus tampil seperti ini, bahkan dengan kemampuanmu, mereka tetap akan meremehkanmu.”
Zhang Wei mendengus. “Apa itu penting, Master? Aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan.”
“Penting, bodoh!” bentak Lian Xuhuan. “Penampilan pertama adalah segalanya di dunia ini. Jika kau terus terlihat seperti gelandangan, tidak peduli seberapa kuat kau, orang-orang tidak akan menghormatimu. Pergilah beli pakaian yang layak!”
Zhang Wei menghela napas panjang. Dia tahu masternya benar, meskipun dirinya enggan mengakui. Akhirnya, ia meninggalkan penginapan dan menuju distrik perdagangan kota Canyu, di mana toko pakaian kelas atas berada.
Toko pakaian itu megah, dengan interior yang dihiasi kristal berkilauan dan lantai marmer mengilap. Zhang Wei melangkah masuk, menarik perhatian beberapa pelanggan dan pelayan. Pakaian sederhananya langsung menjadi sorotan.
Seorang pelayan wanita dengan senyum palsu mendekatinya. “Tuan, kami hanya melayani pelanggan yang serius membeli. Jika Anda hanya ingin melihat-lihat, saya sarankan Anda pergi ke toko lain.”
Zhang Wei menahan amarahnya. Pengalaman diremehkan sudah menjadi hal biasa baginya, tetapi ia tetap tidak menyukai perlakuan seperti ini.
“Aku datang untuk membeli,” katanya datar. “Tunjukkan pakaian terbaik yang kau miliki.”
Pelayan itu tersenyum sinis, tetapi sebelum ia bisa merespons, seorang pria tua dengan pakaian rapi—pemilik toko—datang mendekat.
“Ah, pelanggan muda, selamat datang!” katanya dengan ramah. “Jangan pedulikan dia. Tentu saja kami akan menunjukkan pakaian terbaik kami. Silakan ikut saya.”
Zhang Wei mengangguk. Pemilik toko itu dengan sigap membimbingnya ke area pakaian premium. Mereka menunjukkan beberapa jubah dengan bahan sutra spiritual, yang tidak hanya nyaman tetapi juga memiliki perlindungan ringan terhadap serangan qi.
“Yang ini,” kata Zhang Wei, menunjuk pada jubah hitam elegan dengan sulaman emas berbentuk naga. “Berapa harganya?”
Pemilik toko tersenyum. “Hanya 550 koin emas, Tuan.”
Zhang Wei tanpa ragu mengeluarkan kantong berisi koin emas dari kantong penyimpanannya dan menyerahkannya. Pelayan wanita yang tadi meremehkannya terlihat terkejut melihatnya membayar tanpa tawar-menawar.
Setelah mengenakan jubah baru itu, Zhang Wei melihat dirinya di cermin. Dengan jubah hitam elegan dan wajahnya yang kini lebih terawat, ia tampak seperti seorang ahli muda dari keluarga besar.
“Bagus,” komentar Lian Xuhuan dalam benaknya. “Setidaknya sekarang kau tidak memalukan.”
Zhang Wei mendengus kecil, tetapi diam-diam ia setuju dengan masternya.
Setelah kembali ke penginapan, Zhang Wei langsung bersiap untuk menghadiri perjamuan. Ia merasa aneh mengenakan pakaian mewah seperti itu, tetapi ia tahu ini bagian dari permainan dunia ini.
“Baiklah, Master. Aku siap,” katanya sambil bercermin sekali lagi.
“Bagus. Ingat, jangan terlalu mencolok, tetapi juga jangan terlihat lemah. Perjamuan ini adalah kesempatan bagimu untuk mendapatkan informasi tambahan dan membangun jaringan. Jadi gunakan kesempatan ini dengan bijak.”
Zhang Wei mengangguk. Ia meninggalkan penginapan dengan penuh percaya diri, menuju tempat perjamuan yang sudah disiapkan oleh keluarga Song.
Hari itu, dengan penampilan barunya dan keyakinan yang lebih besar, Zhang Wei melangkah ke arah dunia yang semakin besar, siap menghadapi apa pun yang menantinya.